Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Si Tua, Raja Di Jalan

Para penggemar pengendara sepeda motor merk harley davidson nyaman dikendarai. biaya perawatan mahal karena tidak ada onderdilnya.

27 Desember 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEPEDA motor tua buatan tahun 1921 itu menderu dengan kencang. Pengendaranya kadang-kadang terlihat santai, bahkan ingin mengesankan kebanggaannya berada di atas kendaraan roda dua itu. Apalagi karena si yengendara sadar, ia sedang menjadi perhatian orang-orang yang menyaksikannya. "Naik Volvo tak ada orang yang memperhatikan, tapi coba naik Harley . . . ujar Bachtiar (35), anggota senior Ikatan Sport Harley Davidson (ISHD) Jakarta. Kegemaran menaiki sepeda motor mcrk Harley Davidson (HD) buatan Amerika itu, ternyata tidak terbatas di lalangan tertentu saja. Bahkan, sang Amir Islam Jama'ah, Kiai Nurhasan, adalah ketua Djama'ah Motor Club, klub pengendara HD di kotanya, Kediri. Berjubah sampai lutut, sepatu lars tinggi dan sorban melilit leher dan kepala, kiai yang sang amir biasa mengitari Kediri dengan HD-nya. "Kalau naik HD, kiai bisa berdiri di atasnya," kenang Achmat Fuad, seorang anak buah Nurhasan di Kediri. Tetapi apa kelebihan menaiki HD itu? "Rileks, dan betul-betul merasa duduk di atas motor," jawab Bachtiar, lelaki bertubuh gemuk-tegap dan berwajah bulat itu. Selain itu, walau motor HD berat, pengemudinya jarang slip atau mengalami kecelakaan. Sebab sepeda motor ini dikenal berkonstruksi dan bermesin stabil. Bachtiar sudah bergaul dengan HD sejak duduk di kelas satu SMA, tahun 1965. "Sekarang hidup saya kurang bergairah kalau tanpa HD," katanya lebih lanjut. Bekerja di perusahaan Bekleiding, Bachtiar tak jarang mengabaikan pekerjaan akibat hobi itu Dan hobi itu sekarang telah menurun kepada anaknya, Fajar (13 tahun). Kecanduan menaiki motor HD, bukan hanya menjangk iti orang bertubuh besar, tetapi juga ora jng kurus semacam Achmad Fuad (23) seorang pencinta HD di Kediri. Mengaku lebih mencintai HD dari pacarnya, Fuad yang berat badanna 45 kg dan tinggi 170 cm, tidak bisa lepas lagi dari hobi itu. "Kalau HD ini rusak sedikit saja, saya sedih," ujarnya, sambil mengutak-atik HD-nya. Kerusakan motor HD memang menyusahkan Fuad, pemiliknya. Sebab tidak ada yang menjual onderdilnya di Kediri. Untuk memperbaiki HD yang dibeli Fuad lima tahun yang lalu, sudah lima HD lainnya yang dihabiskan. Yaitu dengan cara mempreteli onderdil HD lain untuk memperbaiki HD yang rusak itu. Karena itu HD yang dulu dibelinya Rp 250.000, kini sudah menghabiskan uang Rp 1,25 juta. "Selain itu saya terpaksa merawat sendiri, sebab tidak ada montir yang mau mereparasinya," kata Fuad lagi. Sebaliknya Ketua ISHD Jakarta, Solichin, merasa onderdil HD paling gampang. Sebab, katanya, motor HD paling luwes, onderdil apa saja dari kendaraan beroda dua keluaran Jepang, bisa dipakai dengan sedikit "akal". Dan umumnya penggemar HD mempunyai kemampuan teknis untuk mereparasi kendaraan kesayangannya. Sepeda Santai HD sendiri sebenarnya sudah dilarang diimpor ke Indonesia, karena dianggap barang mewah. "Harga yang baru bisa Rp 10 juta," kata Solichin, Tetapi penggemar sepeda motor itu ada yang membeli HD di luar negeri dengan cara bagian demi bagian. Dan kemudian dirakit di Indonesia. Solichin sendiri dulunya membuka hengkel khusus HD, tetapi semenjak HD tidak diimpor, ia mengalihkannya menjadi bengkel umum. "Dulu Kodak juga langganan kami, tetapi sekarang semuanya sudah memakai motor Jepang," ujarnya. HD yang banyak dipakai sekarang ini, rata-rata motor tua dengan CC antara 750 sampai 1200, dan harga antara Rp 250.000 sampai Rp 1 juta. Kesulitan dalam hal pengimporan HD, ternyata tidak menurunkan animo penggemar motor tersebut. ISHD yang berdiri 1968, saat ini memiliki anggota 200 orang dengan 50 orang anggota alitif. Selain itu ada lagi organisasi lainnya HCJ (Harley Club Jakarta), yang menurut Solichin anggotanya lebih berada dari ISHD. Klub-klub semacam itu bertebaran di Bandung, Cirebon, Solo Semarang, Surabaya dan beberapa kota kecil di Indonesia. ISHD termasuk organisasi di bawah lingkungan KONI. "Jadi selain hobi, juga mengarah ke olahraga dan wadah persaudaraan sesama penggemar," kata Solichin di rumahnya yang sekaligus menjadi kantor ISHD. Untuk itu organisasinya sering membantu KONI, misalnya bila menyambut atlet-atlet atau olahragawan yang pulang dari luar negeri dengan menggondol kemenangan. J uga organisasi ini banyak membantu perlombaan yang mengambil arena dijalanjalan umum--seperti balap sepeda dan maraton. Selain di bidang olahraga, ISHD juga aktif dalam kegiatan sosial. Setiap bulan anggota-anggota ISIID mengawal acara bersepeda santai yang diselenggarakan Yayasan Jantung Dewi Sartika. ISHD juga bersedia diundang mengadakan atraksi mencari dana. Untuk atraksi itu, ISHD mempunyai anggota khusus yang dijuluki hell driver sebanyak 20 orang. Mereka mampu tidur di atas motor HD, atau melepaskan tangan ketika motor sedang dipacu dengan kcncang. "Untuk itu kami tidak meminta honor, kecuali makan dan bensin," kata Solichin. Barangkali karena lebih banyak bersifat olahraga dan sosial, menurut Bachtiar, sepeda motor HD tidak pernah ditanyai SIM atau STNK-nya oleh polisi bila ada razia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus