Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Surat Pembaca

18 Agustus 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pengendara Tak Disiplin Sumbang Kemacetan

Pada Idul Fitri dua pekan lalu, saya sempat pulang kampung ke Padang. Selain bersilaturahmi dengan sanak saudara di Padang, saya bersama istri mengunjungi beberapa kerabat di beberapa kota di Sumatera Barat dan Riau.

Ketika itu saya kagum terhadap pembangunan di kota kelahiran saya, terutama saat melintasi Kelok Sembilan di Sumatera Barat. Namun saya juga menyayangkan, dalam perjalan silaturahmi dengan keluarga tersebut, banyak dijumpai ketidaksiplinan pengendara, baik roda dua maupun empat.

Saya kerap menyaksikan kendaraan berjalan sangat pelan, sekitar 40 kilometer per jam, tapi mengambil lajur kanan. Hal ini sangat mengganggu laju kendaraan lain. Di samping itu, saya melihat berbagai fasilitas yang kurang diperhatikan pemerintah daerah ketika mereka membangun tempat-tempat pariwisata.

Fasilitas yang tidak diperhatikan adalah lahan parkir dan tempat untuk berjualan. Akibat tidak disediakan tempat parkir dan lokasi pedagang kaki lima, kendaraan yang semestinya bisa melaju kencang menjadi terhambat oleh mobil yang diparkir sembarangan. Namun, apa pun kondisinya, saya tetap bangga terhadap pembangunan di Sumatera Barat.

Akmal Y.
Kompleks Metro Permata Ciledug
Tangerang, Banten


Belitung Butuh Taman Rekreasi

Saya sangat bangga menjadi warga Belitung, terutama sejak daerah saya menjadi Provinsi Bangka Belitung, berpisah dengan Provinsi Sumatera Selatan. Sejak pemisahan, pembangunan infrastruktur terus dikebut, terutama jalan raya yang menghubungkan Kabupaten Belitung Barat (induk) dengan Belitung Timur.

Namun ada yang saya sayangkan, pemerintah provinsi ataupun kabupaten sepertinya tidak terlalu hirau terhadap potensi wisata, terutama di Belitung. Padahal daerah ini sangat menawan. Tengok misalnya Tanjung Kelayang atau Tanjung Tinggi, yang menghadirkan beragam pemandangan alam pantai beserta batu-batu alamnya.

Usul saya agar pemerintah Belitung, selain membangun atau melebarkan jalan raya untuk menghubungkan daerah satu ke daerah lain, memperhatikan pembangunan tempat rekreasi, mengingat daerah ini memiliki banyak taman wisata alam aduhai. Di samping itu, pemerintah jangan segan-segan mengundang investor untuk membangun resor atau hotel di seputar Tanjung Kelayang dan Tanjung Tinggi.

Markan
Jalan Raya Sijuk, Desa Airmerbau
Tanjung Pandan
Belitung, Bangka Belitung


Bencana Pantura

pada saat awal menjelang mudik tahun ini, jembatan Comal di Jawa Tengah ambrol sehingga tak bisa dilewati. Seluruh arus mudik dialihkan ke jalur selatan. Padahal ratusan ribu kendaraan yang mudik tahun-tahun sebelumnya saja terjebak macet meski jalur utara, tengah, dan selatan selalu dipakai. Bisa dibayangkan siksaan kemacetan di jalan yang lebih parah.

Ada pemudik yang harus menempuh 45 jam dari Jakarta menuju Wonogiri, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Masih ­banyak cerita senada mengenai perjalanan yang butuh ­puluhan jam sampai kampung halaman. Penyebabnya mungkin bukan hanya persoalan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang amburadul, melainkan lebih kompleks, seperti lalu-lalangnya kendaraan berat yang mele­bihi muatan dan tidak menaati aturan, sehingga memperpendek umur jalan.

Saya sebagai orang awam tak paham benar mengenai itu. Saya hanya heran, hampir setiap tahun kondisinya tak berubah. Bahkan semakin parah tahun ini. Mungkin jutaan orang lainnya juga merasakan dan mengalami hal seperti saya: tersiksa di jalan saat mudik.

Saya sungguh menyayangkan, di akhir pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, perbaikan jalur pantura Pulau Jawa ini tidak pernah selesai. Sudah terlambat pula menuntut pemerintah sekarang. Saya hanya bisa berharap pemerintah baru nanti bisa lebih memperhatikan infrastruktur jalan. Bukan hanya di pantura, melainkan juga di seluruh Indonesia.

Setyo Warsono
Klender, Jakarta Timur

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus