"KEMBALI ke antik," merambat ke Sulawesi Utara. Di sini salah
satu ciri menggemari sesuatu yang kuno dan antik ialah pemugaran
waruga. Waruga (berasal dari kata maroga, berarti menjadi
kering) ialah kuburan lama yang mempunyai bentuk indah, balk
msan maupun ornamen-ornamen yang unik.
Dulu -- selain banyak dibuat patung, antara lain patung Gubernur
HV Worang sendiri -- waruga juga mendapat giliran untuk
dibersihkan. Dan rupanya pada suatu waktu bisa dijadikan obyek
turis, selain juga obyek penelitian tentang kisah orang-orang
Sulawesi Utara.
Ada sekitar 2.000 buah waruga tersebar di Minahasa Utara dan
Tengah dan 405 buah di antaranya telah diteliti oleh mereka yang
dianggap ahli. Banyak di antaranya dipindahkan ke suatu area
yang lebih layak. Karena tak sedikit waruga ditemukan dan
mempunyai arti sejarah terletak berdampingan dengan rumah
penduduk. Penyelidikan secara ilmiah memang belum dilakukan
karena waruga tersebut baru saja dikebut untuk dibersihkan.
Pihak Kanwil P&K Sulawesi Utara mengutarakan bahwa sebelum
waruga itu dipugar, sekitar 10% waruga-waruga di daerah ini
telah porak poranda dijungkir-balikkan oleh para pencari barang
antik.
Tonaas Worang
Bahkan menurut catatan, di tahun 1950 ada dua buah waruga yang
telah diboyong ke negeri Belanda dan Jerman. Bobot waruga itu
tak terkira beratnya tapi nilai sejarahnya jauh lebih berat
lagi. Tidak bisa diperkirakan bagaimana orang dulu menggotong
waruga itu, karena ketika waruga Opo Worang (kakek dari bekas
Gubernur Worang) tahun lalu hendak dipindahkan dari Desa
Kakaskasen, ratusan orang telah mengadakan kerja bakti untuk
mengangkatnya. Dan tidak jarang, waruga kuno terletak di tepi
tebing sungai yang cukup tinggi.
Bentuk waruga-waruga itu hampir seragam di Sulawesi Utara.
Terbuat dari batu utuh yang besar, bergerongga tengahnya dan
penutup gerongga inilah yang biasanya diberi hiasan ornamen. Ada
tiga macam waruga yang didapat di sana. Waruga besar, sedang dan
kecil. Macam waruga ini tidak ada hubungannya dengan besar
kecilnya tubuh orang yang meninggal, tapi erat berkaitan dengan
pangkat si almarhum. Meskipun di Minahasa (dan Sulawesi Utara
umumnya) di zaman dulu tidak mengenal feodalisme atau kelas
masyarakat, tapi mereka menghormati orang yang mempunyai
pengaruh dan peran istimewa yang biasanya dipanggil Tonaas atau
Walian. Ingat sajalah beberapa waktu yang lalu, bekas Gubernur
Worang telah diberi gelar Tonaas Wangko Um Banua.
Tingkatan kapan waruga itu dibuat, bisa dilihat dari bentuknya.
Misalnya di daerah-daerah seperti Kema, Kaima, Tanggari dan
Maumbi, waruga yang ditemukan tidak berisi "benda-benda
pengiring jenazah" seperti guci dan barang-barang lain yang
menjadi kesayangan ketika hidupnya. Gerongga batu hanya berisi
tulang belulang belaka. Orang menduga, waruga tingkatan ini
dibuat ketika manusia Minahasa belum mengenal barang pecah-belah
dan masih hidup di zaman batu.
Waruga Tombulu
Kemudian di daerah Talikurang Kakas dan Paso di tepi Danau
Tondano, selain tulang belulang didapati juga beberapa pecahan
kereweng (pecahan gerabah atau tembikar). Di Airmadidi bagian
bawah dan Woloan bahkan ditemukan orang keramik jenis dinasti
tertentu yang berasal dari Negeri Cina. Keramik dari zaman Sung,
Ming bahkan ada beberapa dari Swankalok -- semua ini telah
menjadi buruan pencari barang tembikar antik.
Waruga yang termuda ialah yang diperkirakan dibuat pada
pertengahan abad-19. Selain ornamen hiasan pada penutup waruga,
ada pula terdapat tulisan Latin yang menyatakan bahwa orang
Minahasa telah mengenal baca tulis. Diduga saat itu bersamaan
dengan datangnya agama Kristen yang dibawa oleh misionaris
Riedel dan Swaars ke Minahasa 147 tahun yang lalu.
Dan yang paling unik ialah waruga dari Tombulu. Makam dari
Tombulu ini tidak hanya memuat satu mayat saja. Satu lubang
batu, biasa berisi beberapa mayat yang terdiri dari sekumpulan
keluarga. Uniknya makam di Tombulu ini ialah: posisi mayat dalam
keadaan duduk. Letak makam dan letak duduk juga selalu menghadap
ke timur, ke ufuk matahari terbit. Mereka percaya, bahwa orang
yang meninggal itu akan melangkahkan jiwanya ke satu tempat
harapan yang baru, yaitu ke tempat matahari terbit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini