Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Angka

Presiden Pilihan'Polling'

Megawati masih dominan, Yudhoyono terus menanjak. Partai Golkar dipilih banyak orang, tapi bukan calon presidennya.

28 Desember 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA banyak cara memilih calon Presiden Republik Indonesia di zaman serba elektronis ini. Di antaranya lewat sandek alias pesan pendek—yang lebih populer dengan sebutan SMS (short message service). Menjelang tutup tahun ini, ketika beberapa media membuka polling presiden lewat sandek, bertubi-tubilah orang menyebut presiden pilihannya. Bahkan sebuah partai dengan rajin mengimbau rekan-rekan seideologinya untuk memilih calon presiden dari partai mereka.

Tentu validitas pemilihan presiden versi sandek ini sangat diragukan. Toh, pilih-memilih ini cukup mengasyikkan menjelang tahun 2004—tahun pertama kalinya presiden akan dipilih secara langsung.

Lupakan dulu presiden pilihan sandek. Di luar polling dengan sandek, ada banyak polling yang lebih serius—dari segi metodologi dan penggarapannya.

Di medio tahun 2003 lalu, International Foundation for Election Systems (IFES), organisasi nonpemerintah yang berkantor di Washington, AS, menjaring 3.000 suara di 32 provinsi Indonesia. Ternyata Megawati Soekarnoputri masih mendapat suara terbanyak (13,7 persen). Susilo Bambang Yudhoyono menyusul kemudian dan Sultan Hamengku Buwono X di urutan ketiga.

Megawati juga tampil sebagai peraih suara terbanyak dalam polling yang diadakan oleh Saiful Mujani dkk. dari Pusat Pengkajian Islam & Masyarakat, Universitas Islam Negeri Jakarta, pada November 2002. Dari 1.800 responden di enam provinsi, 37 persen memilih Megawati. Hamzah Haz di urutan kedua dan Amien Rais di posisi ketiga.

Hasil polling Danareksa, sebuah perusahaan sekuritas milik pemerintah, juga memenangkan Megawati. Dalam jajak pendapat yang diadakan sejak Oktober 2002 hingga Februari 2003 itu, 15,3 persen suara dari 1.700 responden memilih Megawati sebagai presiden tahun 2004.

Hasil ini selaras dengan jajak pendapat yang dibuat Badan Penelitian dan Pengembangan PDI Perjuangan. Dengan suara 14,4 persen, Mega memperoleh suara terbanyak.

Yang agak lain hasilnya adalah jajak versi Center for the Study of Development and Democracy (Cesda), organisasi di bawah lembaga swadaya masyarakat LP3ES Jakarta. Dirilis pada Juli lalu, jajak ini berlangsung di 13 provinsi. Megawati keluar sebagai pengumpul suara terbanyak kedua. Yang pertama adalah Susilo Bambang Yudhoyono. Ini menarik karena responden yang diambil Cesda adalah petani, nelayan, dan buruh, "wong cilik" yang selama ini menjadi basis pendukung PDI Perjuangan dan Megawati.

Pemilu 2004 diramalkan juga akan ditandai dengan sejarah baru: presiden yang berkuasa ada kemungkinan bukan berasal dari partai pemenang pemilu. "Ramalan" ini tecermin dari hasil polling yang digelar Mei lalu oleh International Republican Institute (IRI)—lembaga nirlaba yang berpusat di Amerika Serikat. Dengan sampel dari semua provinsi, jajak IRI menempatkan Partai Golkar sebagai partai yang terbanyak dipilih. Tapi, jika bicara presiden, hasil IRI menunjukkan tidak satu pun nama calon presiden asal Partai Beringin muncul sebagai pemenang. Presiden pilihan polling IRI tetap Megawati.

Dari polling ke polling ini, ada satu nama yang menarik: Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY. Menteri Koordinator Politik dan Keamanan itu terus mendapatkan pertambahan suara. Dalam jajak Danareksa, SBY mendapat 5,2 persen, dan meningkat dalam polling oleh Cesda serta Badan Penelitian dan Pengembangan PDI Perjuangan. Di jajak IFES, SBY berada di urutan kedua. Persoalannya: adakah SBY akan maju ke pencalonan presiden? Jika jawabannya "tidak", angka-angka tadi memang bisa dianggap sebagai isapan jempol belaka.

Polling, dengan metodologi sesolid apa pun dan dengan standar error sekecil apa pun, tetap saja menyisakan peluang untuk salah. Tapi, sebagai gambaran "kasar"—yang ini pun masih mungkin berubah—berbagai polling ini menarik disimak. Siapa tahu hasilnya benar. Kalau salah? Namanya juga "ramalan".


'Polling' dan Hasilnya

IFES Juni-Juli 2003:
Megawati Soekarnoputri13,7%
Susilo Bambang Yudhoyono1,2%
Sri Sultan Hamengku Buwono X8,7%
Abdurrahman Wahid5,1%
Amien Rais4,4%
Yusril Ihza Mahendra4,1%
Hamzah Haz3,4%
Akbar Tandjung3,1%
Jenderal (Purn.) Wiranto3%
Nurcholish Madjid2,9%
Jusuf Kalla1,9%
Lainnya4,6%
Tidak tahu34%
 
International Republican Institute, Januari-Februari 2003:
Megawati Soekarnoputri11,9%
Amien Rais6,2%
Yusril Ihza Mahendra5,1%
Hamzah Haz4,4%
Susilo Bambang Yudhoyono3,9%
Abdurrahman Wahid3,4%
Lain-lain (40 tokoh)13,0%
Tidak satu pun7,4%
Tidak tahu39,7%
 
Danareksa, Oktober 2002-Februari 2003:
Megawati Soekarnoputri 15,3%
Yusril Ihza Mahendra7,2%
Amien Rais6,6%
Abdurrahman Wahid5,3%
Susilo Bambang Yudhoyono5,2%
Hamzah Haz3,4%
Tidak tahu40,1%
 
Saiful Mujani dkk., November 2002:
Megawati Soekarnoputri37%
Hamzah Haz13%
Amien Rais10%
Abdurrahman Wahid8%
Yusril Ihza Mahendra7%
Akbar Tandjung5%
Tidak tahu53%
Cesda-LP3ES, Mei 2003:
Susilo Bambang Yudhoyono15%
Hamzah Haz9%
Amien Rais8%
Akbar Tandjung6%
Yusril Ihza Mahendra5%
Megawati Soekarnoputri4%
Tidak tahu33%
 
Badan Litbang PDIP, Mei-Juni 2003:
Megawati Soekarnoputri14,4%
Hamzah Haz13%
Susilo Bambang Yudhoyono10,7%
Amien Rais8,2%
Abdurrahman Wahid8%
Akbar Tandjung6,5%
 
Versi Soegeng Sarjadi Syndicated:
Sri Sultan Hamengku Buwono12,65%
Nurcholish Madjid11,82%
Susilo Bambang Yudhoyono10,83%
Amien Rais10,09%
Yusril Ihza Mahendra9,10%
Wiranto8,54%
Megawati Soekarnoputri8,52%
Siti Hardijanti Rukmana/Tutut5,38%
 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus