NO new year's day to celebrate: Tidak ada tahun baru buat dirayakan. Ini kata Stevie Wonder dalam lagu I just call to say I love you. Nyanyian itu disiulkan pula oleh sejumlah wartawan TEMPO. Di antara bunyi terompet di tepi-tepi jalan, di antara pemutaran Old New di bioskop-bioskop Jakarta, di antara hiruk-pikuk pulang kampung, atau di antara hasyikan berkunjung ke rumah calon mertua, beberapa wartawan kami sibuk memburu berita. Tidak semua, memang. Sebagian besar wartawan kami -- seperti di bagian-bagian lain -- menikmati libur tiga hari, Jumat, Sabtu, dan Minggu. Selama tiga hari itu. kantor kami tutup. Lalu, mereka yang tak libur, di mana berkumpul? Demi efisiensi, untuk sebagian yang tetap bekerja itu terpaksa pindah kantor. Terutama wartawan yang terlibat dalam urusan laporan utama minggu ini. Karena yang dijadikan topik masalah pendidikan, diputuskan untuk membuat kantor darurat yang dekat dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang berada di Senayan. Ini memudahkan gerak kalau sewaktu-waktu membutuhkan informasi. Maka, tim laput yang dikoordinasikan Putu Setia itu memilih markas darurat di sebuah kamar Hotel Asri -- hotel yang lebih sering digunakan untuk para atlet ketimbang turis asing. Dari situ, kami membutuhkan jalan beberapa meter menuju kantor Menteri P dan K. Biarpun markas darurat, kami lengkapi pula dengan sarana yang vital. Dua buah komputer lengkap dengan printer kami boyong ke sana. Semua kantor Biro kami beri tahu adanya markas darurat ini. Dari sinilah anggota tim bergerak. Mereka, Agus Basri (penanggung jawab rubrik Pendidikan), Priyono B. Sumbogo, Tommy Tamtomo, Liston P. Siregar, Ardian Taufik Gesuri, dan Yudhi Soerjoatmodjo. Ada ceweknya tentu saja, supaya lebih segar. Dia Sri Pudyastuti, insinyur peternakan lulusan Universitas Diponegoro. Tuti -- begitu kami memanggilnya -- itulah yang mewawancarai Andi Hakim Nasoetion, bekas Rektor IPB sampai dua kali. Ada satu lagi cewek supaya kami tak dicurigai membuat markas di kamar hotel. Dia adalah Diah Purnomowati. Tommy Tamtomo, Liston P. Siregar, dan Ardian Taufik Gesuri - ketiganya calon laskar baru TEMPO - tak kalah gesit. Tommy insinyur Teknik Fisika lulusan ITB dan Liston, sarjana komunikasi lulusan Universitas Diponegoro, adalah dua serangkai yang paling bertanggung jawab atas liputan d Jakarta. Begitulah, kantor darurat ini ternyata tak cuma berguna untuk urusan laporan utama. Sejumlah reportase di rubrik lainnya juga tertolong karena dikoordinasikan dari sini. Kebetulan, komandan laporan utama ini, Putu S. (untuk membedakan dengan Putu W.) bekas kepala biro. Jadi, dia dengan gesit menampung usul dari Biro Jawa Barat dan kemudian dilemparkan ke Biro Jawa Timur, satu contoh saja. Begitulah, keputusan harus segera diambil, dan komandan dalam keadaan kritis harus tetap ada. Pembaca, masih ada yang turut kehilangan tahun baru. Ahmed Kurnia Soeriawidjaja dan Bunga Surawijaya di malam tahun baru itu terpaksa kami kirimi bahan-bahan hasil liputan untuk dirangkumnya dalam sebuah tulisan membantu Agus. Lalu, Bambang Bujono, yang kami juluki "mantan" Menteri P dan K di TEMPO karena pernah bertahun-tahun membina rubrik ini, membantu Putu menurunkan sebagian tulisan. Kali ini, Bambang membantu tatkala pesta tahun baru sudah usai. Dari kantor kami yang tidak lagi darurat, di Kuningan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini