Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Surat Pembaca

25 Desember 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat dari Redaksi

SUDAH lama kami ingin memilih tokoh-tokoh berprestasi dari Indonesia sebagai cover story Majalah ini. Tapi ternyata tak mudah mewujudkan keinginan itu. Berdebat soal kriteria saja tak putus-putus. Proyek "People of The Year" versi Tempo itu tak pernah muncul.

Sekitar tiga bulan lalu, tim redaksi memutuskan sebuah kriteria baru. Tokoh tahun ini adalah mereka yang berusia di bawah 45 tahun, dengan karya nyata yang memberikan dampak pada kehidupan.

Segera setelah kriteria ditetapkan, maka bergeraklah seluruh wartawan Tempo. Ada sekitar seratus lebih nama yang masuk. Tentu perlu ada saringan, agar kami tak menjaring nama yang salah. Proses itu menghasilkan daftar pendek: 15 nama. Di tengah jalan, seorang calon harus digugurkan karena hasil verifikasi tidak mendukung dia. Ke-14 nama itulah yang kemudian kami sodorkan kepada sejumlah cerdik-pandai yang khusus kami undang datang ke kantor kami di Jalan Proklamasi 72, Jakarta. Pertimbangan "juri" tadi membantu kami menetapkan pilihan. Rapat redaksi yang kami selenggarakan kemudian memutuskasn siapa "tokoh utama" itu.

Tentu kami tak bisa memakai nama "People of The Year". Kami putuskan memilih "10 Yang Mengubah Indonesia". Dari 10 nama yang kami muat, tampillah dia yang karyanya paling fenomenal-tanpa bermaksud mengurangi prestasi yang lain.

Dalam edisi khusus "10 Yang Mengubah Indonesia" ini hampir seluruh redaksi Majalah ini terlibat. Tapi tiga jangkar yang paling berperan adalah Wenseslaus Manggut, Agung Rulianto, dan Yosep Suprayogi. Dua nama yang disebut pertama adalah Penanggungjawab Rubrik Nasional. Sedangkan Yosep adalah awak Koran Tempo yang sedang "magang redaktur pelaksana" di majalah. Ketiganya bekerja di bawah supervisi Redaktur Pelaksana Hermien Y. Kleden.

Untuk pertamakali pula dalam sebuah proyek edisi khusus kami bekerjasama dengan rekan-rekan media elektronik televisi. SCTV ikut meliput "tokoh utama" yang kami pilih. Kerjasama ini sesungguhnya terjadi karena "unsur pertemanan", beberapa rekan di SCTV adalah teman di lapangan dan bahkan ada yang dulu pernah bekerja di Tempo. Pemimpin Redaksi Liputan 6 SCTV, Rosianna Silalahi, sangat membantu terjadinya kerjasama liputan ini.

Semoga sajian kami menjadi kenang-kenangan indah di akhir tahun 2006 ini. Selamat membaca. Selamat Natal bagi Anda yang merayakannya.


Flying is Cheap Versi Lion Air

Tiga pekan lalu saya menggunakan jasa penerbangan Lion Air dengan rute Banda Aceh-Jakarta. Pagi hari, pukul 10.20, menjelang keberangkatan, seorang kawan menghubungi saya dan berkata, "Tolong dibantu, ya, ada teman yang kondisinya sedang tidak sehat pulang ke Jakarta dengan penerbangan yang sama." Tentu saja saya mengiyakan permintaan kawan ini.

Di pesawat, teman yang sakit-inisialnya DD-duduk di deretan depan. Saya kebagian duduk di bagian belakang. Saya berpesan kepada pramugari agar turut memperhatikan DD. Siapa tahu dia butuh bantuan nanti di tengah perjalanan.

Menjelang transit di Bandara Polonia, DD jatuh pingsan. Beberapa penumpang lain dengan sukarela membantu mengangkat tubuh DD untuk dibaringkan di kursi kosong di bagian paling belakang. Suasana sedikit gaduh karena tubuh DD memang besar.

Nah, sesampai di Bandara Polonia, sebuah ambulans menjemput DD. Kru pesawat meminta saya ikut serta menemani, karena saya memang teman DD. "Tolong, Mbak, ikut serta di mobil ambulans," kata kru Lion Air berulang kali. Saya menyanggupi. Mobil ambulans mengarah ke luar kompleks bandara, menuju RS Dr Monginsidi, Medan.

Pada saat itu, saya sempat bertanya kepada sopir ambulans mengapa harus diperiksa di luar kompleks bandara. Jawaban petugas, hal ini karena Lion Air tidak punya pelayanan medis yang siaga 24 jam.

Pemeriksaan DD ternyata butuh waktu sedikit lama. Dokter perlu memeriksa denyut nadinya dengan elektrokardiograf. Setelah terbukti aman, dokter memberikan obat penenang dan DD diperbolehkan kembali pulang dengan pesawat.

Nah, persoalan timbul di sini. Selagi pemeriksaan belum selesai, berulang kali petugas Lion Air mengingatkan bahwa sebentar lagi pesawat akan melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Saya berkata, "Oke, silakan saja berangkat. Saya akan ikut penerbangan berikutnya."

Dengan tanpa diduga, petugas mengatakan bahwa saya bisa mengikuti penerbangan Lion Air Medan-Jakarta berikutnya dengan syarat: saya dan DD harus membeli tiket baru. Tentu saja saya emosional dengan penjelasan ini.

Pertama, Lion Air tidak memiliki ar-mada kesehatan sehingga pasien yang sakit harus dibawa ke rumah sakit di luar kompleks bandara. Ini memakan waktu. Tentulah ini kelemahan pelayanan Lion Air, tetapi kenapa penumpang yang harus menanggung eksesnya?

Kedua, posisi saya adalah membantu penumpang lain yang sedang sakit atas permintaan kru Lion Air sendiri. Mengapa pula saya harus membeli tiket baru?

Perdebatan saya dan kru penjualan tiket tidak mendatangkan hasil. Petugas tiket justru berkata, "Ibu, ini kita bantu dengan tiket yang murah. Satu orang Rp 355 ribu." Berhubung saya lelah berdebat, akhirnya saya membayar tiket baru untuk DD dan saya sendiri.

Tentu hati saya kecewa amat sangat. Flying is cheap, begitu semboyan Lion Air. Semboyan yang ternyata tidak diikuti dengan etika standar.

Mardiyah ChamimUtan Kayu, Jakarta Timur


Kecewa Layanan Lion Air

Kehadiran jasa penerbangan Lion Air sangat membantu layanan transportasi udara di Tanah Air. Sayang, manajemen maskapai ini belum mencerminkan pelayanan yang baik. Sekadar contoh, pihak Lion Air tak memberi kesempatan penumpang untuk membeli tiket open date. Itu berarti, setiap calon penumpang harus membeli tiket fixed date, baik pergi atau pulang.

Padahal, tak semua pengguna jasa penerbangan maskapai ini bisa memastikan kapan akan pulang. Penyebabnya bisa beragam, seperti ada agenda yang tiba-tiba berubah, atau mendadak ada anggota keluarga yang sakit. Hal-hal seperti itu bisa menyebabkan calon penumpang terpaksa menunda keberangkatannya.

Repotnya, Lion Air menganggap hangus tiket yang sudah dibeli bila pada hari keberangkatan-sesuai dengan fixed date tadi-si penumpang batal berangkat. Menurut saya, kebijakan itu tidak manusiawi dan terkesan merongrong calon penumpang. Dengan kata lain, Lion Air merampas hak orang lain karena tiket sudah dibayar, dan biasanya tiket berlaku selama tiga bulan.

Hal lain, sistem fixed date membuka peluang terjadinya korupsi. Hal itu saya alami ketika pergi ke Yogyakarta. Saya bersama keluarga berangkat dari Batam dengan tujuan Jakarta-Yogyakarta, tiket pulang-pergi. Agen travel menyatakan pembelian tiket harus fixed date sesuai dengan aturan Lion Air. Saya pun membeli tiket untuk pulang pada 18 Desember 2006.

Saya sampai di Yogyakarta pada 14 Desember. Takut mendapat masalah, pada 15 Desember saya mencoba mengubah jadwal kepulangan istri. Jadwal pulang 18 Desember, dan saya melaporkan perubahan pada 15 Desember.

Saya pun terkejut ketika hendak mengubah jadwal tersebut karena harus membayar Rp 529.000 tanpa penjelasan. Alasannya, pada 18 Desember 2006 sudah penuh. Hal itu berbeda ketika saya mengubah jadwal kepulangan dari Palembang. Saat itu saya tak dimintai uang tambahan seperti di Yogyakarta. Padahal, saat itu perubahan dilakukan hanya sehari sebelum keberangkatan. Mengapa saat di Yogyakarta harus ada uang tambahan sebesar itu?

Yang aneh lagi, pihak Lion tidak mem-beri tiket, tapi hanya lembaran kertas yang dicetak komputer. Saat saya tanyakan soal tiket aslinya-biasanya ada tempelan perubahan tanggal keberangkat-an-Andi Endra Wibisono dari Lion menyatakan kertas itu sama dengan tiket.

Setelah itu, saya membeli tiket untuk kakak ipar saya dari Yogya tujuan Palembang. Harga awalnya Rp 1.350.000 untuk dua tiket. Sejurus kemudian-tak lebih dari 20 menit-harganya berubah menjadi Rp 1.490.000 untuk dua tiket. Apa memang begitu aturan Lion Air di Yogyakarta?

Berdasar pengalaman di atas, pertanyaan mendasar yang hendak saya tanyakan, "Mengapa Lion Air mengharuskan fixed date, sementara tiket berlaku selama tiga bulan? Kenapa pula harga tiket dengan cepat berubah?" Kepada manajemen Lion Air, mohon penjelasan karena masalah ini menyangkut banyak orang.

RUMBADI DALLEBengkong Baru 49, RT 5/RW 4, Batam


Bakrie Telecom tentang Esia

Berkaitan dengan informasi mengenai layanan Esia yang disampaikan oleh Bapak Saut dalam Tempo edisi 11-17 Desember 2006, dapat kami sampaikan bahwa Bakrie Telecom sangat menghargai setiap informasi yang kami terima.

Mengenai layanan nada sambung, misalnya, kami telah melakukan beberapa perbaikan sesuai dengan masukan pelanggan. Sebelumnya, untuk menghentikan layanan ini pelanggan dikenai biaya, tapi saat ini kami sudah menghapusnya.

Kemudian mengenai pandangan bahwa kami sengaja memutuskan pembicaraan telepon pelanggan setiap 20 menit karena akan merugikan perusahaan adalah suatu pandangan yang kurang tepat. Sebagai perusahaan jasa, kami justru ingin melayani pelanggan menikmati setiap jenis layanan yang kami tawarkan selama pelanggan inginkan.

Kami menyadari sepenuhnya jika layanan kami masih belum sempurna. Karenanya kami mohon maaf atas ketidaksempurnaan pada layanan yang diberikan, dan sudah menjadi tekad kami untuk memberikan yang terbaik bagi pelanggan kami. Untuk itu kami sangat menghargai masukan yang diberikan oleh Bapak Saut.

A. Noorman IljasCorporate Communications


Kecewa Listrik Byar-Pet

Dulu, guru saya pernah menerangkan bahwa di negara-negara dengan empat musim, orang lazim mengawali percakapan dengan keadaan cuaca. Di daerah saya ada juga percakapan, tapi bukan keadaan cuaca melainkan listrik.

Hal itu terjadi karena PLN sering memadamkan listrik tanpa aturan, hingga hari ini. Pernah terjadi pemadaman dilakukan hampir saban hari. Sekarang pemadaman bergilir, sehari mati mulai pukul 07.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB, hari berikutnya menyala penuh. Esoknya, mati mulai pukul 17.00 WIB berlanjut hingga 22.00 WIB, bahkan lebih. Entah sampai kapan hal seperti ini akan berakhir.

Reaksi warga bukannya tak ada. Menelepon PLN, bahkan mendatangi langsung, telah dilakukan. Jawaban yang didapat selalu sama, yakni genset sedang rusak. Warga pun bertanya-tanya: rusak kok berbulan-bulan.

Pemadaman listrik yang kelewat sering telah memakan korban, walau belum sampai ke taraf korban jiwa. Kebakaran rumah akibat penggunaan lilin telah terjadi beberapa kali. Belum lagi dampak yang lain, seperti terganggunya aktivitas sehari-hari, atau bahan-bahan makanan yang harus terbuang percuma.

Yang membuat kami lebih kecewa, sepertinya PLN tak menggubris keluhan warga. Jangankan memberikan jadwal pemadaman yang diminta warga, permintaan maaf pun tak pernah ada. Bandingkan dengan pemutusan sambungan listrik yang langsung dilaksanakan begitu warga terlambat membayar.

Kepada pejabat PLN yang ada di wilayah kami, mohon keluhan ini didengar. Haruskah menunggu warga bertindak anarkistis, baru PLN bereaksi? Jika di negara lain pemerintah ikut heboh karena listrik padam hanya sehari, di daerah kami itu hanya mimpi.

WIWIN ANTARINIJalan Angsana 187Sangatta, Kutai Timur


Surat Terbuka untuk Kapolri

Sebelumnya kami meminta maaf atas kelancangan kami mengirim surat kepada Bapak. Kami adalah wakil dari keluarga besar Saudara Rizal, yang saat ini sedang diproses dan ditahan di Kepolisian Daerah Kalimantan Timur. Ia diduga berkait dengan kasus illegal logging yang melibatkan CV Rizky, di Kecamatan Sekatak, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Timur.

Pada awalnya, Rizal didanai mendirikan CV Rizky untuk mengurus izin pemanfaatan kayu oleh seorang cukong kayu berkewarganegaraan Malaysia berinisial Mr. CNY. Di CV Rizky, Rizal menjabat direktur. Setelah izin diperoleh, sebagai kontraktor pelaksananya, didirikanlah sebuah perusahaan baru dengan direktur Saudara DG, juga dengan pendanaan dari CNY. Dalam pekerjaan penebangan, CNY dan DG dengan sengaja menebang di luar areal yang diizinkan sehingga berurusan dengan pihak berwajib. Dalam hal ini, Rizal hanya menjadi korban akibat perbuatan CNY dan DG.

Karena kenaifannya, Rizal mempercayai janji-janji muluk CNY dan DG. Dalam hal ini, Rizal diminta keduanya agar tidak mengaku bahwa di belakang semua ini cukongnya adalah CNY. Janji yang diberikan pada Rizal, yakni gajinya tetap akan dibayar, dan kasus ini akan diatur untuk tidak berlanjut ke pengadilan. Ternyata hanya janji kosong belaka.

Seperti yang selama ini disinyalir oleh berbagai pihak, dalam kasus illegal logging yang banyak terjadi di Kalimantan Timur, yang ditangkap hanya terinya, sedangkan kakap atau cukongnya tak pernah tersentuh hukum.

Selama ini, modus yang dilakukan orang asing yang terlibat illegal logging di Kalimantan Timur adalah dengan memakai kedok perusahaan dalam negeri dengan bonekanya orang Indonesia sendiri. Untuk CNY, modusnya dia dan anggota-anggotanya yang berkewarganegaraan Malaysia berkedok sebagai tenaga kerja asing yang bekerja pada sebuah perusahaan yang berkantor di Jalan Yos Sudarso, Tarakan. Sudah berlangsung sekitar empat tahun, dia berusaha di Tarakan tanpa membayar pajak kepada negara.

Selain itu, CNY juga cukong yang mendanai aksi penyelundupan kayu dari Provinsi Kalimantan Timur ke Tawau, Sabah, Malaysia, melalui jalur laut. Herannya, pihak Imigrasi Tarakan dan instansi terkait lainnya di Tarakan tak dapat mengendus kegiatan yang bersangkutan selama di Indonesia. Sampai saat ini, CNY masih bebas berkeliaran dan tak tersentuh hukum di daerah Tarakan dan Nunukan. Saat ini, dia dan anggotanya tinggal di Jalan Ladang No. 76, Tarakan.

Kami percaya, sampai saat ini pun komitmen Bapak Kapolri terhadap pemberantasan kejahatan illegal logging tidak pernah surut. Kami percaya hukum tidak pandang bulu, seorang mayor jenderal saja bisa ditahan.

Harapan kami dengan ditangkapnya CNY, semua persoalan ini akan jelas sehingga siapa yang paling bersalah dapat dihukum seberat-beratnya. Kami mohon agar hukuman yang akan diterima Saudara Rizal dapat diringankan. Baginya, kasus ini akan menjadi pelajaran yang sangat berharga agar tak lagi mudah percaya dengan janji-janji sehingga dapat disuruh-suruh atau diperalat orang lain.

Harapan kami, dengan ditangkapnya CNY, cukong-cukong kayu asal Malaysia lainnya-yang selama ini berkeliaran dan beraksi di daerah Kalimantan Timur-akan jera dan lari kembali ke negara mereka.

Demikian harapan ini kami sampaikan, semoga Bapak diberi kesehatan dan umur panjang oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk menegakkan hukum di negeri tercinta ini. Atas perhatian dan pertimbang-an Bapak terhadap surat ini, kami ucapkan banyak terima kasih.

H. MUHAMMAD IRSANTarakan, NunukanKalimantan Timur


Menyoal Pakaian Sipil Lengkap

Setiap kali menerima undangan dengan catatan "Pakaian: Sipil Lengkap", saya mengelus dada dan prihatin. Sebab, yang dimaksud "Sipil Lengkap" ialah pakaian dengan dasi dan jas berwarna gelap. Apakah elite bangsa kita masih saja bermental kolonial, kurang percaya diri, merasa minder, malu, dan memiliki inferiority complex? Coba perhatikan negara-negara tetangga yang pernah dijajah dan sekarang sudah merdeka. Mereka memiliki jatidiri dengan pakaian nasional, baik untuk pertemuan resmi maupun saat berhadapan dengan orang asing.

Mengapa kita harus malu-malu atau minder berpenampilan dengan batik se-bagai jatidiri bangsa Indonesia?

SULWAN ASTRADININGRATJalan Kenanga 50/Kav. 6Cilandak Timur, Jakarta 12560


Lakukan Operasi Pasar Beras

Kenaikan harga beras saat ini sangat dipengaruhi dua hal. Pertama, akibat adanya pertambahan jumlah penduduk. Saat ini, pertambahan jumlah penduduk Indonesia mencapai 1,5 persen per tahun. Dengan demikian, diperlukan tambahan sekitar 150 ribu ton beras per tahun. Kedua, adanya pola makan yang pada waktu-waktu tertentu kadang-kadang naik, kadang turun. Selain itu, kelangkaan beras juga diakibatkan oleh ulah para spekulan yang melakukan penimbunan beras.

Konsumsi beras masyarakat mencapai 2,3 juta ton lebih per bulan. Kemungkinan besar, menjelang akhir tahun konsumsinya meningkat. Sementara itu, jumlah beras cadangan pemerintah kabarnya hanya 800 ribu ton. Jelas jumlah beras cadangan itu tak mencukupi untuk menutupi kebutuhan masyarakat. Untuk itu, pemerintah harus melakukan langkah agar tidak terjadi keresahan sosial akibat kelangkaan dan gejolak kenaikan harga beras yang terjadi. Sebelumnya, pemerintah telah memutuskan adanya pelarangan impor beras hingga April mendatang.

Larangan impor beras itu tidak mutlak, tergantung situasi. Pertama, jika stok beras nasional kurang dari satu juta ton. Dan kedua, jika harga sudah di atas yang disepakati. Kita sependapat bahwa masalah beras bisa menjadi isu sensitif. Ada yang tidak setuju impor beras, ada pula yang menyebut impor beras bisa dilakukan demi kepentingan masyarakat.

Salah satu langkah untuk menstabilkan harga beras yang merangkak naik adalah dilakukan operasi pasar. Operasi harus diambil agar konsumen berpenghasilan rendah tidak terbebani dengan harga beras tinggi. Sebab, 24 persen pengeluaran masyarakat berpenghasilan rendah digunakan untuk membeli beras.

FAREL KUTO Perumahan Puri Mas, Depok, Jawa Barat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus