Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Surat

18 Januari 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Soal Reklamasi Jakarta

Reklamasi yang tengah dikembangkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama sembilan perusahaan pengembang reklamasi lain harus dapat memperhatikan dampaknya demi memperoleh lahan daratan baru yang siap menjadi tempat hunian serta tempat bekerja yang nyaman dan berkualitas.

Tidak hanya dicirikan dengan pertumbuhan investasi yang tinggi, tapi juga kualitas lingkungan yang baik dan manusiawi, dengan dukungan partisipasi masyarakat dalam pembangunannya. Sebab, bagaimanapun, pengembangan ke wilayah utara Jakarta adalah satu-satunya hal yang paling logis dan seharusnya akan baik-baik saja ketika ada yang mengimplementasikannya ke laut. Sebagai contoh, Jepang, Korea, Singapura, dan Belanda telah melakukan reklamasi dan mereka dalam kondisi sangat baik dan maju.

Selain itu, dapat kita nilai bahwa reklamasi 17 pulau di pantai utara Jakarta adalah alternatif yang mutlak bagi pemenuhan kebutuhan lahan daratan baru di kota sebesar DKI Jakarta. Kebutuhan dan manfaat reklamasi dapat dilihat dari aspek tata guna lahan, aspek pengelolaan pantai, dan aspek sosial-ekonomi. Tata ruang suatu wilayah tertentu kadang perlu direklamasi agar dapat berdaya dan hasil guna. Untuk pantai yang diorientasikan bagi pelabuhan, industri, dan wisata atau permukiman yang perairan pantainya dangkal, wajib direklamasi agar bisa dimanfaatkan.

Nurdiansyah
Kota Depok, Jawa Barat


Alih Kelola Minyak Bumi

Sampai kiamat, minyak dan gas Indonesia mungkin akan tetap dikelola oleh bangsa asing. Kita hanya jadi buruh. Menurut saya, untuk menyedot minyak mentah ini dari perut bumi, kita tinggal selangkah lagi. Anak-anak muda putus sekolah atau minimal pernah menuntut ilmu di sekolah menengah kejuruan bisa bekerja di pengeboran air tanah.

Mereka bisa menemukan sampai mendapat air bersih. Hanya, yang berbeda adalah jenis pipa dan radius lingkar pipa yang dibenamkan. Kalau mengebor air tanah, pipanya terbuat dari plastik. Sedangkan untuk menyedot minyak, pipanya terbuat dari besi. Juga beda kedalaman pipa yang harus dibenamkan sampai mendapat minyak mentah.

Pengelolaan pengeboran minyak oleh kita sendiri ini sudah lama ada dalam pikiran saya. Rasanya juga sudah sejak 20-an tahun yang lalu. Murid-murid saya banyak saksinya. Malah saya berharap mereka yang akan melakukannya, eh ternyata, setelah mendapatkan ijazah dari institut ternama di Bandung, mereka banyak memilih bekerja di luar negeri. Sayang, bukan?

Pandu Syaiful
Pekanbaru, Riau


Keluhan untuk Garuda Indonesia

SAYA adalah pemegang tiket Garuda bernomor 126-9660958608. Bersama delapan anggota keluarga saya, kami batal berangkat pada 22 Oktober 2015 karena faktor cuaca. Saya memulai proses full refund karena aturannya yang memungkinkan. E-mail pertama saya baru dibalas Garuda pada 1 November 2015.

E-mail saya kerap lama baru berbalas. Padahal saya selalu segera membalas ketika ada e-mail dari Garuda. Bahkan e-mail saya yang menanyakan jenis identitas dua anak balita saya yang perlu dilampirkan tak berbalas. Saking lambatnya pembalasan e-mail dan refund, saya sempat mendatangi counter Garuda di Hotel Borobudur, Jakarta.

Setelah semua proses panjang itu, akhirnya pada 14 Desember 2015 saya mendapat konfirmasi bahwa kesembilan tiket tersebut akan dikembalikan uangnya—dengan nomor approval CGG/10008/15:REF:REFJKT/CGG/FM/No7/10Nov15.

Di e-mail yang sama, Garuda meminta saya menghubungi agen travel tempat saya membeli tiket karena pengembaliannya akan dilakukan melalui akun agen travel. Hari berlalu, tahun berganti, dan belum ada kelanjutan tentang di mana uang saya sampai sekarang, pertengahan Januari 2016.

Di e-mail yang sama, Garuda meminta saya menghubungi agen travel tempat saya membeli tiket karena pengembaliannya akan dilakukan melalui akun agen travel. Hari berlalu, tahun berganti, dan belum ada kelanjutan tentang di mana uang saya sampai sekarang, pertengahan Januari 2016.

Tito Sunaryo
Jakarta


Pengalaman Buruk Memakai Kamera Canon

Setahun yang lalu, 18 Desember 2014, saya membeli kamera saku Canon PowerShot S200 dari PT Datascrip Pusat dan bergaransi 1 tahun terhitung dari tanggal pembelian. Seminggu kemudian, kamera tersebut saya pakai saat liburan akhir tahun bersama keluarga selama 12 hari.

Sepulang liburan, karena akan lama tak terpakai—atas petunjuk pada manual book—baterainya saya pisahkan dari kamera. Kemudian disimpan di dalam lemari.

Akhir Desember 2015, ketika berlibur bersama keluarga ke Vietnam, saya membawa kamera Canon S200 yang tersimpan lama itu. Baterainya sudah saya charge sampai penuh. Kamera siap untuk dipakai. Selama perjalanan liburan, kamera saya bawa sendiri dimasukkan ke soft case agar terlindung dari segala benturan.

Pada hari pertama di Vietnam, kamera itu mulai bermasalah. Hanya beberapa kali bisa dinyalakan, tapi sesaat kemudian mati lagi sampai akhirnya mati total. Kamera tak berfungsi sama sekali. Kesempatan memotret momen eksklusif bersama keluarga pada pergantian tahun di sana pupuslah sudah.

Setelah kembali ke Jakarta, pada 11 Januari 2016, saya memperbaiki kamera itu di Canon Care Center, ITC Fatmawati. Menurut data di sana, garansinya habis pada 31 Desember 2015, karena itu saya harus menanggung biaya pemeriksaan Rp 220 ribu, tidak termasuk bagian yang mesti diganti jika ada. Dua hari kemudian, datang pemberitahuan bahwa biaya perbaikannya sebesar Rp 2.877.000. Itu sama dengan harga kamera baru jenis yang sama sekarang. Setahun lalu, kamera itu saya beli Rp 2.866.500.

Karena tak menyangka biaya perbaikannya sebesar itu, saya membatalkan proses perbaikan dan harus membayar 50 persen dari biaya pemeriksaan.

Saya kecewa, kamera sekelas Canon cuma bisa berfungsi 12 hari.

Edi Rustiadi Murad
Jalan Bintaro Tengah Y3/17
Tangerang Selatan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus