Lebih kurang dua tahun ini saya rajin menulis surat pembaca di beberapa media massa. Kepada media massa tersebut saya mengucapkan terima kasih telah memuat surat saya. Karena kegiatan itu, banyak hal saya alami: a. Saya banyak menerima surat dari para pembaca yang isinya, di samping menyatakan rasa simpati, setuju, juga mencela, bahkan memaki-maki. Banyak juga yang mengeluh, melaporkan kejadian buruk yang menimpa dirinya, seakan-akan saya ini Kotakpos 5000. Jika saya bisa menjawabnya, tentu saya jawab. Tapi sering saya tidak mampu berbuat apa-apa karena kasusnya sudah parah. b. Banyak juga saya terima surat berantai, propaganda kebaikan suatu agama, iklan barang, dan ajakan seminar. Juga permintaan untuk ikut serta dalam arisan berantai yang harus menyetor sejumlah uang. Surat macam ini langsung saya kirim ke keranjang sampah. c. Banyak pula saya terima surat permintaan sumbangan disertai blangko poswesel dari berbagai badan yang mengaku bergerak di bidang sosial dan keagamaan (sumbangan masjid, gereja, rumah yatim piatu, biara, madrasah, dan sebagainya). Seolah-olah saya ini konglomerat yang sudah kelebihan uang. Pernah saya menerima tiga buah amplop dari badan sosial yang berlainan namanya, tapi alamatnya sama. Surat-surat semacam ini juga langsung saya kirim ke keranjang sampah. Bukan saya tidak mau beramal, tapi karena saya tidak tahu pasti, jika saya mengirimkan uang, apakah uang tersebut betul-betul digunakan untuk keperluan sosial. Apalagi surat-surat semacam ini, umumnya, datang dari luar Jakarta, hingga saya tak dapat memeriksanya. d. Saya juga banyak menerima surat permintaan konsultasi, terutama di bidang perpajakan yang menjadi profesi saya. Sedapat mungkin, surat semacam ini saya layani dan saya jawab. e. Yang terakhir, saya juga menerima surat dari beberapa gadis dan janda (disertai dengan foto) yang ingin berkenalan dengan saya. Nah, surat semacam ini langsung saya perlihatkan kepada istri saya. Dan, biasanya, istri saya merobeknya dan membuangnya ke keranjang sampah. Saya lebih suka menulis surat pembaca daripada menulis artikel meskipun tidak mendapatkan imbalan. Sebab, surat pembaca dapat saya kirimkan ke berbagai media massa agar tersebar luas kepada masyarakat. Sebaliknya, artikel hanya dapat saya kirimkan pada satu media massa. Tujuan saya menulis surat pembaca adalah memberikan informasi kepada masyarakat agar tahu hak dan kewajiban yang benar menurut hukum. Juga untuk mengungkapkan segala macam penyimpangan dan penyelewengan pihak penguasa. Juga memberikan saran-saran bagi masyarakat. Mumpung masih hidup, apa salahnya saya menyebarluaskan pengetahuan yang saya miliki agar berguna bagi masyarakat.SUHARSONO HADIKUSUMOJalan Pejuangan 2 RT 08/10 Kebon Jeruk, Jakarta Barat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini