DALAM pers Indonesia, selalu tak mudah memfokuskan perhatian liputan kepada seorang pembesar. Rupanya kebudayaan politik kita mengharuskan kita berhati-hati untuk menampilkan secara khusus seorang pejabat atau bahkan menteri. Nanti disangka "yang tidak-tidak". Tetapi administrasi kenegaraan Indonesia, bagaimanapun tak cuma terdiri dari lembaga-lembaga beserta surat-surat keputusannya yang tak berwajah. Pekan lalu sampai awal pekan ini, misalnya, koran hampir selalu menampilkan ucapan Menteri Dalam Negeri Rudini. Ucapan-ucapannya, untuk konsumsi media massa, memang tergolong "layak kutip". Ia, umpamanya, berani menyindir mereka yang bikin rumah milyaran rupiah mirip White House -- itu kediaman Presiden AS -- yang kini dihuni George Bush. Katanya, orang yang membuat rumah seperti itu baiknya dikenakan pajak 100 kali lipat. Maka tampilnya Rudini dalam sampul majalah ini -- yang jarang menampilkan wajah, mungkin sesuai dengan adat-istiadat politik Indonesia kini -- tak terelakkan. Walau kami tak bisa mengikuti lebih dekat acara Rudini yang paling akhir, yaitu memimpin rapat kerja gubernur se-Indonesia, pekan lalu. Rapat kerja itu tertutup untuk pers -- padahal, siapa tahu, di sana banyak lagi ucapan keras Rudini yang lain. Kami segera merancang wawancara khusus dengan bekas Kasad ini. Permohonan tertulis kami ajukan secara resmi. Tidak mudah memperoleh waktu. Rudini sendiri sudah menjanjikan, "Saya bersedia." Tapi, menurut Staf Ahli yang masih merangkap juru bicara Mendagri, Feisal Tamin, "Majalah dan surat kabar lain yang sudah antre saja belum diberi waktu wawancara." Tapi mujur tak dapat ditolak. Kamis malam lalu, dua reporter kami, Tri Budianto Soekarno dan Yopie Hidayat mengikuti acara malam hiburan untuk peserta Raker Gubernur, di Pondok Putri Duyung, Ancol. Keduanya "kepergok" Rudini. Dan Menteri menegur: "Lho, kok kamu di sini. Mengikuti saya, ya?" Tri Budianto pun langsung menembak: "Ya, Pak. Kapan Bapak bersedia diwawancara?" Maka Sabtu pagi pekan lalu, di kantornya di Jalan Merdeka Utara, Jakarta, empat wartawan TEMPO: Susanto Pudjomartono, Amran Nasution, Bambang Harymurti, dan Tri Budianto mewawancarai Rudini lebih dari satu jam. Tentu saja isi laporan utama ini tak hanya wawancara itu. Reporter Ahmadie Thaha menggali profil Rudini dari orang-orang dekatnya, misalnya, mewawancarai ajudannya, putra bungsunya, teman-temannya yang lain lagi semasa di TNI-AD. Sementara Rustam F. Mandayun -- yang biasa meliput soal-soal politik -- menemui Sekjen Golkar Rachmat Witoelar dan Sekjen PPP Mardinsyah untuk warna-warni laporan. Sedangkan Soerjadi, Ketua Umum PDI, diwawancara Yopie Hidayat. Kemudian semua bahan yang terkumpul itu dirakit oleh penjaga gawang Rubrik Nasional Amran Nasution dan Redaktur Pelaksana Susanto Pudjomartono.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini