Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tempo.co
Apakah Menteri Jonan mampu memperbaiki manajemen penerbangan?
|
||
Ya | ||
75,8% | 781 | |
Tidak | ||
19,4% | 200 | |
Tidak Tahu | ||
4,8% | 50 | |
Total | (100%) | 1.031 |
Kecelakaan pesawat AirAsia PK-AXC QZ8501 membongkar kebobrokan manajemen penerbangan komersial di Tanah Air. Pesawat AirAsia yang hilang kontak dalam perjalanan dari Surabaya ke Singapura ini sejatinya tak punya izin terbang pada hari nahas itu, Ahad, 28 Desember 2014. Kementerian Perhubungan menyatakan izin terbang AirAsia rute Surabaya-Singapura ada pada Senin, Selasa, Kamis, dan Sabtu. Longgarnya pengawasan terhadap penerbangan juga tampak dari tidak digubrisnya dokumen cuaca yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika sesaat sebelum pesawat yang membawa 155 penumpang dan 7 kru itu lepas landas. AirAsia berdalih telah mengunduh informasi cuaca dari situs BMKG. Dari sini terungkap bahwa para pilot tak selalu mendapat briefing langsung dari flight operation officer. Berbagai penyimpangan ini membuat Menteri Perhubungan Ignasius Jonan geram. Puncaknya, Jonan menjatuhkan sanksi terhadap sebelas anak buahnya, dari mutasi hingga dinonaktifkan terkait dengan kasus pelanggaran izin terbang dan rute sejumlah maskapai penerbangan. Mereka adalah pejabat di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan pejabat yang mengurusi bandar udara. "Pemerintah merasa banyak perbaikan yang harus dilakukan, terutama dari regulator, Angkasa Pura, Perum Air Navigation, dan Koordinator Slot Indonesia," ujar Jonan. Tak cuma itu, Jonan juga membekukan 61 rute penerbangan yang dioperasikan lima maskapai lantaran tak berizin. Gebrakan Jonan yang belum genap tiga bulan menjadi menteri ini dianggap sebagai sinyalemen positif di dunia penerbangan. Menilik kembali rekam jejaknya saat menjabat Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia, Jonan mampu mengubah wajah pelayanan kereta api menjadi lebih baik, meski kerap memicu pertentangan. Dalam jajak pendapat di Tempo.co, sebanyak 781 dari 1.031 responden atau 75,8 persen percaya Jonan mampu membenahi karut-marut manajemen penerbangan. Sebaliknya, 200 orang (19,4 persen) menilai Jonan belum bisa memperbaiki manajemen penerbangan dan sisanya, 50 responden (4,8 persen), menyatakan tidak tahu. Presiden Joko Widodo menilai langkah Jonan sudah tepat. "Ini momentum pembenahan, karena sudah bertahun-tahun seperti itu dan dibiarkan," kata Jokowi. Namun Jokowi memberi catatan agar pembenahan tak sampai merugikan maskapai, apalagi masyarakat. Pengamat penerbangan Gerry Soejatman mewanti-wanti Jonan agar berhati-hati dalam bersikap. Alasannya, Jonan sampai menganulir nama-nama maskapai yang mengoperasikan 61 penerbangan tanpa izin, dua hari setelah diumumkan. "Jonan dikibuli. Malu kita," ujarnya. Karena itu, Gerry menyarankan kekeliruan ini turut diusut.
Indikator Pekan Ini Apakah Anda setuju Jokowi menunda pergantian Kepala Polri?www.tempo.co. |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo