Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Sawunggaling dan brontomangu

Iwan tirta mengadakan pameran busana batik dengan corak baju pinggang longgar & deux piece pada tgl 1 mei 1979 di pusat keaktifan batik di menteng. (ils)

12 Mei 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PUSAT keaktifan (dan penjualan) batik Iwan Tirta di bilangan Menteng, telah didandani. Menjadi lebih luas, langit-langit ruangan yang baru bergaya jeruji jarang dengan mustoko (semacam kubah) di tengahnya, mengingatkan orang akan rumah-rumah tradisionil di Jawa milik kaum bangsawan. Malam 1 Mei yang lalu, untuk tahun 1979 ini telah penuh sesak dengan para undangan, yang sebagian besar orang asing yang bermukim di Jakarta. Iwan Tirta mengadakan pameran busana dengan motif batik model baru, dan tetap berpegang pada corak baju pinggang longgar, deux piece atau baju malam dengan sedikit mencontoh gaya kemben, itu pakaian para wanita kraton. Kali ini, lwan banyak menekankan pada motif-motif pesisiran. Motif batik yang banyak mendapat pengaruh dari unsur-unsur Hindu, Cina, Islam bahkan di zaman Jepang juga membawa corak batik tersendiri, kini dia jadikan bahan baju, di samping hiasan dinding. Tentu saja motif dikecilkan. Pola-polanya banyak yang lepas dari motif-motif tradisionil yang biasanya mempunyai arti tertentu seperti kawung atau parang. Pola resisir yang warnanya hiruk pikuk bahkan ada tendensi pola bercampur baur asal jadi ini telah meramaikan sebagian besar dari koleksi Iwan Tirta. Baju model deux piece dalam pola buketan (kombinasi kembang, kupu-kupu dan mendapat ilham dari batik Banyumas) telah keluar dalam beberapa potong yang nyaris sama semua. Deux piece dengan pleats, dengan dada terbuka atau model sportif. Demikian pula pola Jawa Hokokai yang bermotif gambar mawar dan kupu-kupu. Pola indah dari Sawunggaling Tarung (sawunggaling adalah lambang kejayaan seorang raja, berupa burung) yang berwarna temaram abu-abu atau hijau, rupanya tidak memerlukan model pakaian yang terlalu pelik. Begitu pula pola Brontomangu (berasal dari Yogya tetapi dengan warna kontemporer dan motif tradisionil), cukup dengan potongan baju yang sederhana. Untuk pakaian malam, selain ditekankan pada motif yang indah tapi cukup eksotis. Selain dada yang dibuka, Iwan menekankan pada belahan kaki yang cukup tinggi. Beberapa potong bahkan terdiri dari dua macam model, satu model karung dan bisa dikombinasikan jadi lebih eksotis kalau ada selembar kain yang diikatkan di pinggang begitu saja, mirip wanita Madura memakai jarik. Hanya ditekankan pada penonjolan kaki. Tetapi kalau mencari model yang aneh-aneh atau yang lagi musim tidak bisa didapat dari butik Iwan. Dia cenderung pada yang konvensionil.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus