Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

SDSB: mengerahkan swasta cari dana

Ada usul untuk mencari dana bagi olah raga diserahkan kepada swasta yakni para pengusaha atau orang kaya daripada mencari dana melalui SDSB. contohnya: bakrie brothers mampu membangun sarana olah raga.

28 Januari 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setelah KSOB (Kupon Sumbangan Olahraga Berhadiah), sejenis judi, di-"puso"-kan, kini lahir SDSB (Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah), penggantinya yang kelas kakap. Namun, Pemerintah tetap khawatir, kupon itu akan menjalar menjadi judi terbuka. Barisan nomor dan angka pada kupon ajaib SDSB itu mungkin bisa juga dijadikan sebagai rujukan judi buntut oleh para penganutnya. Hal ini tampak pada instruksi Presiden Soeharto dan para pembantunya, mengenai larangan judi buntut. Sehubungan dengan Itu, saya ingin menyumbangkan cara ampuh bagaimana membasmi judi buntut itu. Dalam bahasa Indonesia, buntut berarti ekor. Secara meteriil, pada umumnya, yang memiliki buntut atau ekor adalah hewan atau binatang. Manusia tidak. Buntut tumbuh atau berada di belakang atau bagian ujung badan binatang. Tanpa ada badan plus kepala, tak mungkin akan ada buntut atau ekor. Secara lain, badan dan buntut bisa dibandingkan dengan asap dan api. Bagaimana mencari dana untuk olah raga? Tanpa menghambur-hamburkan kupon dan selalu siap siaga menghadapi judi buntut, olah raga di negeri ini masih tetap bisa diharapkan berprestasi sampai ke tingkat dunia. Caranya? Serahkan kepada swasta yakni para pengusaha atau orang kaya untuk membina dan mengasuh sekaligus sebagai sponsor. Bukankah cara itu tahun-tahun terakhir ini telah berkibar? Contohnya, perusahaan Bakrie Brothers mampu membangun sarana olah raga bidang sepak bola, bulu tangkis, bola basket, dan sebagainya. Juga perusahaan rokok Jarum, Kudus, Bimantara Group telah banyak membina bidang bulu tangkis dan Gudan Garam dengan tenis mejanya. Sementara itu, Bob Hasan, Ketua Umum PB PASI, yang juga Ketua Apkindo, tak sungkan-sungkan menyediakan jutaan dolar dari koceknya hanya sekadar memberikan hadiah buat lari 10 km di Bali atau kegiatan olah raga. Kalau saya tak salah, klub Galatama, yang konon akan dijadikan universitasnya sepak bola, juga dibiayai para pengusaha. Mengapa harus lewat kupon yang mengundang kontroversi itu?DRS. SAID HUSIN Jalan Pelita RT 15 Nomor 66 Buntok Kalimantan Tengah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus