SEBUAH peristiwa penting, mungkin bersejarah, tetapi berlangsung dengan cara biasa-biasa saja: sejak Selasa pekan lalu, secara resmi Goenawan Mohamad tidak lagi bekerja aktif sebagai Pemimpin Redaksi TEMPO. Kegiatan yang sejak TEMPO lahir merupakan bagian hidupnya itu kini diteruskan oleh Fikri Jufri, yang selama ini selalu mewakilinya bila Goenawan berhalangan. Ini bukan perkembangan baru, sebenarnya. Dalam beberapa bulan terakhir Goenawan, meskipun secara belum resmi, sudah mendelegasikan wewenang yang ada padanya ke Fikri dan rekan- rekan lain. Sudah lama pula diolah dan dipersiapkan agar TEMPO benar-benar berjalan sebagai lembaga, hingga bila terjadi pergantian kepemimpinan, TEMPO bisa tetap terus, dalam jiwa dan raganya, bahkan bisa akan lebih berkembang. Lagi pula, selama ini, di Majalah TEMPO juga sudah ditegakkan tradisi bahwa bagi seorang wartawan jabatan itu tidak terlalu penting. Yang pokok adalah profesinya. ''Saya ingin memberi contoh bahwa bagi seorang wartawan jabatan bukan suatu hal yang utama, tapi profesinyalah yang paling utama,'' kata Goenawan. Dengan tradisi itu, alih generasi juga bisa lancar. Maka, sementara Fikri Jufri memimpin TEMPO sehari-hari, regenerasi disiapkan. Dalam hal inilah Goenawan akan berperan, sebagai guru dan pembimbing, dibantu oleh Yusril Djalinus, yang melepaskan jabatannya sebagai redaktur eksekutif untuk bisa mencurahkan diri pada persiapan tim TEMPO untuk tahun-tahun mendatang. Dengan bimbingan Pemimpin Umum Eric Samola, diharapkan setelah ini pergantian kepemimpinan akan bisa dilakukan secara teratur agar sampai kelak TEMPO selalu bisa gesit mengikuti perubahan yang kian cepat. Selain menjadi guru, Goenawan juga masih ikut dalam rapat isi, evaluasi, diskusi, dan tugas-tugas konsultatif lain. Sebagian waktunya juga akan dipergunakan untuk ikut mengolah majalah sastra Horison, yang akan dibantu oleh penerbit TEMPO untuk dikembangkan. Perubahan tidak terjadi di tingkat pemimpin redaksi saja, tapi juga pada jabatan lainnya. Redaktur eksekutif, misalnya, kini dialihkan kepada Herry Komar, yang sebelumnya wakil redaktur eksekutif. Kemudian, bersama GM, Yusril Djalinus dan Karni Ilyas kini Pemimpin Redaksi Majalah Forum Keadilan masuk dalam susunan redaksi yang baru, menjadi redaktur senior. Diumumkan oleh ''pemimpin kabinet'' yang baru Fikri Jufri dengan humornya yang khas, perubahan juga terjadi dalam susunan redaksi. Di antaranya, Jim Supangkat meninggalkan TEMPO karena sudah lama dia ingin menekuni profesinya sebagai penulis serta konsultan seni rupa. Di kalangan beberapa penanggung jawab rubrik dan Kepala Biro Jakarta juga dilakukan rotasi. Toriq Hadad, misalnya, menggantikan Ahmed Kurnia Soeriawidjaja sebagai Kepala Biro Jakarta. Sedangkan Ahmed sendiri menjadi Penanggung Jawab Rubrik Nasional, pos yang sebelumnya dijabat Toriq. Pertemuan pengumuman ''kabinet baru'' (yang tidak 100% baru) itu disertai makan siang dan, seperti biasa, banyak ketawa saling meledek. TEMPO tetap dengan semangat yang segar, dan perubahan apa pun adalah ''business as usual''.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini