Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Perkelahian Elite Politik

20 Mei 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Para elite politik sekarang ini sibuk sekali ?berkelahi dan baku hantam? di antara mereka sendiri, sehingga masalah-masalah pembangunan ekonomi rakyat sudah tidak mereka pedulikan sama sekali. Tampaknya mereka sangat menikmati dan asyik memperjuangkan kepentingan sendiri dan kepentingan golongannya. Mereka tidak peduli bagaimana nasib rakyat jelata yang merintih ditimpa kenaikan harga-harga kebutuhan pokok sehari-hari. Sialnya lagi, ?perkelahian? mereka itu dikipasi atau dihangati oleh para pengamat politik atau oleh mereka yang mencoba-coba menjadi ?pengamat?. Akhirnya, orang-orang yang menyebut dirinya pemimpin ini semakin buta dan tuli saja, seruduk sana seruduk sini, seperti babi buta betulan. Pada awalnya ?perkelahian? para pemimpin ini menarik perhatian rakyat karena rakyat mengira inilah rupanya hasil reformasi demokrasi yang selama ini menjadi obsesi. Dan ternyata memang betul-betul jadi obsesi. ?Perkelahian? terjadi tanpa final round, tak ada akhirnya. Kejenuhan rakyat sudah sampai pada titik kulminasinya. Imbauan-imbauan perdamaian sudah tidak didengar lagi. Kita khawatir krisis politik dan kekisruhan ketertiban dewasa ini, naga-naganya, akan melahirkan tipe kepemimpinan ?gertak-menggertak sambal? seperti yang diajarkan oleh William Shakespeare dalam The Taming of the Shrew, atau seperti yang diajarkan sejarah kepada anak-anak sekolah tapi tidak diminati oleh para pemimpin Indonesia. Kita khawatir Niccolo Machiavelli akan hidup kembali di Indonesia dan berbisik-bisik kepada Pangeran Lorenzo yang sedang mengintai, ?Kalau Pangeran mau berkuasa dan awet, tidak perlu banyak-banyak makan bahan pengawet, tapi pandai-pandailah berkelakuan atau bertabiat kayak singa dan rubah. Jangan tiru singa saja karena binatang ini tak mampu mengendus perangkap yang dipasang musuh. Dan jangan pula meniru rubah saja karena rubah gampang sekali diterkam serigala. Pangeran harus mampu menjadi rubah supaya tidak kena perangkap dan sekaligus menjadi singa supaya ditakuti serigala. Pangeran perlu gertakan untuk menakut-nakuti, yaitu tentara yang bersenjata tokcer dan bisa dipercaya.? Nah, kalau Pangeran Lorenzo melaksanakan bisik-bisik Niccolo Machiavelli tersebut, apa jadinya Indonesia ini? Kembali ke zaman Orde Baru? Naudzubillah! Memperhatikan dan menimbang ini dan itu tersebut tadi, dengan tulisan ini saya mengimbau kepada semua media massa nasional, baik media cetak maupun elektronik, agar mengadakan boikot nasional dengan tidak menyiarkan ?perkelahian? para elite politik tersebut, sehingga mereka akan kehilangan pembaca, pendengar, dan pemirsa, dan akhirnya akan kehilangan para pendukungnya. Biarkan saja mereka berkelahi, saling lempar batu sembunyi tangan atau tidak, saling memaki atau berteriak-teriak sampai bosan atau tersengal-sengal kelelahan. Jangan ditoleh, jangan disiarkan. Jangan siarkan berita-berita politik, jangan siarkan omongan Amien Rais, Akbar Tandjung, Megawati, Hamzah Haz, dan anggota-anggota DPR/MPR yang mengajukan interupsi terus-menerus. DRS. HADJI HAMDY Pontianak, Kalimantan Barat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus