H. Huzai Junus Djok Mentaya, 54 tahun, pendiri dan pemimpin redaksi harian Banjarmasin Post, meninggal dunia Kamis pekan lalu di RS Ongko Mulyo, Jakarta, setelah dirawat sekitar tiga bulan. Wartawan senior ini menderita berbagai penyakit, namun tetap dikenal sebagai pekerja keras yang membesarkan koran yang terbit di ibu kota Kalimantan Selatan itu. Ia meninggalkan seorang istri, tiga anak, dan seorang cucu. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Bahagia, Banjarmasin, Jumat lalu. Dengan tiadanya Djok, Kalimantan Selatan kehilangan tiga pendekar pers yang dinilai punya kemampuan dan dedikasi tinggi. Tahun lalu secara hampir beruntun telah meninggal dunia Rusli Desa dan Anang Adenansi. Anang dan Djok ketika masih mahasiswa mendirikan Mimbar Mahasiswa. Ketika koran itu berhenti terbit, keduanya berpisah. Anang mendirikan Media Masyarakat, dan Djok mendirikan Banjarmasin Post. Yang membedakan Djok dengan Anang maupun Rusli Desa adalah Djok Mentaya tak mau menjadi politikus. Dia tetap tekun membesarkan Banjarmasin Post sampai akhir hidupnya. Belakangan Djok dikenal sebagai "pembela pers daerah" lantaran dialah yang paling vokal menyatakan ketidaksetujuannya terhadap sistem cetak jarak jauh. Sistem itu ia sebut pembunuhan terhadap surat kabar daerah. Teguh Asmar, M.A., bekas Kepala Museum Nasional, dan terakhir arkeolog di Pusat Arkeologi Nasional, meninggal dunia Kamis pagi pekan lalu di Jakarta. Kakak Novelis N.H. Dini ini wafat karena kanker paru dalam usia 60 tahun. Dulu, Teguh juga aktif menulis esai dan puisi di Horison, harian Kami, dan Indonesia Raya. Selain itu, ia banyak menerjemahkan karya pengarang CekoMDUL MDNMSlovakia. Kepergian H. Andi Lolo Tonang, 57 tahun, seperti begitu mendadak. Kamis siang pekan lalu ia begitu saja ambruk dan pingsan, terkulai di kursi duduknya tatkala tampil sebagai pembicara pada Pra-Mudzakarah Haji di Gedung Garuda, Jakarta. Dokter Sulastomo dan Dokter Daryo, yang kebetulan ada di situ, merebahkannya di lantai dan berupaya menolong. Tapi tiada hasil. Andi Lolo dilarikan ke RSPAD Gatot Subroto, dan berpulang sekitar pukul 12.40, diduga kena serangan jantung. Aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII) dan bekas ketua Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Sulawesi Selatan ini terakhir menjabat staf ahli Menteri Agama, setelah tak lagi menjadi Dirjen Bimas Islam Departemen Agama. Almarhum meninggalkan seorang istri dan empat orang putri. Jenazahnya dimakamkan di Tanah Kusir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini