Kalangan ilmuwan, terutama para arkeolog, kehilangan seorang tokoh epigraf (ahli membaca dan menafsirkan inskripsi prasasti) terbaik. Tokoh itu, Prof. Drs. Boechari, 64 tahun, meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada Selasa dini hari pekan lalu. Sebelumnya, almarhum dirawat selama lima hari di situ karena menderita penyakit penyempitan pembuluh darah. Pada 1978, dalam seminar tentang Sriwijaya, Boechari pernah menggemparkan kalangan arkeolog. Waktu itu Boechari mempresentasikan hasil temuannya ihwal pusat kerajaan Sriwijaya. Menurut Boechari, pusat kerajaan itu berada di Mukha Upang. Sejak itulah, para arkeolog selalu merujuk tulisan dan penelitian mereka tentang Sriwijaya pada hasil temuan tersebut. Boechari, yang urung menyelesaikan pendidikan guru gara-gara kedatangan Jepang, pernah menjadi asisten pada Dinas Purbakala (1952-1958) dan Kepala Urusan Prasasti pada Lembaga Purbakala (1959-1966). Karier akademis dirintisnya, pada 1967, sebagai dosen arkeologi di Fakultas Sastra UI. Ia pernah pula menjabat pembantu dekan bidang akademis (1973-1975). Almarhum meninggalkan seorang istri, seorang anak, dan seorang cucu. Jenazahnya dimakamkan di TPU Menteng Pulo. Hadir melayat antara lain Menteri Sosial Haryati Soebadio, Menteri Kehakiman Ismail Saleh, Rektor UI Prof. Dr. Sujudi, dan Prof. Dr. Harsja Bachtiar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini