Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bahasa

Gaul

2 Oktober 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sapardi Djoko Damono

Meskipun dapat dipastikan bahwa bukan milik orang-orang yang tergolong kaum Gaulis, pengikut mantan presiden Prancis, di beberapa kota banyak kita jumpai Café Gaul, Salon Gaul, Warung Gaul, dan beberapa macam usaha gaul lagi. Di kalangan anak muda, yang mungkin lebih suka menyebut dirinya kawula muda, kurang gaul adalah kualitas yang perlu diperbaiki dan cewek gaul menyodorkan nuansa makna tertentu—keduanya tentu saja ada kaitannya dengan masalah kemampuan bergaul. Seperti sejumlah kata dasar lain yang maknanya bergeser ke sana kemari jika menjalani proses morfologis, memperhatikan perubahan—bahkan loncatan—makna berkaitan dengan kata gaul ini bisa mengasyikkan.

Pergaulan berarti hubungan antarpribadi dalam kegiatan bermasyarakat. Orang yang luas pergaulannya memiliki hubungan yang luas dengan banyak pihak; orang yang banyak bergaul suka giat ke sana kemari berhubungan dengan orang lain. Meskipun pasti akan dianggap orang baik-baik jika suka bergaul dengan banyak orang, masyarakat pasti akan menahan napas jika tahu bahwa kita suka seenaknya menggauli orang. Ketika membaca papan nama café, warung, dan salon yang menggunakan nama Gaul, saya suka membayangkan yang bukan-bukan, yang pasti ada kaitannya dengan kata menggauli itu. Kata gaul akan dengan sigap berubah makna dalam kalimat Apa kamu suka bergaul dengannya? dan Apa kamu suka menggaulinya?. Tidak terbayangkan oleh saya, meskipun mungkin dianggap termasuk dirty old man, bahwa mereka yang masuk ke salon gaul berniat saling menggauli. Pasti bukan itu maknanya, meskipun kemudian timbul juga pertanyaan kecil apakah yang menjadi pelanggan salon atau warung itu orang yang suka bergaul atau mencari pergaulan.

Masih tersisa juga pertanyaan kecil, apakah teman-teman kita yang suka masuk ke sebuah salon gaul itu memiliki niat hanya untuk mengurus rambut, wajah, dan kuku atau juga untuk kongkow-kongkow dengan menggunakan bahasa gaul. Nah, apa pula gerangan bahasa gaul itu? Pertanyaan itu pada gilirannya akan menggoda kita untuk memproses hubungan antara sejumlah ungkapan tersebut. Dalam salon gaul mungkin saja diharapkan berkembang suasana pergaulan tertentu yang memungkinkan teman-teman kita bisa mendapatkan lebih banyak teman bergaul dengan menggunakan bahasa gaul, tanpa—tentunya—saling gaul-menggauli. Lha, nanti dulu, bukannya keliru frase saling gaul-menggauli itu? Bukan karena itu suatu tindakan yang sebaiknya diharamkan di dalam salon, tetapi karena pembentukan frase itu keliru strukturnya. Seandainya pun struktur gaul-menggauli itu diperkenankan, saling gaul-menggauli itu berlebihan adanya.

Dalam kaitannya dengan proses pembentukan kata dan pergeseran makna, kita bandingkan gaul dengan pukul. Kata pukul cenderung tidak berubah makna dalam berbagai bentukannya. Memukuli, pukulan, berpukul-pukulan, pukul-memukul, dan saling memukul pada dasarnya tetap mempertahankan makna yang sama dari kata pukul. Hanya saja, kata seperti pukul menggoda kita untuk berbuat agak berlebihan dengan membentuknya menjadi saling memukul satu sama lain atau berpukul-pukulan satu sama lain. Malah bisa juga kita berbuat terlalu jauh dengan mengatakan Mereka saling berpukul-pukulan satu sama lain atau Mereka saling memukul satu sama lain. Berpukul-pukulan sudah dengan sendirinya mengandung makna saling dan satu sama lain sehingga kalimat itu berlebihan. Saling pukul tentu saja masih benar strukturnya, tetapi saling pukul-memukul tentu keliru sebab dalam pukul-memukul sudah tersirat pengertian ”saling”.

Kembali ke gaul. Gaul-menggaul, saling gaul, bergaul-gaulan, dan gaulan adalah kata atau frase yang tidak lazim dalam bahasa kita. Tampaknya gaul hanya bisa dibentuk menjadi bergaul, pergaulan, dan menggauli—namun awas, ada ukuran ”moral” makna yang berbeda jauh antara kedua kata pertama dan yang terakhir. Itulah sebabnya segala jenis usaha yang memanfaatkan kata gaul menyodorkan makna yang ambigu, yang mungkin saja menyebabkan teman kita yang mau masuk berpikir apakah ia boleh hanya membersihkan wajah tanpa harus mampu berkomunikasi dengan bahasa gaul.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus