SAUDARAKU. Saya ini anak desa. Saya tak pandai
berdiplomasi. Apa yang saya katakan, ya itulah artinya. Maafkan
saya." Selesai berkata demikian, Hassan Sadat, Ketua delegasi
Iran yang ganteng itu, kembali memeluk Menteri Subroto, kini
Presiden terpilih OPEC yang baru. Subroto, yang hari itu banyak
senyum, menjawab dengan tertawa, dan merangkul balik Hassan
Sadat.
Adegan berpelukan itu berlangsung Rabu pagi lalu, di ruang
makan Pertamina Cottage yang mentereng itu. Setelah minta diri,
Wakil Menteri Perminyakan Iran itupun keluar jalanjalan, dikawal
petugas sekuriti Indonesia.
Selama sidang yang dua hari, delegasi dari Iran itu sempat
membikin tuan rumah pusing kepala. Sesaat sebelum pembukaan
sidang, tanpa ada yang tahu, sebuah potret menteri perminyakan
mereka yang ditawan oleh Irak, Mohammad Jawad Baqir Tongyuyan,
telah mereka pajang di atas kursi ketua delegasi. Terang saja
potret sebesar 90 x 60 cm, yang muncul di saat para juru potret
diizinkan mengambil foto para delegasi, menjadi sasaran utama
pagi itu. Artinya kemenangan publisitas bagi Iran.
Sepatu Kuda
Kabarnya banyak juga yang merasa jengkel dengan ulah anak
buah Imam Khomeini itu. Tapi mereka nampaknya tidak peduli.
Iran, seperti kata seorang peserta OPEC dari Indonesia, datang
ke Bali dengan satu tujuan: mem. bicarakan kasus menteri
perminyakan mereka yang ditahan oleh Irak.
Bagaimana sampai foto segede itu bisa masuk ke ruang
sidang, sampai sekarang belum begitu jelas. Tapi ada yang
bilang, pihak sekuriti yang memeriksa para anggota delegasi --
hanya para ketua delegasi saja yang tidak diperiksa--tidak
menaruh curiga. "Sebab yang dilarang iru bukan membawa foto,
tapi membawa senjata," kata seorang petugas di sana.
Untung saja delegasi Iran sekali ini tidak didudukkan
bersebelahan dengan delegasi Irak. Terjadi sedikit perubahan
dalam pengaturan tempat duduk di ruang Mawar itu. Biasanya meja
sidang OPEC berbentuk seperti sepatu kuda. Tapi sekarang diatur
secara segi empat.
Para anggota OPEC tetap duduk di kursi yang disusun secara
alfabetis. Hanya bagi para angota yang nama negaranya dimulai
dengan huruf 'I' saja diatur sedemikian rupa, sehingga
"amanlah", kata seorang petugas.
Maka delegasi Indonesia yang duduk di ujung meja paling
kiri, tetap saja bertetangga dengan Iran. Tapi Irak, yang
mestinya duduk persis sebelah Iran, kini ditempatkan di ujung
meja lain, yang terpisah sekitar empat meter dari kursi
Indonesia.
Foto besar Mohammad Jawad kabarnya tidak bergeser dari
tempatnya, sampai sidang babak pertama selesai di siang hari.
Dalam sidang di hari pertama itu, yang terpaksa diskors setelah
berjalan beberapa saat, rupanya Iran mendesak agar masalah
penangkapan menteri mereka dicantumkan secara khusus dalam
agenda sidang. Serta merta Menteri Perminyakan Irak, Tayeh
Abdul-Karim, menolaknya, dan mengancam akan walk-out bila usul
Iran itu diterima sidang.
Iran pun semula mengancam akan keluar sidang juga kalau
permintaan mereka tidak dikabulkan. Tapi setelah melalui
perdebatan yang sengit, yang kabatnya membuat Presiden OPEC
Subroto ketar-ketir. Hassan Sadat mau mundur selangkah:
memasukkan kasus menteri Jawad ke dalam "masalah lain". Toh Irak
tetap bersikeras tak mau melihat forum OPEC ini membicarakan
soal lain, kecuali minyak. Masalah penahanan itu, menurut Tayeh
Abdul-Karim, sama sekali tak ada hubungan dengan konperensi.
Sebuah sumber TEMPO menilai sikap Irak sebagai
"legalistis". Forum OPEC, demikian sumber tadi, bagaimana pun
merupakan forum Dunia Ketiga. OPEC, sebagaimana disetujui banyak
orang, mernang bukan sekedar persatuan tukang jual minyak. Maka
untuk menjaga persatuan OPEC, yang oleh Dunia Barat diramalkan
bakal berantakan, tercapai juga suatu jalan keluar memberi
kesempatan pada Iran untuk bicara, tapi tidak dimasukkan
dalam keputusan sidang.
Tak melihat jalan mulus, delegasi Iran pun rupanya memilih
caranya sendiri. Tak cukup dengan insiden foto pada saat
pembukaan sidang, Hassan Sadat, setelah selesai sidang, kembali
mengulangi demonstrasinya denan pameran foto Imam Khomeini dan
potret-potret korban perang di Iran.
Kampungan
Banyak wartawan berpendapat adegan yang dilakukan sesaat
setelah konperensi pers dengan Hassan Sadat, tak lagi semenarik
'kejutan' di pagi hari. Bahkan ada yang bilang, itu agak
"kampungan". Tapi di luar dugaan, Hassan Sadat, 35 tahun,
dalam bahasa Inggris yang cukup jelas dengan tangkas menjawab
setiap "serangan" yang dilontarkan para wartawan. Hassan, si
anak desa itu, lebih pintar bicara soal politik daripada soal
minyak.
Itu juga terlihat dari gaya mereka membuat pernyataan
tentang Menteri Perminyakan Mohammad Jawad. Mereka antara lain
mengemukakan harapan agar ada menteri perminyakan dari negara
OPEC yang menjenguk keadaan Menteri Perminyakan Iran yang
ditahan di Baghdad itu. Menurut Hassan Sadat, telah terjadi
"penyiksaan" atas diri Menteri Perminyakan Iran itu. Suatu hal
yang dibantah oleh Irak, tentu saja.
Sikap bermusuhan mungkin masih akan bertahan lama antara
Iran dan Irak. Tapi di Bali terbukti kedua pendiri OPEC itu bisa
saling bertemu, seperti dalam soal harga. Ke-13 anggota OPEC
juga "mendukung himbauan yang tulus dan jujur" dari Presiden
Soeharto agar kedua negara yang masih bersengketa itu mencari
jalan keluar secepatnya, supaya tercapai OPEC yang damai.
Enam bulan lagi semua anggota OPEC akan bertemu lagi,
kabarnya di Jenewa. Siapa tahu suasana damai di Bali akan
menular ke negeri Swiss yang netral itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini