DARI jarak 200 meter dari pantai, seseorang melambaikan tangan
sambil berteriak: "Help! Tolong! Toloong!". Lambaian tangannya
anara tampak dan tiada, karena ombak laut menggelora.
Seseorang yang siap di tepi pantai kemudian meloncat dan
berenang secepat kilat. Sebuah pelampung berada di tangannya.
Dan setelah sekian menit, tangan yang minta tolong itu berhasil
dipegang. Pelampung kemudian diikatkan ke tubuhnya. Si
penyelamat membawanya ke tepi pantai.
Pada kedangkalan tertentu, penyelamat kedua turut menyongsong si
korban yang mendapat celaka. Kedua penyelamat kemudian
menggotongnya ke tepi pantai. Nyawanya selamat.
Adegan di atas adalah rescue tube rescue race, salah satu dari
16 macam nomor yang diperlombakan 1 s/d 3 Mei yang lalu. Dalam
nomor ini dinilai peserta yang paling cepat dapat menolong
korban. Lomba di pantai Kuta (Bali) itu, diselenggarakan World
Life Saving Interclub Surf Championship -- Lomba Antar Klub
Badan Penyelamat Kecelakaan di Pantai Se Dunia.
Perlombaan yang pertama kali diadakan itu diikuti 465 peserta
dari 48 buah klub yang ada di Australia, Selandia Baru. Taiwan,
Hongkong, Ingris, Amerika Serikat dan Indonesia. Dari 16 nomor
yang diperlombakan, memang cuma satu yang nyata menunjukkan cara
menolong orang yang mendapat kecelakaan di laut.
Selain itu, ada 11 nomor lainnya yang harus diperlombakan di
dalam air, antara lain yang disebut Iron Man. Peserta lomba
dalam jenis ini diharuskan berenang secepat mungkin bulak-balik
dari tepi pantai sampai ke tengah yang mengambil jarak 400
meter.
Lomba lainnya adalah berselancar (surfing) dan macam-macam
ketangkasan di dalam air. Sedangkan 4 nomor lomba berikutnya
cuma diperagakan di tepi pantai. Antara lain pillow fights.
Lomba perang bantal ini banyak mengundang tawa: dua orang
bertengger di atas kayu untuk kemudian saling memukul lawannya
dengan bantal. Siapa yang hilang keseimbangan, dan jatuh, dialah
yang kalah.
Tanpa Busana
"Olahraga kemanusiaan ini mendapat sambutan hangat dari
negara-negara yang punya laut," kata Cecil Small, ketua World
Life Saving (WLS). Hingga kini, anggota organisasi ini ada di
29 negara. "Dan Indonesia adalah anggota yang ke-20," tambah
Cecil Small.
Dibentuk pada 1971, WLS semula didirikan oleh Kievan E. Wildon
dari Australia. Dan ketika pertemuan WLS di London tahun 1980,
diputuskan lomba pertama diadakan di Kuta awal Mei baru lalu.
Pantai Kuta yang landai dan berkarang sedikit, terlindung oleh
semenanjung Benoa, ujung Pulau Bali yang paling menjorok ke
Samudera Indonesia. "Pantai Kuta indah sekali," kata seorang
peserta dari Inggris "dan tidak ada karang yang dapat menyobek
telapak kaki."
Sejak awal 70-an, pantai ini telah terkenal di antara para
turis. Terutama turis muda yang gemar berjemur dengan busana
minim atau tanpa busana sama sekali.
Sejak itulah, olahraga berselancar juga dikenal oleh beberapa
pemuda Badung. Ketika di pantai Kuta kecelakaan makin sering
terjadi, berdirilah Waja Life Surfing pada 1972. Waja adalah
singkatan dari Wangaja Kaja, yang berarti banjar (desa) sendiri.
Tujuannya, memberi pertolongan pada para perenang yang hanyut
atau nyaris tenggelam. Organisasi ini diketuai Gde Bratha yang
juga dikenal sebagai ketua PBSI cabang Badung.
Sampai saat ini, WLS Badung adalah satu-satunya organisasi
penyelamat pantai di Indonesia. Sebetulnya, jumlah anggotanya
telah tercatat 200-an. Tetapi yang aktif cuma sekitar 55 orang
saja. "Dari jumlah itu pun, cuma 10 orang yang serius," keluh
Bratha. Konon berkurangnya peminat karena mereka enggan disengat
matahari yang dapat menyebabkan kulit menjadi hitam. Tapi tak
jarang pula karena kurang keberanian digelut ombak -- di samping
penghasilan dari profesi ini belum dapat dikatakan memadai.
"Kalau orang yang akan saya selamatkan hilang, saya sungguh
takut," kata Ketut Sandi, salah seorang anggota yang aktif
"karena saya khawatir janganjangan si penyelamat sendiri, yaitu
saya, turut jadi korban pula." Dari regu WLS Badung, Sandilah
satu-satunya yang berhasil menjadi juara kedua untuk nomor beacb
flag contest dalam lomba baru-baru ini. Nomor ini memperlombakan
adu lari cepat di pantai ketika bendera tanda bahaya dikibarkan.
Arus Kuta
Selama WLS Badung berdiri, telah 379 orang yang berhasil
diselamatkan. Selain itu, ada 57 orang hilang (dan diduga mati),
serta 21 orang ditemukan mati.
Ombak di pantai Kuta tampaknya memang tidak begitu ganas. Tetapi
cukup berbahaya, karena arus bawahnya berlawanan dengan arus
atas. Arus bawah biasanya menyeret orang semakin ke tengah,
tanpa disadarinya. Dan dalam kepanikan inilah, seseorang yang
tidak paham akan muslihat lautan, semakin terseret ke tengah.
WLS Badung rupanya masih punya kesulitan. "Kami kekurangan
alat," kata Gde Bratha. Kalau peralatan untuk Kuta saja dapat
dianggap memadai. Tetapi kini mulai banyak pantai di Bali yang
ramai seperti Sanur, Legian, Negara dan Tabanan. Tahun lalu
Presiden Soeharto membantu organisasi ini berupa sebuah jip
hardtop, sebuah perahu motor, 4 sepeda motor trail, 5 buah
pengeras suara, tandu dan alat-alat penyelamat lainnya yang kini
tengah dipesan di Australla.
Selain itu, kesulitan lain yang dialami WLS Badung ialah
kekurangan tenaga. Para penyelamat pantai di Kuta mendapat honor
sekitar Rp 50.000 untuk tugas bergumul dengan laut dan berjemur
di pantai setiap hari.
Sementara itu, tenaga-tenaga penyelamat ini memang lebih banyak
dituntut tugas kemanusiaannya, tanpa imbangan yang sepadan. Di
luar negeri misalnya, jiwa seorang tenaga penyelamat pantai,
selalu ditanggung oleh asuransi. WLS Badung rupanya belum sampai
ke taraf tersebut.
Meskipun begitu, WLS Badung dalam waktu dekat akan membina WLS
Pulau Seribu, Jakarta. Organisasi macam WLS ini memang sulit
berkembang cepat. "Lihat saja klub di Badung yang sudah 9 tahun
ini," kata Gde Bratha "belum mendorong munculnya klub serupa di
tempat lain." Di luar negeri, orang masuk klub seperti ini
karena hobi dan ingin memperluas pergaulan. "Di Indonesia,"
sambung Bratha, "belum-belum sudah minta fasilitas. 'Kan repot."
Lomba WLS intemasional yang pertama ini memperebutkan 48 piala.
Klub North Cronulla dari Australia mendapat medali terbanyak 3
medali emas dan 3 medali perunggu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini