Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MENCERMATI keinginan peserta Kongres Nasional Papua Barat II yang secara bulat menyatakan keluar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk kemudian membentuk negara sendiri, tentulah menimbulkan keraguan tersendiri mengenai representasi peserta kongres itu. Apalagi, ada sinyalemen bahwa kelompok-kelompok masyarakat Papua yang antikemerdekaan dilarang memasuki arena kongres, dengan berbagai cara dan bahkan teror.
Kebenaran sinyalemen itu hampir bisa dipertanggungjawabkan setelah peserta kongres sepakat menyebut penyerahan Papua Barat kepada pemerintah RI merupakan tindakan konspirasi politik sepihak oleh Belanda, AS, RI, dan PBB. Hampir tidak bisa dipercaya, jika Kongres Rakyat Papua juga dihadiri perwakilan masyarakat dari kelompok pro-RI, akan dihasilkan kesepakatan seperti itu.
Dalam dunia yang semakin transparan ini, rekayasa telanjang yang dilakukan pihak tertentu untuk menciptakan kondisi sebagaimana yang dikehendaki akan sangat mudah dibaca dan bahkan direspons secara lugas. Tidak fair-nya Kongres Rakyat Papua jelas akan menimbulkan friksi dan bahkan konflik horizontal di kalangan masyarakat Papua sendiri.
Rasanya, memang terlalu telanjang permainan kelompok-kelompok kepentingan yang mengambil peran di Papua Barat. Tak dapat dimungkiri bahwa raksasa Papua kini tengah jadi rebutan berbagai kepentingan, termasuk AS dan Australia. Betapa tidak, raksasa Papua yang masih tertidur ini memiliki kekayaan alam yang tak ternilai.
Australia melalui NGO di Port Moresby, seperti Melanesian Solidarity Group for Peace Justice and Dignity, Individual Community Rights Advocacy Forum, PNG Council of Churches, atau Catholic Commission for Justice Peace and Development, selalu mendorong dan mendukung perjuangan gerakan Papua merdeka. Sementara itu, AS dengan Freeportnya diyakini pasti memiliki agenda sendiri dalam ”menunggangi” gerakan Papua merdeka sejalan dengan kepentingannya.
Dari peta perebutan atas raksasa tidur Papua, akhirnya rakyat Papua sendiri yang dikorbankan untuk kepentingan elite yang mengatasnamakan bangsa Papua. Pertanyaan yang perlu diajukan di sini, mengertikah rakyat Papua yang nasibnya dipermainkan oleh sebagian elitenya sendiri.
DONALD PANJAITAN
Pamulang, Tengerang
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo