Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Saya tak dapat tidur, alangkah ...

Tidak kurang dari 400 anak-anak cacat dari 11 panti asuhan diundang oleh hotel hilton untuk berhalal bihalal dalam rangka hari lebaran. pada kesempatan tersebut ditampilkan musik terapi oleh anak-anak ypac. (ils)

14 Oktober 1978 | 00.00 WIB

Saya tak dapat tidur, alangkah ...
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
BETAPA rumitnya hidup tanpa mata. Atau memiliki cacat badan lainnya. Juga, banyak orang yang belum bisa membayangkan apa kemewahan itu. Seperti apa rumah orang kaya, dan apa saja isi rumah besar yang disebut hotel. Dan 28 September yang lalu, bertemulah kedua "unsur" yang tidak pernah bertemu tersebut. Di Ruang Emas (Golden Ballroom) Jakarta Hilton -- ruang yang biasanya dipakai oleh orang-orang gedean atau orang-orang berduit mengadakan pesta. Petang itu, tidak kurang dari 400 anak-anak dari 11 panti asuhan diundang oleh Hotel Jakarta Hilton untuk berhalal-bihalal. Hal ini telah dilakukan dua kali oleh hotel tersebut, yang rupanya telah menjadi tradisi Hotel Hilton di mana-mana. Yang pertama, mereka lakukan waktu hari Natal tahun kemarin. Tahun ini, hari Lebaranlah yang kebagian. Musik Terapi Ruang Emas yang luas itu kemudian diatur lain dari biasa. Di tengah, ada beberapa bulatan yang merupakan meja bagi mereka yang tidak melihat atau bagi mereka yang bisa duduk di bawah Untuk anak-anak yang tidak bisa duduk di bawah, disediakan meja bulat biasa dengan dikelilingi kursi-kursi. Di panggung, saling bergantian pertunjukan beragam dari anak-anak panti asuhan tersebut. Di sudut kiri, tampak band Rocking Chairs selalu siap mengisi berbagai lagu, sementara tarian atau pembacaan sajak sedang dipersiapkan di panggung. Band Rocking Chairs adalah kelompok 6 anak muda yang karena lahir atau kecelakaan bernasib malang, yaitu kehilangan daya berjalan mereka sehingga harus terpaku terus di kursi beroda. Suasana pokoknya cukup semarak. Beberapa bapak atau ibu pengasuh, sibuk melayani anak-anak tersebut baik dalam hal makan, maupun persiapan acara di panggung. "Malamnya, saya tidak bisa tidur," tutur Siti Nurhaini, pelajar kelas I SMP (Madrasah) di Grogol, Jakarta. Tambahnya lagi: "Sebab wak Haji bilang, kita diundang oleh Hotel Hilton besok sore." Nurhaini adalah penghuni Panti Asuhan Nurul Yaqin, milik Haji Mide Daeng Pabeta. Pak Haji yang satu ini memang berasal dari Sulawesi Selatan tapi telah 15 tahun lebih bermukim di Jakarta. Dengan beberapa gerakan tangan, Kurniasih menjelaskan kepada orang rumah dan tetangganya, betapa senangnya dia di hotel bagus itu. Biarpun tidak bisa ngomong, Kurniasih mengatakan lantai hotel itu sehalus kulit tangannya, banyak perempuan cantik, makanannya enak dan perutnya jadi kenyang. Baju dan kaos kaki yang diperolehnya dari pesta halal bihalal itu, didekapnya terus ketika dia tidur. Hadiah itu dibungkusnya kembali rapi-rapi, seakan sayang untuk dipakai. Satu acara yang ditampilkan petang itu dan dirasa masih baru untuk Indonesia: musik terapi, ditampilkan oleh anak-anak YPAC. Musik terapi ialah musik pengobatan yang khususnya ditujukan kepada anak-anak spaspic, anak yang menderita gangguan pada pusat syarafnya, sehingga tidak dapat menggerakkan otot-otot tangan atau kaki. "Di luar negeri, pengobatan anak-anak cacat mental lewat musik sudah lama dijalankan," kata Nyonya Wisuda, salah seorang pimpinan YPAC. "Tapi di Indonesia, baru pertama kali diperkenalkan oleh Nyonya Bardach ini," sambungnya. Sepatu Baru Nyonya Ruth Bardach adalah satu dari sekian banyak orang asing yang mengamalkan tenaga dan kepandaiannya untuk anak-anak cacat. Dia berasal dari Texas. Ketika dia ikut suaminya di Hongkong, nyonya yang suaminya bekerja di kedutaan ini diminta untuk memimpin Sunday Bay Children Ortbopedia Home bermain musik. Dari latihan di hari Minggu beberapa tahun itulah Ruth Bardach ketagihan mengajar terus sampai berlangsung 3 tahun. Ketika suaminya dipindah ke Jakarta, "ketagihan" itu tetap diteruskan. Anak didiknya di YPAC kini ada kira-kira 40 orang, mulai dari umur 5 sampai 18 tahun. Latihan biasanya berlangsung selama 1,5 tahun, "dan yang saya ajarkan ialah dengan memberi contoh memukul alat-alat musik," jawab Ruth Bardach. Pelajaran diberikan dua kali dalam seminggu, selama satu jam berlatih. Kata Ruth Bardach lagi: "Anak-anak tuna rungu bisa saja diajar musik ini dengan memakai cara diberikan getaran atau vibrasi dari suatu alat musik." Ruth Bardach selain mengajar anak-anak cacat, dia juga mengajar para pamong anak-anak cacat tersebut. "Alangkah baiknya kalau hotel lain juga mengadakan acara serupa ini," kata seorang ibu yang mengantar anaknya yang tuna rungu dan bisu. Mereka yang "normal" kemudian merasa bersyukur kepada Dia dan merasa bahagia setelah menyaksikan acara petang itu. "Ah, tahun depan saya akan menyumbang lebih besar lagi," ujar seorang karyawan hotel tersebut. Rupanya dia sudah terlalu terbiasa melihat yang cantik-cantik dan yang kaya-kaya selama dia bekerja di hotel besar tersebut. "Hadiah-hadiah tersebut," kata Titi Karsono yang jadi Kepala Hubungan Masyarakat Jakarta Hilton, "adalah hadiah dari karyawan yang saling menyumbang sebisanya." Para karyawan juga menyumbangkan uang dan tenaganya untuk menghiasi Ruang Emas. Sedangkan makanan, mulai dari kuwe-kuwe, nasi dan lauk serta eskrim, adalah hotel. "Sungguh, saya terharu sekali melihat acara ini," kata seorang karyawan hotel yang lain. "Tapi tadi kenapa datang terlambat, Pak Haji?", tanyanya lagi kepada seorang haji yang mempunyai puluhan anak yatim piatu. Wak Haji dengan senangnya cepat menjawab: "Kapan tadi saya beli sepatu baru dulu buat anak-anak. 'Kan masuk hotel gede, malu dong kagak punya sepatu." Kali ini, Jakarta Hilton cuma bisa menampung sekitar 400 orang lebih. Sulitnya jumlah panti asuhan dan penghuninya yang ada di Jakarta jauh di atas jumlah tersebut. Sehingga seleksi harus benar-benar dilakukan, baik bagi panti asuhan dan juga bagi penghuni dari satu panti asuhan. "Kali ini, kami hanya menghubungi panti asuhan yang gampang kami capai dengan telepon atau mudah transportasinya," ujar Titi Karsono lagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus