Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Angka

Rombak Tim Ekonomi

12 September 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Apakah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono harus merombak tim ekonominya untuk memperbaiki kondisi perekonomian?
(31 Agustus—7 September 2005)
Ya
82,42%633
Tidak
14,58%112
Tidak tahu
2,99%23
Total100%768

Rupiah mendadak loyo akhir bulan kemarin. Kendati Bank Indonesia telah mengawal pasar, kurs dolar tetap tembus di atas Rp 10.000. Ada banyak musabab mengapa pasar ”membuang” rupiah. Pertama, tingkat suku bunga riil domestik memang tak sanggup mengimbangi tingkat bunga dolar.

Penyebab lain yang merontokkan keseksian rupiah adalah persepsi pasar terhadap fundamental Indonesia. Para pemain valuta asing mencemaskan kesehatan ekonomi negara ini. Defisit anggaran untuk tahun ini diperkirakan akan melonjak hingga 1,8 persen dari produk domestik bruto.

Jurang defisit melebar karena biaya subsidi bahan bakar minyak (BBM) semakin membengkak. Argo subsidi, yang merupakan selisih antara harga jual domestik dan harga di luar negeri, melonjak dengan mahalnya harga di pasar internasional.

Sejauh ini belum ada tanda kenaikan harga minyak akan mereda di pasar internasional. Berbagai kalangan, baik pelaku bisnis maupun akademisi, meminta pemerintah mencabut subsidi supaya anggaran tak jebol.

Bola salju krisis minyak terus bergulir. Setelah rupiah rontok, suara-suara yang mendesak Presiden agar merombak tim ekonomi mulai terdengar. Dradjat H. Wibowo, anggota DPR dari Fraksi PAN, meminta agar ada menteri yang harus bertanggung jawab, dan tentu dicopot, akibat penurunan nilai rupiah.

Pendapat Dradjat diamini oleh ekonom Faisal Basri. ”Saya tidak hanya mendukung, tapi mendesak dilakukannya perombakan,” ucap Faisal. Faisal menilai kinerja tim ekonomi Kabinet Indonesia Bersatu buruk, baik dari segi kompetensi, moralitas, maupun kredibilitas.

Permintaan itu dijawab secara tak langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ia hanya mengatakan akan mengevaluasi kabinetnya setelah satu tahun, sesuai dengan komitmen awal.

Mayoritas responden jajak pendapat Tempo Interaktif mendukung perombakan tim ekonomi kabinet. ”Pilih para ekonom yang cerdas, mumpuni, dan berpihak pada rakyat,” ujar Akbar, responden Tempo Interaktif di Semarang.

Indikator Pekan Ini: Aksi penutupan gereja merebak di Jawa Barat beberapa pekan terakhir. Barisan Anti-Pemurtadan dan Aliansi Gerakan Anti-Pemurtadan, yang memotori aksi tersebut, beralasan tindakan mereka sesuai dengan hukum.

Gereja-gereja itu mereka tutup karena tak mengantongi izin pembangunan rumah ibadah, seperti yang disyaratkan oleh Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama Nomor 1/BER/mdn-mag/1969.

Pemerintah telah membahas aksi ini dalam sidang kabinet akhir bulan kemarin. Jalan tengah yang diambil adalah mengevaluasi SKB yang mengharuskan izin untuk pembangunan rumah ibadah. ”SKB tetap dipertahankan, tapi akan disempurnakan,” kata Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni.

Apakah Anda setuju surat keputusan bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama yang mengatur pendirian tempat ibadah itu dipertahankan? Kami tunggu jawaban dan komentar Anda di www.tempointeraktif.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus