Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Surat Pembaca

17 Juli 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sampul Tempo Tidak Manusiawi

Sampul majalah Tempo edisi 10-16 Juli 2006 yang memuat gambar wajah almarhum Brigjen TNI Koesmayadi dipenuhi peluru kami nilai sangat tidak manusiawi. Gambar wajah dan leher almarhum yang dipenuhi peluru itu merupakan penghina-an yang amat merendahkan derajat manusia dan menimbulkan kesan sadis.

Almarhum Brigjen TNI Koesmayadi selama 30 tahun pengabdiannya di TNI Angkatan Darat telah melaksanakan tugas dengan baik. Apabila ada kekhilafan atau kesalahan yang diperbuatnya, masih harus dibuktikan secara hukum walaupun almarhum tidak dapat lagi membela diri. Namun, itu tidak berarti Tempo dapat semena-mena menggambar wajah almarhum seperti itu dan dipublikasikan secara luas.

Gambar wajah penuh peluru ini tentunya sangat menyakitkan perasaan keluar-ga almarhum Brigjen TNI Koesmayadi. Apa-kah tidak ada ide lain kecuali menampilkan gambar seperti itu? Seharusnya Tempo lebih cerdas dalam memperhatikan hal-hal yang sensitif berkaitan dengan nilai-nilai, etika, dan budaya timur yang kita anut dan hormati.

Selain itu, gambar wajah almarhum se-per-ti itu dapat menimbulkan multitafsir pada pembaca Tempo yang dapat menggi-ring opini negatif pembaca terhadap almar-hum Brigjen TNI Koesmayadi. Seharusnya Tempo selalu berpedoman pada Kode Etik Jurnalistik dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, khususnya Pasal 5 ayat 1 yang menyebutkan Pers Nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma agama, rasa kesusilaan masyarakat, serta asas praduga tak bersalah.

Berkaitan dengan temuan senjata, seka-rang soal itu dalam proses penyelidikan Pus-pom TNI Angkatan Darat. Pada rapat ker-ja Komisi I DPR RI dengan Menteri Pertahanan dan Panglima TNI pada 10 Juli la-lu, Komisi I DPR RI telah meminta ke-pa-da Panglima TNI untuk melanjutkan pe-nye-li-dikan secara cepat, menyeluruh, dan tun-tas atas kasus tersebut dalam tempo satu bulan. Untuk itu, mari kita tunggu ha-sil penyeli-dik-an terhadap penanganan kasus tersebut oleh Puspom TNI Angkat-an Darat.

Kepala Dinas Penerangan Ir. Ricardo M.H. Siagian M.T. Brigadir Jenderal TNI

— Terima kasih atas tanggapannya. Sebe-narnya ide pembuatan sampul itu adalah ingin menampilkan metafora tentang pene-muan ratusan senjata dan ribuan peluru, dengan tokoh utama di balik berita tersebut yaitu almarhum Koes-mayadi. Karena itu, kami sama sekali tidak bermaksud untuk mendiskreditkan yang bersangkutan.

Sampul tersebut bersifat netral. Namun sebagai sebuah karya grafis, kami menya-dari gambar tersebut bisa melahirkan pe-nafsiran yang berbeda-beda. Dan itu sebuah kewajaran.—Redaksi


Klarifikasi FIG-Indonesia

Membaca rubrik Investigasi di majalah Tempo edisi 5-11 Juni 2006 yang berjudul ’’Tiga Nila di Serambi Kita”, terutama tentang kinerja FIG di Pulau Weh, Aceh, bersama ini kami sampaikan tanggapan berikut:

Keputusan Yves Dantin untuk bekerja di Pulau Weh karena pernah melihat tayangan di televisi tentang pulau ini beberapa tahun silam, bukan karena website Peter Hedrich.

Yves Dantin menyebarkan newsletter kepada media dan Internet, bukan proposal pembangunan dan rehabilitasi Pulau Weh kepada donor. Newsletter ini mendapat tang-gapan sejumlah pihak seperti Bild Hilft dan Happy Digits. Figur yang banyak membantu FIG-Indonesia sebelum dan setelah kedatangan di Aceh adalah Christian Enk.

Proposal yang dimaksud Bild Hilft ada-lah overview dampak tsunami di P-ulau Weh. Saat itu Bild Hilft menanyakan ting-kat kerusakan dan kerugian untuk mendapatkan gambaran biaya yang dibutuhkan. Misalnya, kerugian yang dialami Desa Iboih. Karena ada delapan desa yang mengalami tingkat keparahan serupa, kebutuhan biaya dikalikan delapan.

Yves Dantin tak pernah mengatakan kepada Peter Hedrich akan memakai jasa au-ditor independen sebelum dana turun. Proses audit merupakan prosedur normal yang pasti diberlakukan untuk semua LSM di Jerman dan dilakukan setelah penggunaan dana, bukan begitu dana diterima. Penggunaan dana tahun 2005 sedang dalam proses audit di Jerman.

Pernyataan Peter Hedrich, ada dua na-ma Yves Dantin adalah ”akal-akalan untuk mendapat tunjangan sosial berlipat” sa-ngat tidak bertanggung jawab, tidak ber-dasar dan berniat merendahkan Yves Dantin. Kedua nama itu, Yves Dantin dan Juergen Biesenbach, secara resmi tercantum dalam identitas pribadi seperti paspor dan kartu pengenal.

Tidak relevan mengaitkan Peter Hedrich dengan FIG-Indonesia. Peter tak pernah ber-gabung dengan FIG-Indonesia. Sebalik-nya, Peter mengklaim akan melakukan beberapa program di Pulau Weh lewat website-nya, namun belum satu pun terlaksana hingga saat ini.

Memang benar, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) pernah melayangkan dua surat untuk FIG-Indonesia. Namun keduanya adalah jawaban atas surat yang dikirimkan FIG-Indonesia. Isinya selain menjawab surat kami, juga meminta percepatan pembangunan rumah.

Pernyataan di Tempo bahwa isi ke-dua surat adalah jika proyek tidak selesai pada Februari 2006, FIG-Indonesia akan di-usir dari Indonesia, tak benar sama sekali. Malahan kami mendapat surat dari Bappeda tanggal 26 Juni 2006 yang menyatakan dukungan terhadap FIG-Indonesia dan meminta FIG-Indonesia tetap melanjutkan partisipasi di Sabang.

Bild Hilft memang pernah mengirimkan jurnalisnya ke Sabang, tapi bukan investigator seperti yang ditulis Tempo. Kedatangan jurnalis ini diinformasikan langsung kepada Yves Dantin dan saya waktu kami di Jerman.

Pemilik rumah di Desa Pasir Putih ber-inisiatif untuk membangun kembali ru-mahnya dari hasil penjualan sapi. Untuk mengapresiasi inisiatif tersebut kami membantu. Saat itu belum ada pembagian lokasi pembangunan rumah oleh LSM. Belakang-an, daerah Pasir Putih menjadi tanggung jawab FIG-Indonesia, sehingga rumah o-tomatis menjadi tanggung jawab FIG-I-ndonesia.

Ada masalah karena desain rumah itu lebih besar dari rancangan standar dan di-perkirakan bisa mengundang kecembu-ruan sosial. Solusinya, penyelesaian rumah ini harus menunggu selesainya pemba-ngunan rumah lain di desa itu, dengan tetap berpatokan pada anggaran yang sama.

Laporan FIG-Indonesia ke donatur ada-lah laporan faktual di lapangan. Tak benar jika disebutkan kami melaporkan kepada donatur bahwa sudah selesai membangun sebanyak 19 rumah. Laporan FIG-Indonesia selalu menyertakan taraf-taraf pembangunan (status progres terakhir) sesuai dengan fakta di lapangan.

Soal fondasi hanya 10-15 sentimeter juga tidak benar. Fondasi minimal adalah 65 sentimeter untuk lokasi yang banyak me-ngandung batuan keras seperti Pasir Putih. Malah di Pantai Kasih fondasi di atas permukaan tanah ada yang sampai 1,2 meter. Gambar yang dimuat Tempo sendiri (lokasi Pasir Putih) menunjukkan fondasinya minimal 65 sentimeter.

Adapun material, apabila dikatakan ha-nya batu yang disiram pasir (tanpa semen) secara logika juga tak benar. Semua fondasi kami menggunakan batu gunung dan campuran pasir semen. Sementara slope di atas fondasi mutlak diperlukan untuk pembangunan rumah, bukan dimaksudkan menutupi campuran batu-pasir seperti yang tertulis.

Soal upah pekerja yang dibayarkan ha-nya sebesar Rp 4 juta dari kesepakatan sebesar Rp 10,3 juta juga tidak benar. Begitu pula dua mobil mewah yang disebutkan adalah kendaraan yang digunakan untuk operasional dan bukan untuk gagah-gagahan.

Soal perubahan jumlah perahu juga tidak benar. Laporan kepada Iris Eisban bukan dikeluarkan FIG-Indonesia melainkan surat rekomendasi dari Bapedda tertanggal 26 Juli 2005. Di surat itu tercantum jumlah bantuan sebanyak 70 buah. Sedang-kan laporan FIG-Indonesia kepada Pang-lima Laot jumlahnya lebih kecil, laporan tersebut tertanggal 22 Juni 2005, satu bulan sebelumnya.

Pernyataan bahwa Yves Dantin dan Vere-na Setyawati hendak bertemu nelayan di Krueng Raya pada 11 Januari 2006 (dua hari sebelum kedatangan donatur) juga tidak benar karena saat itu kami berdua sedang di Jerman.

Djafar, Ketua Kelompok Nelayan Krueng Raya, memiliki motivasi tertentu karena sakit hati setelah proposal perbaikan mesin boat-nya ditolak. Kepadanya sudah diberikan bantuan Rp 5,5 juta untuk perbaikan bodi boat namun boat itu kemudian dijual. Selain itu ada dana Rp 2,5 juta yang diterimanya dengan mengguna-kan proposal adiknya (Zulfikar). Selanjutnya Djafar meminta bantuan reparasi mesin, namun ditolak FIG-Indonesia karena boat-nya sudah dijual.

Soal penggantungan boat FIG di pohon, kami menerima surat permintaan maaf dari Kelurahan Krueng Raya yang menjelaskan pertemuan tersebut tidak mendapat izin kelurahan.Penggantungan itu juga tidak mewakili masyarakat Krueng Raya. Ada indikasi penggantungan boat itu diprovokasi untuk mendapatkan bantuan boat dari LSM lain. Dari seluruh daerah di Sabang yang kami bantu, hanya di Krueng Raya yang bermasalah karena jenis boat yang sama sudah diberikan kepada beberapa nelayan di Pasir Putih dan tidak ada keluhan.

Tak benar Kepala SMP 3 Balohan (yang baru) Heri Prihantoko mendengar rencana dari saya langsung. Program rehabilitasi SMP 3 Balohan adalah hasil diskusi de-ngan Juanda (kepala sekolah lama). Meski ada pergantian kepala sekolah, program rehabilitasi tetap berlanjut dan sudah diinformasikan dari kepala sekolah lama ke kepala sekolah baru.

Untuk masalah mobiler, memang ada beberapa set meja dan kursi yang desainnya tak seragam dan kami rencanakan untuk disumbangkan ke sekolah lain di Aceh yang masih memerlukan. Rencana ini disetujui Juanda karena pihak sekolah tak membutuhkan mobiler tersebut dan ditaruh di halaman luar. Jadi seluruh mobiler yang kami ambil adalah yang akan kami renovasi untuk dikembalikan lagi. Semuanya sudah diterima pihak sekolah sesuai dengan surat pengantar dari kepala sekolah nomor 421.3/69/2006 tertanggal 6 Maret 2006.

Penggunaan satu lokal kelas sebagai gudang di SD 27 Beurawang sudah mendapat izin dari kepala sekolah Mahdi Umar. Soal pengerjaan yang lambat juga tidak benar karena meskipun rehab, jumlahnya cukup banyak. Misalnya mendempul dinding retak, mengganti plafon asbes, mengecat kelas, dan instalasi listrik.

Jumlah bujet yang tercantum dalam concept notes perumahan sebesar 700 ribu euro adalah bujet konsorsium untuk desain rumah sederhana. Setelah YBI dan Habitat mengundurkan diri, desain rumah FIG ditingkatkan seperti standar saat ini. Selain itu harga material dan transportasi mengalami kenaikan signifikan setelah kenaikan harga BBM pada 1 Oktober 2005. Di ditambah fakta, harga material di Sabang lebih mahal dibanding di Banda Aceh.

Pada halaman 79 disebutkan: ”Organi-sa-si ini didirikan pada 2001 oleh Yves Dantin alias Juergen Biesenbach”. Dalam konteks bahasa Jerman, penggunaan kata ”alias” memberi konotasi negatif. Selama 25 tahun lebih Yves Dantin memiliki dua nama tersebut, yang diakui dan tak pernah dipermasalahkan.

Verena Setyawati P. Direktur FIG-Indonesia Jalan Hasanuddin 10 Pantai Kasih, Sabang, NAD

— Terima kasih atas penjelasannya. Informasi tentang FIG kami himpun dari reportase lapangan, laporan GERAK (Gerakan Rakyat Anti-Korupsi), dan wa-wancara dengan sumber lapangan dan birokrasi Aceh melalui pengecekan yang berulang.-—Redaksi


Koreksi dari Dharmono Lawi

Terima kasih atas dimuatnya kisah Dharmono dalam majalah Tempo e-disi 10-16 Juli, halaman 104-105. Cerita itu sungguh tidak untuk mencari sensasi dan popularitas, melainkan sekadar mencari keadilan yang saya rasakan adanya tebang pilih dan asal menghukum. Namun ada beberapa hal yang perlu dikoreksi dalam tulisan tersebut:

Orang yang diberi nama politik ”Kromo” oleh Bung Karno pada 1928 adalah almarhum ayah saya: Kromo Lawi, wafat tahun 1978. Orang yang meninggal di penjara adalah H. Muslim Jamaluddin, mantan Wakil Ketua DPRD Banten dan H. Hardian, mantan Sekretaris DPRD Ban-ten, pada 24 November 2005. Sangat tragis karena sekretaris hanya sebagai pelak-sana kebijakan, bukan pengambil keputusan atau penanggung jawab. Gubernur Djoko sudah divonis dua tahun dan sedang menjalani proses kasasi.

Kasus DPRD Provinsi Sumatera Barat (bu-kan Padang) + Kota Cirebon sudah incraht tapi terpidana tidak dieksekusi karena alasan tengah menjalani peninjauan kem-bali dan lain sebagainya.

Saya kembalikan uang via kejaksaan tinggi sebesar Rp 170 juta dan melalui Peng-adilan Tinggi Banten Rp 125 juta. Sebagian bukti tidak sah, tapi saya akui menerima-nya sebagai risiko jabatan (kuitansinya diparaf inisial oleh orang lain yang saya kenal).

Saya siap menjalani pidana penjara bila mendapat perlakuan yang sama. Terima kasih atas pemuatannya.

Dharmono K. Lawi Tangerang, Banten


Tanggapan dari ABN-AMRO

Menanggapi surat Bapak Andy Teguh I.S. yang dimuat pada rubrik ”Surat Pem-baca” majalah Tempo edisi 11 Juli 2006 mengenai kartu kredit ABN-AMRO, de-ngan ini kami informasikan bahwa kami telah menghubungi Bapak Andy Teguh I.S., dan sejauh ini masalah telah diselesaikan dengan baik.

Sebagai bank yang terus meningkatkan pelayanan dan produknya, ABN-AMRO Bank senantiasa berupaya mengantisi-pasi maupun merespons permintaan nasabah kami guna mencapai kepuasan pelanggan yang prima dan konsisten.

Mutiara Mulia Head of Corporate Communication & PR ABN AMRO (Indonesia)


Bencana Tiada Akhir

Luar biasa, bencana bertubi-tubi yang menimpa bangsa Indonesia ini seolah tak pernah berakhir. Setelah tsunami di Aceh, gunung meletus serta gem-pa bumi di Yogyakarta dan Jawa Te-ngah, lalu tanah longsor dan banjir bandang di berba-gai daerah, maka kini anca-man kekering-an tengah melanda Pulau Jawa.

Negeri ini memang bukan lagi sedang mengalami cobaan, tetapi sudah masuk pada taraf dihukum Tuhan. Penyebabnya adalah pemimpin dan rakyatnya tak pernah bertobat dan memperbaiki kesalahan.

Saya yakin, jika korupsi, manipulasi, penjarahan hutan, pelanggaran HAM serta berba-gai perbuatan maksiat lain masih melekat pada perilaku keseharian bangsa ini, bencana demi bencana pasti akan selalu datang.

BUDIAMAN Cipayung, Jakarta Timur


SBY dan Ramos Horta

Pelantikan Jose Ramos Horta sebagai Perdana Menteri Timor Leste, Senin pekan lalu, berdampak positif bagi hubungan Indonesia dengan Timor Leste. Ini terkait dengan hubungan yang selama ini dibina Horta dengan Indonesia, khususnya Presi-den Susilo Bambang Yudhoyono. Horta berbeda dengan Alkatiri yang berhaluan kiri dan telah menuduh Indonesia sebagai bagian dari ketegangan politik di Timor Leste belakangan ini.

Dari beberapa kali kunjungan Horta bersama Xanana ke Indonesia, terlihat sema-ngat persahabatan dan berusaha melupa-kan sejarah masa lalu yang kelam. Bahkan Presiden Yudhoyono langsung mengucapkan selamat kepada Horta atas pelantik-annya. Sebaliknya, Horta menyampaikan keinginannya berkunjung ke Indonesia dalam waktu dekat untuk membicarakan kerja sama antara kedua negara.

Sebagai warga negara yang bertetangga, kita berharap semoga pelantikan Horta sebagai perdana menteri dapat menyelesaikan pertikaian dan mampu menciptakan stabilitas di dalam negerinya. Ini pen-ting karena stabilitas sebuah negara akan ber-dam-pak pula pada hubungan positif de-ngan negara lainnya. Paling tidak dengan stabilitas di masing-masing negara dapat menciptakan atmosfer kerja sama dalam rangka perbaikan kehidupan bersama sebagai warga dunia. Semoga

Saidi Xinnalecky Jalan Danau Buyan, Bendungan Hilir Jakarta Pusat


RALAT:

Dalam artikel berjudul ”Hari-hari Komik Politik” yang dimuat Tempo edisi 10-16 Juli 2006 halaman 80 ali-nea ke-3 terdapat kesalahan penulisan nama. Di situ tertulis Edi Susamto Tjip-ta, Direktur Pendidikan dan Pelayan-an Masyarakat KPK. Yang benar ada-lah Eko Soesamto Tjiptadi. Mohon maaf atas kekeliruan ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus