SEPEDA motor tua buatan tahun 1921 itu menderu dengan
kencang. Pengendaranya kadang-kadang terlihat santai, bahkan
ingin mengesankan kebanggaannya berada di atas kendaraan roda
dua itu. Apalagi karena si yengendara sadar, ia sedang menjadi
perhatian orang-orang yang menyaksikannya. "Naik Volvo tak ada
orang yang memperhatikan, tapi coba naik Harley . . . ujar
Bachtiar (35), anggota senior Ikatan Sport Harley Davidson
(ISHD) Jakarta.
Kegemaran menaiki sepeda motor mcrk Harley Davidson (HD)
buatan Amerika itu, ternyata tidak terbatas di lalangan tertentu
saja. Bahkan, sang Amir Islam Jama'ah, Kiai Nurhasan, adalah
ketua Djama'ah Motor Club, klub pengendara HD di kotanya,
Kediri. Berjubah sampai lutut, sepatu lars tinggi dan sorban
melilit leher dan kepala, kiai yang sang amir biasa mengitari
Kediri dengan HD-nya. "Kalau naik HD, kiai bisa berdiri di
atasnya," kenang Achmat Fuad, seorang anak buah Nurhasan di
Kediri.
Tetapi apa kelebihan menaiki HD itu? "Rileks, dan
betul-betul merasa duduk di atas motor," jawab Bachtiar, lelaki
bertubuh gemuk-tegap dan berwajah bulat itu. Selain itu, walau
motor HD berat, pengemudinya jarang slip atau mengalami
kecelakaan. Sebab sepeda motor ini dikenal berkonstruksi dan
bermesin stabil.
Bachtiar sudah bergaul dengan HD sejak duduk di kelas satu
SMA, tahun 1965. "Sekarang hidup saya kurang bergairah kalau
tanpa HD," katanya lebih lanjut. Bekerja di perusahaan
Bekleiding, Bachtiar tak jarang mengabaikan pekerjaan akibat
hobi itu Dan hobi itu sekarang telah menurun kepada anaknya,
Fajar (13 tahun).
Kecanduan menaiki motor HD, bukan hanya menjangk iti orang
bertubuh besar, tetapi juga ora jng kurus semacam Achmad Fuad
(23) seorang pencinta HD di Kediri. Mengaku lebih mencintai HD
dari pacarnya, Fuad yang berat badanna 45 kg dan tinggi 170 cm,
tidak bisa lepas lagi dari hobi itu. "Kalau HD ini rusak sedikit
saja, saya sedih," ujarnya, sambil mengutak-atik HD-nya.
Kerusakan motor HD memang menyusahkan Fuad, pemiliknya.
Sebab tidak ada yang menjual onderdilnya di Kediri. Untuk
memperbaiki HD yang dibeli Fuad lima tahun yang lalu, sudah lima
HD lainnya yang dihabiskan. Yaitu dengan cara mempreteli
onderdil HD lain untuk memperbaiki HD yang rusak itu. Karena itu
HD yang dulu dibelinya Rp 250.000, kini sudah menghabiskan uang
Rp 1,25 juta. "Selain itu saya terpaksa merawat sendiri, sebab
tidak ada montir yang mau mereparasinya," kata Fuad lagi.
Sebaliknya Ketua ISHD Jakarta, Solichin, merasa onderdil HD
paling gampang. Sebab, katanya, motor HD paling luwes, onderdil
apa saja dari kendaraan beroda dua keluaran Jepang, bisa dipakai
dengan sedikit "akal". Dan umumnya penggemar HD mempunyai
kemampuan teknis untuk mereparasi kendaraan kesayangannya.
Sepeda Santai
HD sendiri sebenarnya sudah dilarang diimpor ke Indonesia,
karena dianggap barang mewah. "Harga yang baru bisa Rp 10 juta,"
kata Solichin, Tetapi penggemar sepeda motor itu ada yang
membeli HD di luar negeri dengan cara bagian demi bagian. Dan
kemudian dirakit di Indonesia.
Solichin sendiri dulunya membuka hengkel khusus HD, tetapi
semenjak HD tidak diimpor, ia mengalihkannya menjadi bengkel
umum. "Dulu Kodak juga langganan kami, tetapi sekarang semuanya
sudah memakai motor Jepang," ujarnya. HD yang banyak dipakai
sekarang ini, rata-rata motor tua dengan CC antara 750 sampai
1200, dan harga antara Rp 250.000 sampai Rp 1 juta.
Kesulitan dalam hal pengimporan HD, ternyata tidak
menurunkan animo penggemar motor tersebut. ISHD yang berdiri
1968, saat ini memiliki anggota 200 orang dengan 50 orang
anggota alitif. Selain itu ada lagi organisasi lainnya HCJ
(Harley Club Jakarta), yang menurut Solichin anggotanya lebih
berada dari ISHD. Klub-klub semacam itu bertebaran di
Bandung, Cirebon, Solo Semarang, Surabaya dan beberapa kota
kecil di Indonesia.
ISHD termasuk organisasi di bawah lingkungan KONI. "Jadi
selain hobi, juga mengarah ke olahraga dan wadah persaudaraan
sesama penggemar," kata Solichin di rumahnya yang sekaligus
menjadi kantor ISHD. Untuk itu organisasinya sering membantu
KONI, misalnya bila menyambut atlet-atlet atau olahragawan yang
pulang dari luar negeri dengan menggondol kemenangan. J uga
organisasi ini banyak membantu perlombaan yang mengambil arena
dijalanjalan umum--seperti balap sepeda dan maraton.
Selain di bidang olahraga, ISHD juga aktif dalam kegiatan
sosial. Setiap bulan anggota-anggota ISIID mengawal acara
bersepeda santai yang diselenggarakan Yayasan Jantung Dewi
Sartika. ISHD juga bersedia diundang mengadakan atraksi mencari
dana. Untuk atraksi itu, ISHD mempunyai anggota khusus yang
dijuluki hell driver sebanyak 20 orang. Mereka mampu tidur di
atas motor HD, atau melepaskan tangan ketika motor sedang dipacu
dengan kcncang. "Untuk itu kami tidak meminta honor, kecuali
makan dan bensin," kata Solichin.
Barangkali karena lebih banyak bersifat olahraga dan
sosial, menurut Bachtiar, sepeda motor HD tidak pernah ditanyai
SIM atau STNK-nya oleh polisi bila ada razia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini