Semburan Lumpur Lapindo

LAPINDO Brantas Inc berencana mengebor lagi di Sidoarjo, Jawa Timur. Mereka hendak mengambil gas dari Sumur Tanggulangin 1 di Desa Kedungbanteng, Kecamatan Tanggulangin. Tapi masyarakat di sekitar lokasi sumur menolak. Masyarakat khawatir bernasib sama dengan tetangga mereka di Kecamatan Porong, yang terendam lumpur Lapindo. Sembilan tahun berlalu sejak bencana itu bermula, tapi penderitaan yang disebabkan lumpur belum berakhir.

29 Mei 2006, semburan pertama.
Peta Area Terkena Dampak
Luas: 641 hektare
Jumlah desa: 12 desa
Jumlah keluarga/warga: 14.000 keluarga dan 40.000 jiwa

Kewajiban PT Minarak Lapindo Jaya
Jumlah klaim ganti rugi: 13.237 berkas
Yang belum diselesaikan: 86 berkas
Total yang harus dibayar: Rp 3,8 triliun
Sudah dibayar: Rp 3,03 triliun, sejak 2013 berhenti
Talangan pemerintah: Rp 827 miliar

Tanggul Lapindo
Kolam penampungan dibangun pada 2007
Luas kolam: 6.544.721,51 meter persegi
November 2014, tanggul baru panjang 1,7 kilometer dan tinggi 5 meter
Panjang tanggul yang mengitari kolam: 22,14 kilometer
Tinggi tanggul: 12 meter
Sampai 2015 sudah 21 kali tanggul jebol

Lumpur Lapindo
Awal kejadian: 5.000 meter kubik lumpur per hari
2007: 100.000-180.000 meter kubik lumpur per hari
2012: 10.000 meter kubik lumpur per hari

APBN untuk Lapindo (Miliar)
2006 - Rp 6,3
2007 - Rp 144,8
2008 - Rp 513,1
2009 - Rp 705,8
2010 - Rp 636,8
2011 - Rp 571,8
2012 - Rp 1.060
2013 - Rp 2.050
2014 - Rp 845,1
2015 - Rp 781,7

Kerugian dan Kerusakan Versi Bappenas
Kerusakan dan kerugian secara langsung: Rp 7,3 triliun
Kerusakan dan kerugian secara tidak langsung: Rp 28,2 triliun
Biaya relokasi infrastruktur utama: Rp 3,7 triliun

Biaya Ekonomi Versi Badan Pemeriksa Keuangan
Sejak 2006 sampai 2015 mencapai Rp 32,895 triliun:
1. Biaya ekonomi langsung: Rp 19,890 triliun (60,46%)
2. Biaya ekonomi tak langsung: Rp 7,407 triliun (22,52%)
3. Biaya kegiatan relokasi: Rp 5,599 triliun (17,02%)

Sumber: Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo, Pusat Data dan Analisa Tempo