ABAD XVIII yaitu tahun 1723, bertahtalah raja Kerajaan Siak Sri
Indrapura pertama. Kerajaan itu terletak ditepi Sungai Siak, di
Kabupaten Bengkalis, Riau. Raja terakhir adalah Sultan
Assaiyidis Syarief Kasim II Abdul Jalil Syaifuddin. Beliau ini
memegang pemerintahan dari 1915 sampai wafatnya, 24 April 1968.
Di antara peninggalan kerajaan Siak ada yang disebut Balai Rung
Sari atau Balai Kerapatan Tinggi. Terletak kira-kira 500 meter
dari Istana Siak. Bangunan yang telah berusia sekitar 113 tahun
itu (semasa pemerintahan Raja Siak ke 11) kini sudah hampir
musnah. Untung pemerintah turun tangan. Tahun 1976 Proyek Sasana
Budaya di Jakarta -- proyek yang menangani pemugaran
peninggalan-peninggalan bersejarah -- setuju untuk memugar Balai
Rung Sari Siak itu.
Awal 1978 pemugaran baru bisa dimulai. Bangunan seluas 1.205 MÿFD
di atas tanah 4.447 mÿFD ini memang tidak membutuhkan waktu lama.
Kurang lebih setahun pemugaran selesai. Tanggal 18 Pebruari lalu
Menteri P&K Daoed Joesoef meresmikannya sebagai museum dan
taman budaya.
Balai itu dulu di samping untuk upacara pelantikan raja dan
musyawarah para pembesar kerajaan, juga tempat pengadilan --
baik perdata, hukum adat, hukum syarak atau kriminil. Semua itu
berlangsung di lantai II yang mempunyai tiga ruang ruang sidang,
ruang panitera dan ruang tunggu. Sedangkan lantai I untuk ruang
kantor dan ruang kadhi.
Untuk menuju lantai II ada tiga tangga yang tak boleh digunakan
secara sembarangan. Untuk masuk ke lantai II harus memakai
tangga batu yang menghadap ke sungai yang langsung menuju
dermaga. Ini tentu karena para pembesar Kerajaan Siak dulu
memakai perahu kalau mau bersidang.
Dua tangga lagi terletak di tengah. Konon dua tangga ini khusus
untuk menandai apa yang telah terjadi di dalam sidang atau
pengadilan yang berlangsung. Jelasnya begini.
Tangga itu dua macam: satu terbuat dari kayu dengan lebar
sekitar satu meter dan satu lagi terbuat dari besi yang
berbentuk tangga spiral. Tangga besi hanya dipakai oleh mereka
yang dalam sidang atau pengadilan keluar sebagai pemenang.
Tangga kayu sebaliknya, bagi mereka yang kalah.
Tangga Kayu & Besi
Dalam perkara pengadilan, pihak yang dijatuhi hukuman tidak
perlu susah-payah menuju tempat tahanan. Begitu sampai di lantai
I lewat tangga kayu si terhukum langsung saja boleh meloncat
beberapa meter ke halaman: di situ sudah menunggu rumah tahanan
lengkap dengan penjaganya. Sayang rumah tahanan ini sudah tiada
bekasnya. Menurut keterangan Effendi BA, Kepala Bidang
Permuseuman, Sejarah dan Kepurbakalaan Kanwil P&K Riau, karena
bangunannya dulu memang tidak dibuat permanen.
Sebagai museum dan taman budaya, Balai Rung Sari akan digunakan
untuk menyimpan dan memelihara peninggalan-peninggalan
bersejarah Riau. Juga untuk acara-acara kesenian khas Riau.
Tapi agak menimbulkan pertanyaan juga apa saja peninggalan
bersejarah Riau yang bisa disimpan di Balai Rung Sari itu. Sebab
isi bekas istana Siak saja boleh dikata 100% bukan berasal dari
Riau ada gramapon dari Jerman, keramik dari Tiongkok dan Jepang,
kursi-kursi dari Eropa dan sebagainya.
Untuk mengunjungi Balai Rung Sari Siak Sri Indrapura ini bisa
ditempuh dari Pekan Baru lewat Sungai Siak. Dengan bus-air
perjalanan bisa makan waktu 4 jam. Dengan perahu motor hanya dua
jam. Tapi berhati-hatilah. Sebab Sungai Siak ini konon sungai
terdalam di Indonesia: rata-rata 30 meter, meski lebarnya hanya
sekitar 50 meter.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini