Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kutipan & Album

Sofyan Tsauri, 64 Tahun

19 Juni 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Sofyan Tsauri dikukuhkan sebagai profesor riset di bidang kimia pada Kamis dua pekan lalu. Ketua LIPI periode 1995-2000 itu dianggap sudah memenuhi kriteria untuk menyandang gelar tersebut.

Profesor riset adalah gelar yang diberikan pemerintah kepada para peneliti utama yang sudah meraih golongan IV/E dan melampaui syarat minimal pendidikan S-2. Selain itu, yang bersangkutan sudah menulis setidaknya dua judul di jurnal ilmiah internasional yang terkreditasi.

Lahir di Gresik, Jawa Timur, 29 Desember 1942, Sofyan mengawali kariernya sebagai Sekretaris Lembaga Kimia Nasional LIPI pada 1975. Selain di LIPI, peraih Doktor Bidang MIPA-Kimia ITB itu juga pernah menjadi Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertahanan RI (2001-2005).

Dalam pidato pengukuhan, Sofyan membeberkan topik bertajuk Ilmu Kimia, Etika Keilmuan dan Penelitian: Sumbangan bagi Indonesia yang sedang Membangun. ”Peneliti boleh salah, tapi tak boleh bohong,” itulah kredo yang dipegang peraih Satya Lencana Karya Sapta (1995) ini.

Meninggal Junus Melalatoa, 74 Tahun

Antropolog senior Universitas Indonesia, Profesor M. Junus Melalatoa, tutup usia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Selasa pekan lalu. Hampir sebulan, pria kelahiran Takengon, Aceh, 26 Juli 1932 itu dirawat karena mengidap kanker kandung kemih. Junus meninggalkan seorang istri, Asiah Abu Bakar, dan empat orang anak. Jenazah kakek lima cucu itu dimakamkan sehari kemudian di pemakaman umum Pondok Kelapa, Jakarta Timur.

Semasa hidupnya, alumni antropologi UI itu gemar bertualang ke berbagai daerah di Tanah Air untuk memahami budaya setempat. Junus sangat terkesan dengan berbagai etnik yang ditemuinya, antara lain suku Talang Mamak di Riau, Dani dan Sentani di Papua, serta Dayak Kenyah di Kalimantan.

Saat usianya mencapai kepala enam pun, dosen di FISIP-UI dan Institut Kesenian Jakarta itu tetap rajin menjelajah. Selama lima tahun hingga 1997, ia meneliti sepuluh kebudayaan, yakni Bali, Melayu, Batak, Aceh, Sumba, Dayak Benoa, Minangkabau, Sunda, Seram, dan Bugis.


”Sudah tak ada percaloan lagi. Kalau nanti ada lagi, akan saya gebuk lagi." —Menteri Agama Maftuh Basyuni, di Jakarta, Selasa pekan lalu. Menteri mengaku sudah berdamai dengan Azzidin, anggota Fraksi Partai Demokrat DPR-RI, yang sempat ia sebut calo haji, sepekan sebelumnya.

”Banyak penjahat yang kita tindak, namun penebangan hutan masih terjadi. Ini tak boleh dibiarkan.” —Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, saat memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, di Jakarta, Senin pekan lalu. Presiden minta semua warga memerangi pencurian dan penebangan hutan ilegal secara total.


TEMPO DOELOE

19 Juni 1867 Raja Meksiko keturunan Austria, Maxmillian, dibunuh pejuang kebebasan yang dipimpin Benito Juarez. Maxmillian adalah boneka penjajah Prancis. Setelah raja tewas, Benito Juarez menjadi presiden.

20 Juni 1875 Jepang menduduki sebuah pulau di Lautan Teduh. Usai Perang Dunia Kedua, pulau yang diberi nama Okinawa itu dikuasai Amerika. Pada 1972 Amerika mengakhiri pendudukannya, namun tetap memiliki pangkalan militer di sana.

21 Juni 1970 Proklamator kemerdekaan dan presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, meninggal dunia pada usia 69 tahun. Dia adalah penggali Pancasila, dasar negara Indonesia, dan penulis teks proklamasi.

22 Juni 1633 Galileo Galilei diajukan ke pengadilan gereja Italia. Pemikirannya tentang matahari sebagai pusat tata surya bertentangan dengan keyakinan gereja bahwa bumi adalah pusat alam semesta. Ia divonis kafir dan diancam dengan hukuman mati.

23 Juni 1939 Prancis menyerahkan pelabuhan Iskandariah kepada Turki. Pelabuhan yang terletak di tepi Laut Mediterania itu, sesuai dengan perjanjian Inggris-Prancis usai Perang Dunia Pertama, berada di wilayah Suriah.

24 Juni 1509 Henry VIII naik takhta di Inggris. Pada masa pemerintahannya, gereja Inggris memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma. Ini sekadar untuk memenuhi kehendak Henry menceraikan istrinya, Catherine of Aragon, dan menikahi Anne Boyle.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus