NOMOR ini, di rubrik Kesehatan, kami menyuguhkan lagi cerita investigasi. Kali ini, mengenai bayi tabung Indonesia pertama. Bukan cuma kedua orangtua bayi asal Indonesia, tapi juga para dokter yang menangani proses awal di laboratorium. Baru setelah proses pematangan atau hormonal treatment siap, kedua orangtua calon bayi itu terbang ke Australia. Tim dokter di negeri kanguru itu tinggal mempertemukan sperma dan telur yang sudah matang di laboratorium, dan kemudian memasukkannya ke rahim sang ibu. Maret lalu, sang bayi telah lahir. Kini, tim dokter RSCM, Jakarta, lagi menunggu hasil percobaan yang lain. Bayi tabung yang ditunggu ini prosesnya berbeda dengan bayi terdahulu. Sperma dan sel tidak lagi dipertemukan di "tabung", tapi lewat teknik Gift (Gamete Intra Fimbrial Transplantation). Dengan teknik Gift sperma dan sel telur setelah dipertemukan di luar, segera dimasukkan ke rahim tanpa menunggu pembiakan terlebih dahulu. Bayi tabung 100% lokal ini belum lahir. Sama seperti laporan-laporan investigasi TEMPO lainnya, cerita bayi tabung ini juga kami peroleh dari relasi. Setelah dicek kebenarannya, Redaktur Pelaksana Yusril Djalinus, yang membawahkan rubrik Kesehatan, menyiapkan tim yang terdiri dari Jim Supangkat, Ahmed Soeriawidjaja, Gatot Triyanto, dan lainnya -- nama-nama yang tak asing untuk liputan soal-soal kesehatan. Laporan juga diperkuat dengan riset kepustakaan, yang dilakukan sendiri oleh Jim Supangkat, penulis seluruh cerita bayi tabung ini. Dalam soal-soal kesehatan, TEMPO sudah beberapa kali tampil sebagai penyulut isu. Misalnya, soal AIDS. Penyakit yang menghebohkan itu, berdasarkan keterangan beberapa dokter, telah memakan korban orang Indonesia (TEMPO, 5 April 1986). Kami berhasil menemukan si pasien, dan setelah kami tulis, cerita menjadi panjang dan penuh kontroversi. Terakhir, di rubrik yang sama, kami juga menampilkan kasus "kecelakaan" dalam dunia kedokteran. Theresia Andriani, 18 bulan menjadi lumpuh, kemudian kakinya diamputasi dan matanya buta, gara-gara kesalahan anestesi. Itu terjadi ketika Andriani mau menjalani operasi mata di RS Aini. Kemudian IDI melakukan pengusutan terhadap tim dokter yan menoperasi Andriani, termasuk dokter yang melakukan pembiusan sebelum operasi. Setelah itu, kecuali muncul pemberitaan luas di berbagai media massa, juga ada gugatan terhadap dokter yang nahas itu. Dan, adalah kami juga yang pertama menampilkan Dokter Gunawan Simon sebelum pasiennya, Almarhum Adam Malik, wafat. Ketika itu, Gunawan dengan bangga menyebutkan tekniknya menyembuhkan sakit kanker primer pada liver. Dengan pengobatannya, yaitu melokalisasikan sel kanker dan dengan seni dokternya menumbuhkan sel normal untuk membunuh sel kanker, Gunawan bahkan optimistis akan menyembuhkan bekas wakil presiden itu dalam tempo dua bulan (TEMPO 25 Agustus 1984). Tapi, nasib menentukan lain Gunawan dihukum oleh IDI, karena dianggap menyalahi prosedur kerja dunia kedokteran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini