Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keluhan Pengguna Nissan
PADA Rabu, 27 April lalu, saya mengalami kecelakaan tunggal di jalan tol Bintaro-Veteran, tepatnya di dekat kilometer 0 (400). Tiba-tiba kemudi tidak bisa saya kendalikan, dan pedal rem yang saya injak tidak memberi respons memadai. Akibatnya, saya menabrak pembatas jalan tol di sisi kiri jalan.
Hingga kini saya masih terheran-heran oleh penyebab utama kecelakaan. Sebab, mobil saya, Nissan jenis Grand Livina 1.5 XV manual, termasuk rutin saya servis ke bengkel. Memang sekitar tiga bulan lalu saya sempat mengeluhkan bunyi "klethek-klethek" di sekitar steering. Tapi, ketika mobil diservis ke Nissan Bintaro, teknisi menyatakan tidak ada masalah.
Saya tidak tahu apakah kecelakaan tersebut ada kaitannya dengan masalah steering yang saya keluhkan. Yang jelas, saya mengimbau kepada sesama pengguna Grand Livina, segeralah tanyakan ke teknisi Nissan jika ada keluhan serupa. Jangan sampai Anda mengalami kecelakaan seperti yang saya alami.
Yang jelas, saya mengemudi dalam keadaan sadar, melaju pada kecepatan 60-70 kilometer per jam, dan jalan rata-bagus. Tidak bijaksana bagi saya untuk mencari siapa yang salah, termasuk pihak Nissan. Namun yang menjadi tanda tanya, kenapa kemudi tiba-tiba tidak bisa dikendalikan?
ROMMY FIBRI HARDIYANTO
Pondok Aren, Tangerang Selatan
Klarifikasi TNI Angkatan Udara
SEHUBUNGAN dengan pemuatan artikel berjudul "Sumur Mengering di Tanah Rumpin" di majalah Tempo pada halaman 32-33 edisi 25 April-1 Mei 2011, perkenankan kami memberikan klarifikasi atas artikel tersebut.
1. Kami menyayangkan pemberitaan yang belum berimbang dan terkesan menyudutkan. Saya selaku Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara tidak pernah dihubungi resmi oleh wartawan Tempo untuk wawancara. Karena itu, saya berkeberatan atas pernyataan yang mengatakan saya "belum bisa dimintai komentar". Pernyataan ini menimbulkan persepsi bahwa saya telah dihubungi tapi menolak berkomentar. Padahal Tempo tidak pernah menghubungi Dinas Penerangan Angkatan Udara untuk meminta wawancara.
2. Tanah Rumpin merupakan peninggalan Angkatan Udara Jepang yang terletak di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Luasnya sekitar 1.000 hektare. Sejak semula, pengelolaannya diserahkan kepada TNI Angkatan Udara dengan dasar Surat Keputusan KSAP 023/PKSAP/50 tanggal 25 Mei 1950, surat edaran Menteri Dalam Negeri H.20.5/7 tanggal 9 Mei 1950 serta Agr.40/25713 tanggal 13 Mei 1950. Sejak 1960, seluruh aset¡ªseperti landasan pacu, hangar, dan tempat persembunyian¡ªdijadikan Detasemen Angkatan Udara dalam pengawasan Lapangan Udara Atang Sendjaja.
3. Timbulnya permasalahan dengan pemerintah daerah Kabupaten Bogor disebabkan oleh Surat Keputusan Bupati Bogor 591/194/KPTS/Hk tanggal 12 Juni 2003 tentang pembagian alokasi tanah di atas tanah TNI AU yang tersebar di empat desa di Kecamatan Rumpin, termasuk Desa Sukamulya. Perinciannya: pemda Bogor 16 hektare, Lapan 50 hektare, dan pemerintah desa serta penggarap 24 hektare.
4. Itu sebabnya, kami sudah meminta Bupati Bogor membatalkan surat keputusan itu. Empat tahun lalu, Panglima TNI juga melayangkan surat kepada Kepala Badan Pertahanan Nasional meminta surat keputusan tersebut dibatalkan.
5. Permasalahan TNI AU dengan Desa Sukamulya tidak terlepas dari terbitnya surat keputusan itu, yang menjadi rujukan bagi para penggarap mengklaim tanah dan aset milik TNI AU. Padahal gugatan warga Rumpin soal sengketa kepemilikan tanah sudah ditolak Pengadilan Negeri Cibinong empat tahun lalu.
6. Memang benar, sesuai dengan putusan Pengadilan Negeri Cibinong, PT Wira Perkasa Agung adalah pemilik sah tanah sengketa 62 hektare. Putusan itu dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Jawa Barat. Namun, Mahkamah Agung menerima permohonan kasasi TNI Angkatan Udara dan membatalkan dua putusan sebelumnya.
7. Adapun pembangunan yang dilaksanakan di atas lahan itu merupakan bagian dari sistem pertahanan udara sesuai dengan konsep pertahanan negara, yang juga ditujukan bagi pertahanan Ibu Kota. Pembangunan itu berupa landasan pacu, markas Detasemen Bravo 90 berikut kompleks perumahannya, asrama, lapangan tembak, rumah ibadah, pos jaga, serta fasilitas latihan lainnya. Kami juga membangun water training sebagai sarana latihan bagi penerbang helikopter maupun kru.
MARSEKAL PERTAMA
Bambang Samoedro
Kepala Dinas Penerangan TNI AU
Terima kasih atas tanggapan dan penjelasan Anda. Pada Jumat malam, 22 April 2011, pada pukul 18.00-22.00, wartawan kami telah menghubungi telepon seluler Anda. Tapi Anda tidak menjawabnya. -Redaksi
Pemberantasan Calo Sebatas Jargon
SAYA sebagai pelanggan setia kereta api, khususnya untuk angkutan jarak jauh, sangat kecewa atas sistem kerja yang diterapkan PT Kereta Api. Sistem penjualan tiket, yang diklaim terus-menerus diperbaiki, nyatanya mengan¡©dung banyak kelemahan. Buruknya lagi, kelemahan ini sangat merugikan para pelanggan, termasuk saya.
Beberapa kali saya memesan tiket perjalanan Yogyakarta-Jakarta dari beberapa hari sebelum jadwal kebe¡©rangkatan, tapi selalu kehabisan. Pengalaman ini terjadi tak cuma sekali, tapi beberapa kali. Kondisi ini saya jumpai tak hanya di stasiun asal keberangkatan. Ketika hendak memesan tiket pulang, hal serupa terjadi. Saat musim liburan, kondisinya lebih parah. Saya legowo bila tiket itu dijual kepada yang berhak. Tapi, ironisnya, habisnya tiket karena permainan para calo.
Di Stasiun Gambir atau Stasiun Tugu, para calo ini bebas menjajakan tiket yang sudah mereka beli jauh-jauh hari. Harga yang dijajakan dua kali lipat. Saya tidak tahu kenapa hal ini didiamkan. Dengan segala keterbatasannya, PT Kereta Api tak sepantasnya membiarkan praktek ini merajalela.
Saya berharap, dengan Komisaris Utama Bambang Hendarso Danuri, mantan Kepala Polri, praktek percaloan ini bisa ditumpas oleh PT Kereta Api.
ANTON
Bogor, Jawa Barat
Sampah di Gunung Gede
TIGA pekan lalu, saya mendaki Gunung Gede. Saya prihatin oleh banyaknya sampah di Suryakencana dan sepanjang jalur pendakian dari Gunung Putri. Sampah plastik berserakan di bekas lokasi orang mendirikan tenda. Padahal, di pos jaga, pengunjung sudah diwanti-wanti agar membawa sampah kembali ke bawah. Kelihatan ada upaya memusnahkan plastik dengan membakarnya. Tentu saja ini tak mungkin karena plastik tak habis terbakar dan tak bisa terurai di dalam tanah. Ayolah, jika Anda mengaku pencinta alam, jangan buang sampah sembarangan, apalagi di gunung. Mari jaga alam dan lingkungan kita dari tumpukan sampah.
HIDAYAT
Ciomas, Bogor
RALAT
- Pada rubrik Sinema majalah Tempoedisi 9-15 Mei berjudul "Orang-orang Berumah di Laut" halaman 58 tertulis "Ketika Pakis mengintip Tayung berbanjur air...." Seharusnya ditulis "Ketika Pakis mengintip Tudo berbanjur air...."
- Pada rubrik Bahasa berjudul "Lugas, Baku, dan Indah" tertulis "Tapi, karya itu juga mesti berambisi untuk menghasilkan karya-karya yang 'tanpa kelas' dan estetik." Seharusnya "Tapi, sang penulis juga mesti berambisi untuk menghasilkan karya-karya yang 'tanpa kelas dan estetik'."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo