Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Dari Redaksi

Reporter melacak

Sejumlah reporter dan fotografer meliput peristiwa pembunuhan peragawati dice budimuljono. berbagai sumber dilacak: dari suami almarhumah, bekas sopirnya, saksi mata dan dari pihak kepolisian. (sdr)

20 September 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KALAU Anda penggemar rubrik Kriminalitas, dan ingin mengetahui nama insan-insan TEMPO yang menyajikan kisah terbunuhnya Peragawati Dice Budimuljono dalam nomor ini, apa boleh buat kami terpaksa membuat Anda berteka-teki. Hasil investigasi lima insan reporter TEMPO seperti yang sebagian Anda baca sekarang (maaf, karena kepentingan penyidikan, tak semuanya bisa kami sajikan secara blak-blakan) dikhawatirkan bisa menyulitkan mereka. Mengapa? Menurut bahan yang diperoleh kelima wartawan kami, ada sejumlah nama beken disebut-sebut kenal dekat dengan Dice. Dan, siapa tahu di antara mereka itu ada yang cemas kalau kami mengait-ngaitkan nama mereka dengan kegiatan Dice semasa hidup. Sebetulnya, tak ada yang perlu dicemaskan. Karena kami juga terikat, bahkan sangat menghormati, kode etik jurnalistik, terutama dalam hal penyebutan nama-nama tanpa pengecekan lebih dahulu. Kisah terbunuhnya Dice ini dilacak tim yang kami tugaskan ke berbagai sumber yang mengenal Almarhumah semasa hidup. Mulai dari suami Almarhumah, Budimuljono, seorang purnawirawan perwira menengah, yang dalam beberapa tahun terakhir memakai kursi roda perancang busana Nuk Hediyanto, yang sering memakai Dice untuk memperaga pakaian Jawa dan Ujang alias Bustami, bekas sopir Dice. Selain itu, kami merekam keterangan dari saksi-saksi mata yang melihat sebuah mobil yang mencurigakan, dan kemudian diketahui berisi jenazah korban, di samping PT Dupa, di daerah Kalibata, Jakarta Selatan. Dari polisi, kami juga mendapatkan sejumlah informasi. Bahkan Kapolda Metro Jaya Mayjen Poedy Sjamsudin sendiri meluangkan waktu menerima insan reporter kami di saat hari istirahatnya, Minggu malam, di rumah kediamannya. "Hari-hari ini, saya lebih banyak menerima telepon yang menanyakan kasus pembunuhan Dice daripada soal pengamanan setelah devaluasi rupiah," komentar Poedy Sjamsudin. Dari sejumlah informasi yang kami peroleh, setelah kami konfirmasikan dengan polisi, ada beberapa yang diperbaiki. Berdasarkan bahan-bahan yang dikumpulkan kelima reporter itu, dua insan penanggungjawab rubrik menuliskannya dalam Laporan Khusus kali ini. Seperti insan reporter, insan fotografer juga tak mudah mendapatkan potret-potret Almarhumah. Ada di antara keluarga Almarhumah yang keberatan gambar Dice dipajang di TEMPO. Untung, di dalam keluarga korban ada orang yang memahami dunia jurnalistik, dan dia itulah yang membantu kami mereproduksi album Dice. Sebagian bahan mengenai Dice, karena pembunuhnya masih belum tertangkap polisi, terpaksa kami simpan dulu. Dan, pada saatnya akan kami sajikan, khusus buat Anda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus