Berita pengusutan harta dan kejahatan Soeharto hampir tiap hari dimuat di media massa. Namun, perkembangan yang terjadi tampaknya semakin mengabur. Mengapa saya menduga begitu? Tak lain karena tim yang dibentuk adalah bagian dari rezim Orde Baru, sebagaimana dikatakan pula oleh Todung Mulya Lubis dari Indonesian Corruption Watch.
Bukannya saya tidak percaya kepada Jaksa Agung A.M. Ghalib. Namun, Ghalib jelas berasal dari lingkungan orde Soeharto itu sendiri. Jadi, secara lugas bisa dikatakan bahwa Ghalib adalah orang yang datang dari "lingkaran" Habibie--yang menganggap Soeharto sebagai guru besarnya.
Selain itu, Ghalib merupakan wajah baru, yang proses kemunculannya patut dipertanyakan. Ia menggantikan jaksa agung sebelumnya, Soedjono, yang entah karena apa tiba-tiba dicopot. Padahal, Soedjono sedang gencar-gencarnya menyelidiki kekayaan Soeharto, keluarga, dan kawan-kawannya.
Namun, saya masih punya harapan bahwa pengusutan ini bisa tuntas, dengan syarat: meskipun berasal dari kelompok yang disidik, penyidik tetap peka terhadap tuntutan rakyat, memiliki hati nurani, dan berani "berkhianat"--kepada rezim yang berkuasa--demi nasib baik rakyat dan negara.
Tanpa semua itu, tampaknya, rakyat yang dalam kelaparan ini akan menyaksikan upaya menegakkan benang basah. Karena itu, saya mengajak pembela reformasi sejati untuk terus-menerus melakukan tekanan secara konkret, agar Orde Baru yang berkedok reformasi ini betul-betul tumbang.
Gendut Riyanto
Jalan Nias 29
Pejaten Barat, Jakarta Selatan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini