Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pelukis Geber Bioskop
Liputan majalah Tempo edisi 25 Juni-1 Juli, "Lukisan Palsu Sang Maestro", sungguh menarik, penting, dan bermanfaat.
Selama ini, sebetulnya, "kasak-kusuk" tentang lukisan palsu itu sudah beredar di kalangan terbatas pencinta dan pengoÂleksi lukisan, termasuk cerita "goreng-menggoreng" yang dilakukan oleh para art dealer untuk semata-mata mendapatkan keuntungan finansial. Tapi baru Tempo yang turun melakukan investigasi yang sungguh-sungguh dan menuliskannya dengan bagus dan berwibawa. Salut untuk Tempo.
Namun ada dua hal yang mengganggu kenyamanan saya, yaitu keterangan (pengamat seni rupa) Eddy Soetriyono pada halaman 71 (tulisan utama). Di situ Eddy dikutip mengatakan, "Hendra bekas pelukis geber bioskop. Justru para pemalsu akan terengah-engah menirunya."
Pertama, menurut berbagai bahan bacaan yang saya simak, "pelukis geber bioskop" itu adalah Affandi, pada masa mudanya di Cirebon. Pada malam hari, Affandi bahkan bekerja sebagai penyobek karcis di pintu masuk bioskop. Selama bergaul dengan Hendra Gunawan, dia juga tak pernah menceritakan pernah melukis "geber bioskop". Kedua, apa relevansi "pelukis geber bioskop" dengan "para pemalsu akan terengah-engah menirunya"? Atas penjelasan redaksi, saya ucapkan terima kasih.
Izhar Harunsyah
Jalan Taman Bougenville VII/5, Lippo Cikarang 17550
Terima kasih atas tambahan penjelasan Anda.—Redaksi
Dua Kartun Wakil Menteri
Sebagaimana diketahui publik, baru-baru ini timbul polemik tentang jabatan wakil menteri. Hal ini disentil dalam Ârubrik karikatur majalah Tempo edisi 17 Juni 2012 halaman 20, yang memelesetkan judul lagu menjadi "No Wamen No Cry".
Meski dengan gambar karikatur yang berbeda, koran Medan Bisnis edisi 6 Juni 2012 telah lebih dulu menyentilnya dengan kata-kata yang persis sama, yakni "No Wamen No Cry". Itu sebabnya, saya ingin meminta klarifikasi apakah majalah Tempo menyontek pelesetan lagu tersebut dari koran Medan Bisnis.
Suangkupon Siregar
Jalan Raya Medan Tenggara 276, Medan
Tidak ada penyontekan ide terhadap kartun yang dimuat di harian Medan Bisnis. Pernyataan Wakil Menteri Hukum Denny Indrayana "No Wamen No Cry" adalah bersifat umum dan telah dipublikasikan luas sehingga kemungkinan kesamaan ide bisa terjadi. Tapi ada perbedaan mendasar dari dua kartun tersebut. Tempo menggambarkan Denny Indrayana seperti Bob Marley, sementara di harian Medan Bisnis, Denny mengenakan jas dan dasi.—Redaksi
Lenovo Tak Profesional
Pelayanan Lenovo layak dikatakan tidak profesional. Buktinya, ketika ada masalah dengan komputer jinjing MB IBM 3043 yang belum satu tahun saya beli, banyak alasan dikemukakan pihak Lenovo untuk menghindar dari permasalahan yang terjadi pada laptop saya. Mulai staf penjemput yang tidak bisa datang, staf gudang Lenovo tak bisa dihubungi, teknisi yang kurang mengerti masalah, hingga adanya penggantian sementara yang bisa disediakan Lenovo saat laptop diperbaiki.
Padahal pekerjaan saya sangat bergantung pada komputer yang saya beli. Bila saya tidak memperoleh penggantian saat laptop diservis selama dua bulan, sama saja artinya menyuruh saya meninggalkan pekerjaan.
Triwidiana Ernawati
Kompleks TNI Angkatan Laut, Pondok Labu, Jakarta Selatan
Mana Buku Pesanan Saya?
Melalui [email protected], pada 19 April 2012, saya melakukan pemesanan buku berjudul Sistem Jaminan Kesehatan Konsep Desentralisasi Terintegrasi. Besok paginya, melalui alamat e-mail yang sama, saya memperoleh respons otomatis atas pesanan itu dengan nomor pesanan 13. Dalam e-mail diinformasikan, bila dalam waktu tiga hari uang pembayaran buku belum ditransfer, pesanan dianggap batal.
Karena itu, melalui anjungan tunai mandiri BNI 46 di stasiun pengisian bahan bakar umum Tidar, Malang, Jawa Timur, saya mentransfer Rp 60 ribu ke rekening BNI 0053588363 atas nama Andri Ansari. Pembayaran atas pesanan buku itu dilakukan pada Sabtu, 21 April 2012, pukul 12.14.
Namun hingga saat ini buku tidak pernah datang. Saya sudah berusaha mengkonfirmasi pesanan tersebut melalui alamat e-mail [email protected] ataupun mengontak kpmak-ugm.org, tapi tidak pernah ada jawaban.
Saya telah berusaha mengkonfirmasi pesanan buku tersebut dengan mengirim surat via pos dengan barcode 11971939857. Namun, hingga surat pembaca ini dikirim pada 20 Juni 2012, buku tak kunjung saya terima. Padahal saya sangat membutuhkan buku itu.
Saya berharap buku tersebut segera dikirim ke alamat rumah saya.
Budhy Prianto
Jalan Ranakah P-42 ,Tidar Permai, Malang 65146
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo