Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada pemilu lalu, banyak praktek pemaksaan untuk memilih partai tertentu (partai mayoritas yang selalu menang setiap kali pemilu). Perbuatan curang mencakup manipulasi data suara dan ancaman terhadap pegawai negeri (diberhentikan sebagai pegawai bila tidak memilih partai besar itu), indoktrinasi terhadap jajaran pemerintahan dari pusat sampai kelurahan untuk memenangkan pemilu secara mutlak dengan segala cara, membuat slogan pemilu jurdil di masa lalu cuma pepesan kosong. Sekarang adalah era reformasi. Pemilu yang jurdil adalah dambaan, kebebasan adalah cita-cita. Tapi, kebebasan yang berlebihan dapat membawa ancaman. Masyarakat Indonesia, yang dulu ditekan untuk tidak mengerti politik, akhirnya melahirkan generasi yang mudah mengumbar emosi, mengumbar janji, mengumbar separatisme.
Kerusuhan yang hampir merata di seluruh pelosok Tanah Air telah melahirkan kecemasan baru, perpecahan. Karena itu, pemilu kali ini dibayangi kecemasan dan ketakutan masyarakat. Sebuah peristiwa seakan bukan dihadapi dengan harapan besar untuk larut dalam suasana pesta demokrasi. Masyarakat harap-harap cemas berhadapan dengan dua pilihan: pemilu sukses dan krisis berakhir atau pemilu gagal disertai perpecahan dan tragedi.
Inilah pemilu yang sangat mendebarkan. Berpuluh partai bertarung untuk mendapatkan legitimasi, simpati, dukungan, dan harapan rakyat. Sekali pemilu gagal, gagal pula negara kesatuan ini.
IGN. JOKO DWIATMOKO
Jalan Wijaya I
Kebayoran Baru
Jakarta Selatan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo