Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Muhammad Nuh, 47 Tahun
Penghargaan paling bergengsi dalam bidang pendidikan tinggi, kebudayaan, kemanusiaan, dan perdamaian di Jepang, Award of Highest Honor, dua pekan silam diberikan kepada Rektor Institut Teknologi Surabaya (ITS) Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA dari Universitas Soka, Jepang. "Penghargaan itu diberikan atas dasar kontribusi dan keterlibatan saya selaku Rektor ITS dalam mempromosikan pendidikan tinggi, kebudayaan, kemanusiaan, dan perdamaian," ujar bapak satu anak itu saat kembali dari Jepang, Senin pekan lalu.
Selain Nuh, orang Indonesia yang pernah menerima penghargaan serupa adalah Prof Dr dr Sujudi, mantan Menteri Kesehatan RI, dan Prof A. Malik Fajar saat menjadi Menteri Pendidikan Nasional.
Bukan kali ini saja Nuh menerima penghargaan. Sebelumnya, pria yang menyabet master dan doktor dari Universite Science et Technique du Languedoc, Monpellier, Prancis, ini juga pernah mendapat JICA Special Awards atas keseriusannya menangani bantuan proyek-proyek dari JICA (Japan International Cooperation Agency).
Terpilih Audrey Clarissa, 21 Tahun
Seorang anak muda kembali mengangkat nama Indonesia di pentas dunia. Dia adalah Audrey Clarissa, yang terpilih menjadi Presiden Federasi Mahasiswa Farmasi Internasional (International Pharmaceutical Student Federation-IPSF). Mahasiswa Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung ini tercatat sebagai orang Asia pertama yang menduduki kursi tertinggi IPSF sejak berdiri 57 tahun silam.
Audrey terpilihdalam kongres IPSF yang ke-52 di Cairns, Australia, Juli silam. Di sana ia harus bersaing dengan kandidat lain dan unjuk kebolehan dalam presentasi dan wawancara. "Saya menang melalui voting," ujarnya.
Sabtu pekan silam, gadis asal Sukabumi itu menuju Belanda untuk mulai menjalankan tugasnya sebagai orang tertinggi di organisasi beranggotakan 70 negara itu. Ia bertekad mengembangkan IPSF dan mendorong mahasiswa farmasi untuk lebih berperan dalam dunia kesehatan. Tentu sekaligus sambil mengangkat nama Indonesia di mata dunia.
"Orang ini tidak ngerti apa-apa. Kalau dia Greenpeace, pinter rasanya." -Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie, di Jakarta, Rabu pekan lalu. Ia menduga pelaku aksi penuangan lumpur di depan kantornya sebagai protes atas penanganan kasus lumpur Lapindo bukan dari Greenpeace.
"Kalau kondisinya seperti ini terus, Pak Amien tidak akan menang dalam pilpres 2009 mendatang." -Wakil Ketua PAN Jawa Tengah, Thantowi Jauhari, pekan lalu menyarankan Amien Rais tidak memaksakan diri mencalonkan menjadi presiden dalam pemilihan presiden 2009.
TEMPO DOELOE
2 Oktober 1941Adolf Hitler mengerahkan pasukan Jerman untuk menguasai Moskow, ibu kota Uni Soviet. Musim dingin yang berkepanjangan menghalangi niat Jerman. Tiga tahun kemudian, tentara Jerman mundur dari negara itu.
3 Oktober 1990Jerman Barat dan Jerman Timur kembali bergabung setelah terpisah selama 45 tahun. Setelah Perang Dunia II, Jerman Timur dikuasai Soviet dan Jerman Barat dikuasai negara-negara Barat. Pada 1961, Soviet mendirikan Tembok Berlin untuk mencegah rakyat Jerman Timur melarikan diri ke Jerman Barat.
4 Oktober 1957Rusia meluncurkan satelit Sputnik I. Satelit yang menyerupai bulan itu 1.400 kali mengelilingi bumi selama 92 hari. Inilah satelit pertama yang mengirimkan pesan radio dari ruang angkasa ke bumi.
5 Oktober 2000Presiden Yogoslavia Slobodan Milosevic dipecat dari kekuasaannya. Dalam perang Bosnia, Milosevic dituduh melindungi orang Serbia dan memiliki andil besar dalam pembasmian etnis muslim Bosnia.
6 Oktober 1981Presiden Mesir Anwar Sadat ditembak seorang perwira militer anggota kelompok Islam Al-Jihad. Sadat dituduh sebagai pengkhianat Islam setelah menandatangani perjanjian Camp David dengan Israel. Akibat perjanjian itu, Mesir sempat dikucilkan oleh negara-negara Arab.
7 Oktober 1950Tentara komunis Cina merebut Tibet dari tangan Inggris. Pendudukan Cina itu ditentang rakyat Tibet yang dipimpin Dalai Lama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo