Sejuta kendala di grand hyatt

Saya ingin menggarisbawahi kata-kata mutiara Bapak Presiden ketika menyambut Visit ASEAN Year 1992: "Kita harus memperbaiki kekurangan yang masih ada dan membuat lebih baik lagi hal-hal yang telah kita anggap baik. Dengan demikian, kita akan dapat mengejar ketinggalan kita dalam memberikan pelayanan yang diberikan bangsa-bangsa lain yang telah maju di bidang kepariwisataan. Dalam konteks ini, demi suksesnya Visit ASEAN Year 1992, khusus untuk Indonesia, saya ingin menampilkan pengalaman kami menyambut tahun baru 1992 di Grand Hyatt, hotel kebanggaan bangsa Indonesia. Seperti biasanya, sudah menjadi tradisi kantor kami untuk berkumpul setahun sekali. Kali ini, kami memilih Grand Hyatt Plaza Indonesia. Ternyata, menjadi tamu di hotel terbesar itu sangat tak menyenangkan kami. Misalnya, ketika kami masuk ke hotel sambil menikmati es krim horn, seorang pegawai hotel menegur saya, "Maaf pak, dilarang masuk hotel sambil makan es krim." Ia tidak memberi alasan yang jelas mengemukakan larangan itu. Sementara itu, saya melihat abu rokok bejatuhan ke lantai hotel tanpa seorang pun menegur sang perokok. Selanjutnya, ketika kami masuk ke arena kolam renang, salah seorang dari dua babby sitter yang ikut bersama kami dilarang masuk. Alasannya, babby sitter itu berpakaian putih-putih seperti lazimnya seorang babby sitter. Sedangkan yang berpakaian biasa dibolehkan masuk. Pada malam tahun baru, karena ramainya oleh pengunjung, kami terpaksa duduk di samping tanaman di lobi hotel. Tiba-tiba ada yang menegur kami. Padahal, tiga meter dari kami, sepasang bule bercelana pendek bebas dari teguran sekuriti. Yang paling sial adalah teman saya yang sedang memotret anaknya dekat pohon natal di tangga lobi. Ia ditegur untuk tidak lama-lama memotret. Padahal, kami melihat seorang bule begitu bebasnya, tanpa teguran, memotret anaknya pada tempat yang sama. O.C. KALIGIS, S.H. Jalan Majapahit 18-20 Kompleks Majapahit Permai Blok B-123 Jakarta 10160