Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEMUA orang tahu bahwa rakyat Aceh termasuk salah satu suku bangsa heroik yang memberikan kontribusi besar dalam kemerdekaan Indonesia. Semua orang tahu bahwa selama pemerintahan Orde Baru telah terjadi perlakuan tidak adil, penyedotan sumber daya alam—bukan hanya terhadap wilayah Aceh dan rakyatnya—di beberapa provinsi lain oleh segelintir orang.
Semua orang tahu bahwa pemerintahan Habibie berlangsung singkat dan hanya bisa memberikan janji-janji terhadap rakyat Aceh. Namun, tidak semua orang tahu bahwa risiko suatu operasi militer mempunyai dampak yang sangat menyakitkan bagi rakyat setempat. Tak percaya? Tanyakan risiko yang pernah diderita rakyat Tapanuli ketika ada operasi penumpasan PRRI. Demikian juga pengalaman penderitaan di Jawa Barat akibat adanya gerombolan Kartosuwiryo, Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan, serta Permesta di Sulawesi Utara.
Pembakaran, pembunuhan, dan pemerkosaan terhadap rakyat tak berdosa seolah sah-sah saja dilakukan oleh dua pihak yang berhadapan. Bukan hanya oknum TNI yang melakukan hal seperti ini dalam operasi-operasi militer. Perhatikan operasi militer lainnya di dunia, misalnya dalam Perang Vietnam. Rakyat Vietnam tidak hanya diobok-obok oleh tentara Amerika Serikat, tapi juga—lebih sadis lagi—oleh gerilyawan Vietkong.
Kenapa saya sebut oknum? Karena tidak semua orang tahu bahwa pimpinan TNI tidak mungkin memerintah prajuritnya berbuat biadab. Yang kemudian terjadi biasanya adalah ketidakmampuan mendeteksi siapa kawan dan siapa lawan, sehingga para prajurit dan pimpinan strata bawah tidak memikirkan dampak dan tidak mau mengambil risiko—karena prajurit dididik untuk ’’membunuh” atau ’’dibunuh”.
Tidak semua orang tahu bahwa TNI melakukan operasi bukan atas kehendak sendiri, melainkan bertugas atas keputusan politik pemerintah.
Atas pengetahuan dan ketidaktahuan kita, kenapa rakyat Aceh tidak bersabar menunggu tindakan pasti pemerintahan Gus Dur? Selama 32 tahun pemerintahan Orba yang mencekam dan membungkam mulut, kita mampu bertahan meskipun dalam suasana ketakutan untuk berbuat dan dalam kepedihan.
Akhirnya, saya mengimbau saudara-saudara saya yang ada di Aceh ataupun di daerah-daerah lain yang ingin melepaskan diri dari RI agar berpikir ulang supaya bangsa ini tak tercerai-berai, dan bersabar.
D.E. NADADAP
Patrakomala Dalam 6
Bandung
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo