Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Surat Pembaca

8 September 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bravo Tim Investigasi Tempo

BRAVO lagi untuk Tim Investigasi Tempo yang berhasil membongkar penyelundupan mobil melalui fasilitas diplomatik sehingga tanpa bea masuk (edisi 4-10 Agustus 2008). Liputan ini makin menunjukkan kualitas Tempo setelah berhasil membeberkan skandal korupsi di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura dan Malaysia.

Saya menganggap penyelundupan mobil mewah lewat jalur diplomatik ini sebagai skandal luar biasa. Dulu kasus ini pernah juga terjadi, yang melibatkan Robby Tjahjadi, juga ditulis Tempo. Rupanya para ”golden boys” Departemen Luar Negeri di zaman Reformasi ini kurang sigap sehingga tersandung dua kali dalam kasus yang sama.

Semestinya diplomat asing yang mendatangkan mobil-mobil mewah itu dipanggil dan diperiksa, bahkan sebelum mereka mendatangkan mobil-mobil supermewah itu. Soalnya, pejabat kita pernah dipanggil Departemen Luar Negeri negara setempat saat akan impor. Seharusnya Konvensi Wina 1967 tak menjadi halangan untuk memeriksa diplomat asing.

M.E.D. NGANTUNG
Setiabudi, Jakarta Selatan

Terima kasih, Pak Ngantung. – Redaksi

Tanggapan Menteri Perindustrian

Jajak pendapat Tempo tentang dampak kenaikan harga bahan bakar minyak yang dimuat pada edisi 9-15 Juni 2008 menyebutkan dampak terhadap inflasi akan terjadi sedikitnya hingga enam bulan. Sementara itu, Menteri Perindustrian Fahmi Idris memprediksi pengaruhnya hanya tiga bulan dengan besaran inflasi 2-6 persen. Prediksi ini merujuk pada pengalaman tiga tahun sebelumnya saat harga bahan bakar naik pada Maret 2005.

Prediksi Menteri disampaikan pada 27 Mei 2008. Badan Pusat Statistik pada 2 Agustus 2008 merilis bahwa dampak kenaikan harga bahan bakar sudah mereda. Laju inflasi tahunan Indonesia naik 0,83 persen, berarti masih sesuai dengan prediksi Menteri Perindustrian.

Prediksi Menteri dan Tempo memang memakai instrumen yang berbeda. Kami tetap menghormati cara yang ditempuh Tempo. Kami mohon tanggapan ini dimuat untuk membuktikan pendapat Menteri Perindustrian tidak sekadar omong kosong.

MUHDORI
Kepala Biro Umum dan Humas Departemen Perindustrian

DPR Ingin Korupsi dan Berzina?

ANGGOTA Dewan Perwakilan Rakyat Gayus Lumbuun berpendapat Komisi Pemberantasan Korupsi terlalu jauh masuk wilayah pribadi. Penyadapan telepon Al-Amin Nur Nasution membuat istrinya, penyanyi dangdut Kristina, meminta cerai (Tempo, 18-24 Agustus 2008). Sungguh menggelikan pendapat Gayus. Bukankah seorang anggota Dewan yang terhormat tak seharusnya melakukan korupsi, minta disuap dengan uang dan pelacur? Disadap atau tidak, seorang anggota Dewan seharusnya tak melakukan itu semua.

Perzinaan bekas anggota Dewan, Yahya Zaini, dengan penyanyi dangdut Maria Eva terungkap tanpa campur tangan Komisi. Tak ada hubungan perzinaan dengan penyadapan. Jangan coba mengerdilkan kewenangan Komisi. Kita semua harus memiliki komitmen tinggi dalam pemberantasan korupsi. Untuk itu, Komisi perlu kewenangan besar, termasuk menyadap telepon. Bila penyadapan dibatasi, korupsi kian sulit diberantas hingga tuntas.

RATIH WIRYANTI
Cipete, Jakarta Selatan

Saatnya Presiden Sarjana Ekonomi

PADA era Soekarno, yang sarjana teknik, sistem ekonomi terpimpin gagal. Bahkan ada pemotongan nilai uang, sehingga uang Rp 1.000 nilainya sama dengan Rp 1. Posisi utang pada zamannya US$ 2,5 miliar. Lalu kursi presiden pindah ke Soeharto yang tentara. Harga bahan bakar disubsidi sehingga murah tapi melambungkan utang. Utang zaman Soeharto US$ 54 miliar. Krisis moneter tak terhindarkan.

Presiden kembali ke sarjana teknik zaman B.J. Habibie. Ia sukses memproduksi pesawat terbang. Sayang, pesawat tersebut harus ditukar dengan beras ketan dari Vietnam. Kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia yang merugikan negara ratusan triliun rupiah terjadi pada zaman Habibie.

Lalu Abdurrahman Wahid, yang pakar agama Islam, tiap Kamis ganti menteri sehingga ekonomi tak terurus. Harga bahan bakar juga dinaikkan. Penggantinya, Megawati Soekarnoputri, pernah kuliah di Fakultas Pertanian dan Psikologi, langsung menyetujui kontrak proyek gas alam Tangguh, Papua, yang ternyata merugikan negara ratusan triliun.

Sekarang Susilo Bambang Yudhoyono. Dia doktor pertanian yang membuat ekonomi makro bagus, tapi jeblok di ekonomi mikro. Harga bahan bakar naik lebih dari 100 persen sehingga daya beli masyarakat anjlok. Pemberantasan korupsi bagus tapi tak berdampak bagi perbaikan ekonomi. Total utang mencapai US$ 155,29 juta.

Keterpurukan ekonomi terjadi karena presiden-presiden Indonesia bukan sarjana ekonomi sehingga mudah dibohongi para menterinya yang berkiblat pada sistem perekonomian kapitalis. Karena itu, saatnya Indonesia memiliki presiden sarjana ekonomi.

Hariyanto Imadha
Bojonegoro, Jawa Timur

Dirugikan Pekan Komik Nasional

PEKAN Komik dan Animasi Nasional ke-6 di Malang sudah lewat setahun lalu, tepatnya 27-31 Agustus 2007. Saya ikut menjadi peserta karena diundang ketua panitia acara berinisial AI. Saya mengenalnya sebagai satu anggota Red Army, kelompok komikus indie Malang. Pekan Komik ini mendapat dana ratusan juta rupiah dari pemerintah.

Ramadan tahun lalu saya dikontak AI dan meminjam uang Rp 2 juta untuk melunasi utang panitia akibat penyelenggaraan itu. Dia berjanji akan membayar Maret 2008 setelah mendapat dana dari kampusnya, Universitas Negeri Malang. Sampai sekarang dia tak kunjung menepati janjinya. Ia mengabarkan sudah keluar dari Universitas Negeri Malang, entah keluar sendiri, entah dikeluarkan. Dia bilang harus menanggung utang puluhan juta rupiah akibat Pekan Komik.

Saya berharap pihak-pihak terkait bisa menjelaskan mengapa ini bisa terjadi. Saya berharap Pekan Komik tetap ada tiap tahun. Tapi jangan harap komik Indonesia maju jika pamerannya digarap secara tak profesional.

ANTON WIDYANTO PUTRA
Mojosongo, Surakarta

Puasa dan Kesalehan Sosial

UMAT Islam di Indonesia betul-betul berpuasa, tak sekadar menjalankan syariat agama, tapi karena kondisi riil bangsa ini yang tengah dilanda krisis moral. Kesalahan atau dosa apa yang telah dan sedang kita perbuat? Apa yang bisa kita peroleh dengan ibadah puasa seandainya puasa itu benar-benar kita lakukan dengan sebaik-baiknya?

Pertanyaan ini cukup relevan dan signifikan untuk dikedepankan, agar puasa yang kita lakukan selama sebulan penuh benar-benar mengarah pada substansi ibadah tersebut dan implikatif sekaligus reformatif bagi perilaku serta moralitas kita sehari-hari. Ini sungguh penting karena Muhammad SAW pernah memberikan peringatan, ”Sekian banyak orang menjalankan puasa, tapi mereka hanya mendapatkan lapar dan dahaga.”

Secara medis, ibadah puasa bisa menyehatkan. Bila puasa bisa mendatangkan kesehatan, lantas sebenarnya penyakit apa yang bisa diobati oleh puasa dan penyakit apa yang terbesar serta sulit diobati? Barangkali penyakit yang paling sulit diobati di era sekarang adalah penyakit orang-orang berkantong tebal. Sebab, dengan uang yang berlimpah, mereka bisa memakan apa saja, termasuk ”memakan” manusia. Dengan uang, manusia bisa membeli apa saja, termasuk membeli kemanusiaan. Dengan uang pula orang bisa merebut apa saja, termasuk kekuasaan dan kehormatan.

Uraian di atas menegaskan bahwa substansi ibadah puasa sejatinya adalah reformasi moralitas. Orang yang berpuasa dilarang memakan makanan yang haram. Bahkan, untuk memakan makanan yang halal sekalipun, kita harus memakai aturan, tepat waktu, memperhitungkan komposisi, dan proporsional.

Karena itu, puasa dan berbagai aktivitas di dalamnya, seperti salat tarawih dan tadarus Al-Quran, jangan dijadikan tren. Puasa adalah untuk mencari rida Allah SWT. Ini bisa diperoleh bukan hanya melalui ibadah ritual, melainkan juga ibadah sosial. Artinya, yang menjadi orientasi utama puasa adalah di samping pembentukan kesalehan individual, terbentuknya kesalehan sosial.

MASRUR SYUDI
Kemayoran, Jakarta Pusat

Catatan untuk Wali Kota Bandung

Pelantikan Dada Rosada sebagai Wali Kota Bandung akan dilaksanakan pada tanggal 18 September 2008. Sekedar mengingatkan saja, bahwa orang nomor satu di Bandung ini masih mempunyai ’utang’ yang belum diselesaikannya. Antara lain: penuntasan kasus Hotel Planet yang melanggar Izin Mendirikan Bangunan. Hotel ini sampai sekarang tidak mendapatkan sanksi apapun dari Pemerintah Kota terkait pelanggaran yang dilakukannya. Ancaman pembongkaran yang dengan gagahnya didengang-dengungkan oleh Dada Rosada sendiri hanyalah omong kosong belaka.

Yang kedua terkait dengan penataan kawasan Punclut. Lagi-lagi gembar-gembor Dada Rosada yang hendak menghijaukan perbukitan Punclut tak pernah terbukti. Padahal kawasan Punclut sebagai daerah resapan air sudah ’digadaikan’ kepada pengusaha properti. Alhasil, yang terus tumbuh malah bangunan beton bukan tanaman. Lingkungan Punclut pun semakin rusak.

Kedua kasus di atas menjadi catatan penting karena menyangkut kredibilitas pemerintah dalam menegakan peraturan. Yang sayangnya, oleh Dada Rosada sendiri kredibilitas Pemerintah Kota Bandung malah dibawa ke titik nadir.

ZARKASIH
Turangga, Bandung

Mohon Bantuan Berobat

SAYA aktivis dakwah sedang menderita kanker tulang dan telah dioperasi yang kelima pada Januari 2008 di Rumah Sakit Ibnu Sina, Makassar. Kanker tak bisa diangkat semua karena berisiko lumpuh. Saya minta dirujuk ke Rumah Sakit Dharmais, Jakarta, tempat saya menjalani operasi yang keempat. Saya minta bantuan kepada sesama pendakwah untuk mengumpulkan uang Rp 32 juta sebagai ongkos operasi.

Saya dioperasi pada 25 Juli 2008. Dana yang terkumpul Rp 18,5 juta, jauh dari cukup. Sisanya saya pinjam dari simpatisan. Saya akhirnya bisa keluar dari rumah sakit. Tapi dokter menyarankan agar saya menjalani radioterapi untuk mematikan sel-sel kanker yang tak terlihat. Biayanya Rp 20 juta untuk 25 kali terapi. Saya memohon para pembaca bisa membantu untuk pengobatan tersebut.

M. SURYADI AZIS
Tamalanren, Makassar
Nomor telepon: 081230405295

Koreksi Tulisan Keluarga Kennedy

TEMPO edisi 1-7 September 2008 menurunkan artikel ”Terpikat Karena Ayah”, yang menceritakan Caroline Kennedy, anak bekas Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy. Dalam artikel diceritakan bahwa Kennedy mendepak Nixon dari kursi presiden. Memang benar Kennedy waktu itu berhadapan dengan Nixon pada kampanye pemilihan presiden tapi, sepengetahuan saya, posisi Nixon ketika itu wakil presiden. Presidennya dijabat Dwight D. Eisenhower.

Artikel itu juga mengatakan Joseph Kennedy, kakak sulung Ted, meninggal karena ledakan bom. Yang benar, menurut saya, Joe Kennedy meninggal karena pesawat Angkatan Udara Amerika yang dikemudikannya jatuh dalam pertempuran.

Iwan F. Salim
Jakarta

Terima kasih atas koreksi Anda. -Red

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus