Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Surat

1 Februari 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Informasi Menyesatkan Bom Thamrin

Mengikuti dan mencermati pemberitaan yang beredar saat terjadinya ledakan di kawasan Thamrin, Jakarta, 14 Januari 2016, bersama ini saya mengecam keras adanya media formal yang selama ini menjadi salah satu pegangan informasi masyarakat yang secara sangat tidak bertanggung jawab telah memberitakan kabar yang tidak dikonfirmasi kebenarannya lebih dulu.

Sebuah stasiun televisi nasional selama beberapa saat secara konstan menuliskan di headline mereka tentang adanya ledakan di kawasan Slipi, Kuningan, dan Cikini, padahal sesungguhnya tidak ada ledakan di ketiga tempat tersebut. Berita ini membuat panik masyarakat sehingga kabar adanya ledakan di sana-sini menjadi semakin mencekam. Salah seorang karyawan kami menjadi sangat cemas karena putrinya bersekolah di kawasan yang disebutkan, apalagi kemudian ia menerima kabar bahwa saat itu semua pegawai sekolah dan anak didik dikumpulkan di aula untuk mengantisipasi ancaman teror berikutnya. Belum lagi bumbu informasi bombastis yang bertebaran di media sosial dan grup chat yang memuat daftar mal yang akan diserang, beberapa lokasi yang mengalami ancaman bom, hingga kegiatan tembak-menembak dari sepeda motor.

Bersama ini, saya mengimbau semua media, baik nasional maupun lokal, dan pengguna media sosial untuk mengutamakan akhlak dan etika pemberitaan serta secara bertanggung jawab mengabarkan hanya berita yang telah diverifikasi kebenarannya. Saya juga mengimbau rekan-rekan masyarakat untuk secara bijak memilih sumber berita dan berhati-hati dalam meneruskan berita yang diterima, karena bisa-bisa kabar tersebut hanyalah bualan yang tidak bertanggung jawab yang sengaja disebarkan untuk memperkeruh keadaan dan menambah kepanikan masyarakat.

Mari kita bangun Indonesia Raya yang arif, berakhlak, serta mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa. Kalau mau beda, berbedalah secara benar.

Basuki Tjandrasjahan
Tangerang


Kemiskinan Penyebab Terorisme

Banyak spekulasi mengapa orang rela meledakkan diri dengan bom seperti di Jalan Thamrin, Jakarta, pada 14 Januari lalu. Mungkin motif ekonomi. Seseorang bisa dan mau melakukan hal sekejam itu karena tuntutan ekonomi yang mengimpit kehidupan dia dan keluarganya. Ditambah mereka memiliki kekecewaan yang mendalam kepada para pejabat di negeri ini yang lalai menyejahterakan rakyatnya serta lebih mementingkan memperkaya diri sendiri dan kelompoknya. Hal itulah yang menyebabkan mereka, para pelaku teror bom bunuh diri, berani melakukan aksi sekejam itu tanpa mempedulikan orang lain di sekitarnya.

Seharusnya pemerintah sadar akan penderitaan masyarakatnya. Seharusnya pemerintah terus hadir di tengah-tengah masyarakat, karena berkat merekalah kalian, para pejabat di negeri ini, bisa duduk di kursi kekuasaan yang nyaman. Karena kemiskinan dan kebodohan sangat dekat dengan kezaliman, merosotnya moral dan akhlak masyarakat adalah salah satu penyebab kemunduran bangsa ini yang tidak lepas dari kegaduhan-kegaduhan yang sebetulnya dibuatnya sendiri.

Andai pemerintah mau serius kembali ke Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, saya berkeyakinan bangsa Indonesia akan benar-benar mampu mengantarkan masyarakatnya berkehidupan yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Jangan sampai teks Pembukaan UUD 1945 hanya menjadi ucapan anak sekolah dasar ketika melangsungkan upacara bendera setiap Senin pagi.

Nurdiansyah
Depok, Jawa Barat


Saran untuk Ahok

Indonesia butuh orang seperti Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Orangnya tulus dan tidak berutang budi kepada siapa pun. Tapi cara dia menyampaikan niat baiknya banyak tidak disukai orang. Temperamental dan brutal. Tergantung siapa yang menilai. Kalau bagi saya, biasa-biasa saja. Menghadapi warga Jakarta yang semakin keras memang harus begitu.

Jika Pak Ahok ingin menurunkan kadar temperamennya dalam menghadapi warga Jakarta, saya sarankan mengikuti anjuran saya, yaitu pola 100 jam bergabung dengan tokoh-tokoh yang low profile.

Kalau Pak Ahok atau penasihat kepribadiannya berminat pada saran saya, caranya adalah dipilih waktu-waktu tertentu dalam sepekan. Cukup lima jam bertemu dengan tokoh-tokoh itu. Saya yakin, bila Pak Ahok melakukan saran saya, ia akan menjadi pemimpin yang lembut dan tegas. Pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta nanti, beliau akan kembali terpilih sebagai orang nomor satu di Ibu Kota.

Pandu Syaiful
Pekanbaru, Riau

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus