Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mal Tak Ramah Kaum Disabilitas
PADA 21 Februari lalu, saya mengunjungi Mal Green Pramuka Square (GPS) di Jakarta Pusat. Saya ke mal untuk sejumlah keperluan, seperti membeli makanan, beberapa barang medis, bertransaksi di anjungan tunai mandiri, dan membeli bahan masakan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saya tiba di mal sekitar pukul 11.28 WIB, lalu menuju customer service (CS) untuk meminjam kursi roda. Saya baru menjalani operasi tulang panggul tiga pekan sebelumnya, masih menjalani pemulihan, dan kalau berjalan jarak jauh harus memakai kursi roda. Selain itu, saya memiliki autoimun lupus dan autoimun hemolitik anemia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Petugas CS menyambut saya lalu mengatakan untuk menjaminkan kartu tanda penduduk atau surat izin mengemudi. KTP saya masih di pusat kesehatan masyarakat untuk keperluan pendataan seminggu yang lalu, begitu juga dengan KTP perawat yang mendampingi saya. Saya hanya menyerahkan kartu anggota organisasi profesi dan fotokopi KTP saya.
Petugas CS lalu menelepon atasannya. Di telepon terdengar atasannya melarang petugas ini meminjamkan kursi roda karena tak ada KTP asli. Saya gagal meminjam kursi roda dan batal pula menunaikan sejumlah keperluan yang telah direncanakan. Saya hanya makan karena jarak dari counter CS ke tempat makan tidak terlalu jauh dan sesudah itu segera pulang.
Saya sungguh kecewa atas pelayanan dan sikap pengelola mal. Rencana-rencana yang batal saya tidak permasalahkan. Namun saya kecewa atas respek yang kurang dalam memfasilitasi kaum "sakit dan disabilitas" yang ditolak meminjam kursi roda hanya karena tidak punya KTP/SIM untuk jaminan.
Dalam pandangan saya, persyaratan jaminan KTP/SIM untuk meminjam kursi roda bisa diakomodasi dengan kartu lain atau cara lain. Berkaca dari kejadian ini, tampaknya pengelola mal lebih takut kehilangan kursi roda mal saat dipinjam oleh pengunjung disabilitas daripada berempati kepada pengunjung mal yang membutuhkan bantuan.
Karina Eka Dewi S.
Jakarta Pusat
Cara Menangkal Hoaks Vaksin
PEMERINTAH mulai mendistribusikan vaksin Covid-19. Namun masih ada keengganan dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap vaksin dan imunisasi. Vaccine hesitancy muncul dari banyaknya misinformasi dan informasi hoaks yang beredar dan membuat masyarakat resah ihwal vaksinasi ini.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menangkal informasi hoaks vaksinasi Covid-19, yaitu berikut ini:
Jaga Emosi
Emosi sangat mempengaruhi kita dalam menerima informasi. Setinggi apa pun jabatan dan intelektualitas seseorang, jika menerima informasi dengan emosi, intelektualitas mereka hilang. Jadi mereka sangat mudah terpengaruh oleh berita yang tidak benar.
Pahami 5W1H
Tidak hanya wartawan atau media yang harus memahami dengan benar apa itu 5W1H (what, where, when, why, who and how/apa, di mana, kapan, kenapa, siapa, dan bagaimana), masyarakat pun sudah saatnya memahami konsep 5W1H ini. Dengan begitu, mereka akan memperoleh informasi akurat dan tidak mudah termakan oleh hoaks.
Perbaiki Literasi
Jangan malas untuk membaca setiap informasi yang kamu terima. Teliti sumber informasinya dan jangan menyebarkan informasi tanpa menyaring dulu pesan di dalamnya.
Cek Fakta
Jika mendapatkan foto, video, atau tautan berita, jangan malas untuk mengecek keaslian foto dan video serta sumber berita tersebut. Kamu bisa menggunakan Google atau pencarian gambar dan video untuk memastikan video dan foto yang kamu dapatkan merupakan kejadian yang sebenarnya. Untuk tautan berita, lihatlah dengan teliti apakah berita tersebut berasal dari media yang benar, bukan abal-abal.
Hati-hati dengan Kalimat Pembuka yang Provokatif
Kalimat pembuka provokatif menjadi salah satu penyebab penyebaran informasi hoaks semakin luas di masyarakat. Kata-kata yang marak digunakan adalah “viralkan”, “sebarkan”, dan “bagikan” bahkan ada yang menggunakan kata ancaman.
Vinda Karuna M.
Siberkreasi
RALAT
Dalam artikel "Perlawanan di Meja Diplomasi" dalam edisi 27 Februari 2021 halaman 78 tertulis: "Menurut Teuku, posisi Indonesia berubah" yang seharusnya "Menurut Teuku, posisi Indonesia tidak berubah". Kami mohon maaf atas kekeliruan ini dan pemuatan ralat ini merupakan koreksi atas artikel tersebut.
Klarifikasi Thomas Widodo
Saya meminta dengan hormat agar redaksi mengoreksi artikel "Nama-nama di Belakang DNK" dalam edisi 27 Februari 2021, yang menyebut saya sebagai bos PT Mahata Aero Teknologi. Saya hanya profesional dengan kedudukan direktur independen untuk teknologi dan pengembangan bisnis, bukan pemilik atau pemegang saham.
Thomas Widodo
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo