DI aula UI, Jakarta, di hadapan guru besar dan ratusan undangan, Prof. Dr. Saleh Afiff, ss, mengucapkan pidato pengukuhan sebagai guru besar tetap FE UI, akhir pekan lalu. Ia menyoroti peranan sektor pemasaran, khususnya pangan - bidang yang didalaminya sejak ia mengambil gelar master di Berkeley, lalu meraih doktor di Oregon, AS, 1967. Ia memuji beleid harga dan campur tangan pemerintah, yang hanya dalam waktu 15 tahun berhasil membuat negeri berpenduduk 160 juta berswasembada pangan (beras). Tapi ia juga prihatin melihat besarnya surplus beras, yang selain lekas rusak, juga butuh biaya banyak untuk menyimpannya. Sulitnya, surplus tersebut tak bisa diekspor, karena "Harga beras di dalam negeri saat sekarang dua kali lebih tinggi dari harga pasar internasional." Ekonom kelahiran Cirebon yang kini Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Wakil Ketua Bappenas itu berpendapat, beleid harga yang sudah dibina begitu lama harus dipertahankan. "Jika petani sudah mulai meragukan efektivitas kebijaksanaan harga tersebut, maka akan sangat sukar untuk menghidupkannya kembali," katanya. Hal yang sama, menurut Afiff, juga perlu dilakukan dalam sistem pemasaran padi dan beras serta sarana produksi yang telah dibina sekian lama, dan telah menunjukkan hasil yang "gemilang", katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini