Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Surat Pembaca

29 Mei 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tanggapan Batavia Air

Kami keberatan dengan artikel berjudul ”Penerbangan Penuh Doa” yang dimuat ma-jalah Tempo edisi 28 Mei 2006, halaman- 56–57. Artikel tersebut diawali dengan ce-rita insiden yang memang menimpa salah satu pesawat kami pada 5 Mei lalu.

Namun, pada halaman 57, terdapat sebuah foto yang menampakkan pesawat Batavia Air yang diceritakan pada artikel tersebut beserta enam (6) poin masalah yang oleh pemerintah dianggap sering terjadi pada pesawat jenis Boeing 737-200.

Batavia Air merasa keberatan karena 6 poin tersebut diletakkan dalam foto yang menampakkan pesawat Batavia Air. Jelas lay-out ini bersifat tendensius sehingga persepsi yang akan ditangkap pembaca majalah Tempo adalah keenam poin tersebut ada pada pesawat Batavia Air yang mengalami musibah tersebut. Seperti dice-ri-takan dalam artikel, pesawat tersebut mengalami masalah hidrolik.

Perlu kami tekankan, Batavia Air me-lakukan perawatan seluruh armada secara berkala sesuai dengan prosedur yang berlaku. Kami minta pihak Tempo mengklarifikasi artikel itu.

Anton Situmeang Public Relation Manager PT Metro Batavia Jl. Ir. H. Juanda Nomor 15, Jakarta REDAKSI: Terima kasih atas koreksi- Anda. Perlu dijelaskan, enam kerusakan yang dicantumkan itu adalah kerusakan yang biasa terjadi pada pesawat Boeing 737-200 berdasarkan kesimpulan Komisi Nasional- Keselamatan Transportasi. Jadi, bukan menunjuk pada pesawat Batavia Air. Infografik tersebut tidak menyatakan bahwa enam kerusakan itu ada pada pesawat Batavia Air yang tergelincir beberapa waktu lalu. Karena itu, untuk foto Batavia Air, kami telah memberikan keterangan gambar tersendiri. Mohon maaf bila pencantuman gambar itu menimbulkan salah persepsi.


Soal Busyukus di Kemayoran

Membaca artikel Tempo edisi 17–23 April 2006, ”Akal Busyukus di Kemayor-an”, sungguh menarik. Materi itu telah kami sampaikan juga kepada Ketua Cabang- Persatuan Pensiun Perkebunan RI seluruh Indonesia yang tergabung dalam Dana Pensiun Perkebunan (Dapenbun).

Dana pensiun merupakan himpunan iuran- pensiun yang telah kami himpun selama 35 tahun saat kami bekerja di PTP Nusantara untuk jaminan hidup setelah pensiun. Sejak berdirinya sesuai dengan- UU No. 11 tahun 1992 sampai 2004, Dapen-bun telah dikelola secara profesional di bawah manajemen yang jujur Bapak H. Samingoen sebagai direktur utama dan Bapak H. Anang Sujat sebagai direktur keuangan. Dan semuanya berkembang pesat sehingga memiliki kekayaan bersih sebesar Rp 3,7 triliun.

Dengan dimuatnya kasus penipuan dan penggelapan melalui kerja sama Investasi- Properti di Kemayoran oleh mitra kerja PT Theda Pratama (The Hok Bing) hingga- Dapenbun dirugikan sebesar Rp 379 miliar-, kami berharap Mabes polri, Kejaksaan Agung dan Komisi Pemberantasan Korup-si dapat membantu kami, para pensiun-an-, mengusut tuntas kasus ini. Bukan tidak mungkin adanya keterlibatan orang dalam Dapenbun yang ikut ”memperlancar-” prak-tek penipuan dan penggelapan dana pen-siunan perkebunan.

Sekali lagi kami para pensiunan berharap agar Mabes Polri, Kejaksaan Agung dan KPK membantu kami menyelesaikan kasus kejahatan ini.

H.M. Pramono Pensiunan PTPN XII (Persero), Jember


Tagihan Fiktif Indosat

Pada 13 Februari 2006 saya melakukan penutupan kartu di kantor Indosat yang berlokasi di gedung Artha Graha, Jakarta. Saya juga melakukan pembayaran lunas sebesar Rp 314.600 dan menyerahkan SIM card (kartu) bernomor langganan 01460569 dengan nomor ponsel 08159067726 atas nama Jessica Anastasia kepada customer service yang melayani bernama Alea.

Setelah beberapa bulan, betapa terkejutnya saya menerima surat tagihan (dunning letter) tertanggal 13 April 2006 sejumlah Rp 395.198, setelah kurang lebih dua bulan sejak masa penutupan kartu tersebut. Menjadi pertanyaan besar bagaimana bisa SIM card yang sudah ditutup serta dikembalikan tertanggal 13 Februari 2006 menghasilkan tagihan sebesar Rp 395.198.

Yang lebih mengganggu lagi, adanya te-lepon lebih dari satu kali (terakhir tanggal 11 Mei 2006) mengaku dari debt collector yang meminta saya menyelesaikan tagihan tersebut. Padahal, sudah dijelaskan tak ada tagihan karena kartu sudah ditutup dan dilunasi sejak Februari 2006.

Inikah caranya Indosat menjadi besar dan ternama? Yaitu dengan melakukan cara-cara kotor terhadap konsumen mela-lui tagihan-tagihan fiktif, dan teror debt collector, yang 80 persen konsumen Indosat adalah orang-orang yang bekerja dan tidak memiliki waktu untuk melayani permainan kotor ini. Banyak dari mereka yang mengambil jalan pintas dengan melakukan pelunasan tanpa pengecekan lebih lanjut namun menimbulkan amarah di kemudian hari ketika sadar telah diperdayai.

Harap Indosat membereskan urusan internalnya seperti pembenahan sistem yang kacau-balau serta pelatihan yang memadai untuk semua customer service dalam melayani konsumen. Sebelum itu semua dila-kukan, jangan mengirim teror melalui debt co-llector kepada bekas konsumen yang te-lah melakukan kewajibannya dengan baik.

Semoga dengan adanya kasus ini, khusus- pengguna Indosat Matrix yang mengalami nasib yang sama dengan saya dapat le-bih berhati-hati dan diimbau meluangkan waktu untuk mengurus guna terhindar menjadi korban dari penipuan Indosat.

Jessica Anastasia Jakarta Pusat


Tindak Tegas Pelaku Korupsi

Ketua BPK Anwar Nasution dalam pidato penyampaian ikhtisar Hasil Pemerik-saan II 2005 di DPR, Selasa 16 Mei, di Jakarta mengatakan BPK menemukan penyimpangan anggaran Rp 47,38 triliun dan US$ 42,9 juta selama semester kedua 2005. Temuan itu berdasarkan audit APBN, APBD, BUMD, dan Bank Indonesia.

Penyimpangan yang diumumkan BPK itu sangat menakjubkan. Hitung be-rapa besar uang negara yang telah di-ko-rupsi. Sudah sangat jelas adanya oknum-oknum yang berlaku tidak senonoh. Mereka bekerja keras untuk menyelewengkan uang negara demi kepentingan dirinya. Ini juga menunjukkan sifat manusia yang tak mengerti bagaimana harus ber-ting-kah laku.

Fatimah Azhara Jalan Anyelir, Depok, Jawa Barat


Dada Rosada Terkena Karma

Wali Kota Bandung Dada Rosada sedang pusing tujuh keliling. Wajahnya di layar te-le-visi menyiratkan kebingungan menanga-ni sampah yang menimbun Kota Bandung.

Tak kurang Presiden SBY, Menteri Lingkungan Hidup dan Gubernur Jawa Barat sudah melayangkan ultimatum agar Dada Rosada segera mengatasi sampah sekaligus membenahi sistem sampah secara konseptual. Tapi, Pak Wali Kota memang tidak mampu. Sehingga Gubernur Danny Setia-wan akhirnya turun tangan. Ini kasus manajemen lingkungan yang memalukan.

Saya jadi teringat, Dada Rosada pernah melakukan dosa lingkungan teramat berat-. Yaitu dengan memberikan izin kepada pihak swasta merambah kawasan lindung Punclut untuk dijadikan real estat. Sampai-sampai ia pasang badan merombak Perda Rencana Tata Ruang Wilayah demi para pengusaha, walaupun banyak warga pecinta lingkungan memprotesnya.

Inilah karma yang kini dituai Dada Rosada, sekaligus teguran dari Allah SWT.

Syam Barkah Turangga, Bandung

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus