Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Mengarak penganten tebu

Upacara pesta giling berarti dimulainya musim giling tebu di kab. cirebon (pnp xiv) upacara dilakukan tiap tahun dengan cara doa, keramaian, tumpengan dengan harapan dapat menghasilkan gula 1 juta kwintal.(ils)

12 Mei 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KABUPATEN Cirebon mempunyai areal kebun tebu seluas 11.000 Ha. Panen tebu tahun ini, diharapkan bisa menghasilkan gula satu juta kwintal. Lumayan. Wilayah PNP XIV Cirebon ini mempunyai empat buah pabrik gula (PG), yaitu PG Sindanglaut, PG Karangsuwung PG Tersana Baru dan PG Gempol. Selain itu ada lagi dua buah di Majalengka, PG Kadipaten, PG Jatiwangi. Pabrik-pabrik umurnya cukup tua. Rata-rata didirikan di awal abad 20, bahkan PG Sindanglaut pada cerobong asapnya tertulis tahun 1896. Umur tanaman tebu cukup panjang. Setelah 16 bulan, setelah dia lebih tinggi dari manusia, panen tebun pun dimulai. Karena itu, tidak heran kalau pabrik bisa menganggur selama 9 bulan. Sepi dan seakan-akan bangunan pabrik yang tua itu seperti mati. Daerah seputar pabrik akan hidup kembali, kalau musim penggilingan tiba. Sejak pertengahan April yang lalu, pesta panen tebu sudah dimulai. Halaman rumah Administratur -- demikian sebutan untuk manajer sebuah pabrik gula atau perkebunan lainnya -- boleh diinjak siapa saja. Bahkan di pekarangannya, boleh anda membuang sampah sekalipun, tanpa ada yang memarahi atau menegur. Tidak seperti di hari-hari biasa. Seminggu sebelum Pesta Giling, halaman rumah Administratur penuh pedagang dan tontonan. Seperti pasar malam. Tapi keramaian ini hanya boleh berlangsung selama seminggu saja. Yaitu sementara pegawai pabrik sibuk membersihkan serta menyiapkan instalasi pabrik. Upacara Pesta Giling dimulai berbarengan dengan bubarnya pasar malam yang seminggu itu. Pedagang membenahi barang dagangannya, sementara tukang karosel (kumidi puter) juga membongkar segala peralatannya. Rakyat itu lebih tepat dikatakan penonton, mengalihkan tontonannya yang kini berpusat di perkebunan tebu. Upacara itu berlangsung sejak pagi-pagi sekali. Serombongan petani tebu berpakaian hitam-hitam, satu peleton anak-anak membawa tombak disertai administratur, menuju salah satu sudut kebun tebu yang ada di Sindang. Doa-doa dilontarkan. Administratur memotong beberapa batang tebu dengan parang. Tebu potongan pertama ini kemudian dinaikkan ke atas sebuah kereta yang berbentuk burung merak. Di atas kereta tersebut telah ada sepasang bentuk badan manusia, tanpa kepala dimaksudkan sebagai pengantin yang berpakaian Sunda tentu saja. Batang tebu irisan Administratur kemudian ditancapkan di bagian tengah pasangan pengantin tersebut. Pengantin tebu ini kemudian diarak dengan meriah. Kereta burung merak, serombongan petani tebu yang membawa golok, tempat air, cangkul dan alat perkebunan lainnya. Anak-anak bertombak berjalan di belakang barisan para tani tebu dan di belakangnya lagi segala macam tetabuhan. Ada reog, pencak silat, bangbarongan (semacam barongsai), kliningan. Siapa saja harus menari sampai di halaman kediaman Administratur yang jaraknya 2 km tersebut. Mungkin kalau dengan irama dangdut lebih afdol, tetapi tetabuhan tradisionil ini pun cukup meriah. Uang Logam Di depan halaman, kereta merak berhenti. Terdengar kidung (nyanyian berpantun) sahut-menyahut, sawer dan hiruk-pikuknya anak-anak kecil yang memungut hamburan uang logam. Begitu pengantin tebu diperbolehkan masuk pabrik, acara menggiling tebu pun dimulai. Masa menggiling biasanya berlangsung sampai 100 hari. Ongkos upacara pengantin tebu tahun ini, konon Rp 2 juta. Sebagian besar nasi tumpeng slametan disediakan untuk karyawan pabrik. Sedangkan beberapa tamu orang gedean, biasanya dipersilakan menuju ke pekarangan belakang rumahnya. Administratur yang luas itu. Pesta kebun dengan makan dan band, dilangsungkan. Tinggal Sat-Pam (Satuan Pengamanan) sibuk mendorong anak-anak agar tidak menerobos masuk ke pekarangan belakang untuk menyaksikan penyanyi-penyanyi band. Sementara karyawan lainnya sibuk menyerbu nasi tumpeng. Pengantin tebu selalu terjadi tiap tahun. Tapi tahun ini, kabarnya habislah sudah kontrak PNP menggiling tebu milik PG/PNP. Sebab mulai tahun depan, konon 100% kebun-kebun tebu itu sudah milik rakyat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus