MULANYA hanya dengan modal dengkul, Biro Medan dipersiapkan dan kemudian dikukuhkan Juni 1978. Zakaria M. Passe, yang membantu TEMPO sejak terbit ditunjuk menjadi kepala biro sampai sekarang Langkah pertama yang diambilnya adalah menjadikan rumahnya di Gang Delima 46 sebagai kantor Dari gang becek itu ia mengoordinasikan pembantu TEMPO yang tersebar di beberapa kota Sumatera Utara dan Aceh. Jack - panggilannya di TEMPO yang memimpin satu-satunya biro TEMPO di luar Jawa (seluruhnya ada lima biro) - memang harus bekerja keras meliput kejadian yang tak jarang terjadi di puncak gunung dan di tengah hutan. Setelah biro yang mempunyai sekltar lima wartawan itu tumbuh. 1980 kantor hijrah ke tengah kota Jalan Perdana. Fasilitas dan keadaannya pun masih pas-pasan Ruang kantor ukuran 3 X 4 mete berada di tengah daerah pertokoar dan bengkel. Tentu saja, lingku ngannya cukup menantang: berad di tengah-tengah montir, peda gang, tukang parkir, dan preman. Tiga tahun beroperasi di sana kantor biro dipindah ke gedung besar di daerah yang lebih tenang, Jalan Abdullah Lubis 34. Di tempat ini, wartawan Biro Medan cukup leluasa bekerja siang malam. Tahun 1984 ini, misalnya, biro itu rata-rata mengirimkan 20 laporan tiap bulan. Dari sejumlah tulisan yang disumbangkan, Biro Medan paling sering tampil dalam rubrik Hukum dan Kriminalitas. Sedikitnya tiga tulisan di majalah ini bahannya berasai dari Medan. Sejak mempunyai kantor biro, Biro Medan bisa dicatat sebagai biro pertama yang menelurkan karyawan asal daerah. Amran Nasution, yang semula pembantu TEMPO di Kisaran, ditarik ke Medan, kemudian 1981 dipindah dari Medan dan dituaskan di Bandung. Beberapa tahun ia membina dan memimpin biro yang membawahi wilayah Jawa Barat. Awal tahun ini, ia ditarik ke pusat untuk memegang jabatan kepala Biro Jakarta. Biro Medan, yang sering dianggap "sangar" seiak dua tahun terakhir praktis hanya beranggotakan dua orang yaitu Monaris Simangunsong dan Bersihar Lubis. Beberapa wartawan rontok di tengah jalan atau mengundurkan diri. Untuk mencukupi kekurangan tenaga wartawan, sejak Agustus lalu Biro Medan menambah tiga calon wartawan. Cara penerimaan, yang untuk pertama kali dicoba di daerah, memakai pola seleksi calon wartawan Jakarta. Dari belasan pelamar hanya empat orang - seorang kemudian mengundurkan diri setelah bekerja beberapa minggu - yang berhasil lolos saringan. Seperti calon wartawan yang akan menjadi karyawan di Jakarta, mereka mengikuti tes psikologi, bahasa Inggris, dan kemampuan menulis. Pendidikan selama masa percobaan didasarkan pada kurikulum pendidikan yang selama ini dipakai untuk calon wartawan di Jakarta. Kini, Zakaria M. Passe sebaga kepala biro paling lama, boleh sedikit lega setelah jumlah "pasukan" bertambah. Bahkan, ia mulai sempat menyumbangkan tenaganya untuk membantu pembinaan pemasaran TEMPO di Medan dan sekitarnya. Satu hal yang mungkin perlu dicatat: ia adalah kepala biro pertama yang ikut mengurusi pemasaran majalah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini