Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Prelude

Penghargaan: Taufik Abdullah

SEJARAWAN kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat, ini mendapat Lifetime Achievement Award dari Himpunan Peneliti Indonesia dalam acara ulang tahun lembaga itu di auditorium Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta, Rabu, 30 Oktober 2019.

2 November 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PRIA 83 tahun tersebut dianggap berhak mendapat penghargaan itu lantaran dedikasinya di dunia penelitian. Alumnus jurusan sejarah Universitas Gadjah Mada itu bergabung dengan LIPI sejak 1960-an. Di lembaga itu, ia pernah menjadi Kepala Bagian Umum Majalah Ilmu Pengetahuan Indonesia (1962-1963), asisten peneliti Lembaga Ekonomi dan Kemasyarakatan Nasional atau Leknas LIPI (1963-1967), peneliti Leknas LIPI (1967-1974), Direktur Leknas LIPI (1974-1978), dan terakhir peneliti senior LIPI. Di level internasional, alumnus Cornell University, Amerika Serikat, tersebut pernah menjadi Wakil Presiden Southeast Asian Social Science Association dan Ketua Komite Eksekutif Program Studi Asia Tenggara.


 

MENINGGAL

Henry Alexis Rudolf Tilaar

Henry Alexis Rudolf Tilaar/Dok.TEMPO/Norman Wibowo

SUAMI Martha Tilaar ini meninggal pada usia 87 tahun karena sakit di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu, 30 Oktober 2019. Jenazah Henry disemayamkan di rumah sakit tersebut. Alex Tilaar—panggilan akrab Henry—meninggalkan seorang istri, empat anak, dan beberapa cucu. Lulusan program Master of Science of Education dari Indiana University, Bloomington, Amerika Serikat, ini salah satu tokoh pendidikan. Alex, yang lahir di sebuah desa di tepi Danau Tondano, Sulawesi Utara, merupakan guru besar emeritus pada program pascasarjana dan Direktur Utama Lembaga Manajemen Universitas Negeri Jakarta.

 


 

MENINGGAL

Bambang Istiawan

Bambang Istiawan/TEMPO/Foto: Youtube

 

PEMRAKARSA hutan organik di Megamendung, Bogor, Jawa Barat, ini meninggal pada usia 65 tahun, Ahad, 27 Oktober 2019. Bambang meninggalkan istri dan tiga anak serta cucu. Jenazahnya dikebumikan di area hutan organik yang menjadi kompleks rumahnya. Bambang, bersama Rosita, istrinya, menjadi terkenal setelah membeli lahan gersang di Megamendung dan menghijaukannya kembali. Mereka membeli lahan tersebut agar tak jatuh ke tangan pemodal yang hendak menjadikan lereng-lereng itu sebagai lokasi vila sehingga menumpas mata air. Dari 2 hektare pada 2000, luas hutan organiknya kini 27 hektare dan dikelola bersama petani dengan cara alami. Hutan tersebut sudah diteliti oleh mahasiswa program sarjana dan master sebagai contoh pemulihan lahan kritis dan teknik agroforestri. Peneliti Institut Pertanian Bogor menemukan 16 jenis burung di hutan organik, lima di antaranya spesies yang dilindungi.

 


 

Kutipan/Tempo

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus