Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Dr. Ir. Satryo Soemantri Brojonegoro, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI, adalah salah satu narasumber dalam acara seminar dan launching IBU Teledukasi, yang diadakan di Gedung A Depdiknas pada 9 Agustus 2001. Acara tersebut dibuka oleh Sekretaris Jenderal Depdiknas RI, Dr. dr. Makmuri Muchlas, M.P.H., dua jam sebelum daftar Menteri Kabinet Gotong Royong diumumkan oleh Presiden Megawati.
- Dalam acara tersebut, Sekjen berbagi pengalaman tentang penyelenggaraan pendidikan serupa melalui e-mail dan surat-menyurat ketika masih menjabat di UGM. Beliau mengatakan bahwa pesertanya lebih baik dalam kualitas menulis ketimbang cara tatap muka semata. Sementara itu, Dirjen Dikti menyampaikan bahwa bukan mau mempersulit orang mencari sekolah, tapi lembaga penyelenggara pendidikan dituntut bertanggung jawab dalam operasinya.
- Sementara itu, pada 18 September 2001 di Hotel Wisata, Prof. Abdul Malik Fajar, Menteri Pendidikan Nasional, menyampaikan pidato arahan dalam acara kemitraan IBU Teledukasi dengan Direktur Politeknik se-Indonesia serta lokakarya berjudul ”Teledukasi sebagai Solusi Pengembangan Politeknik di Era Otonomi dan Kompetisi Bebas”. Beliau sangat mendukung upaya kemitraan ini dan ingin melihat sesuatu yang nyata berguna bagi pembaruan masyarakat dalam upaya menegakkan keadilan dan demokratisasi pendidikan, tidak sekadar berhenti di seminar atau lokakarya semata. Dalam acara itu, Direktur Politeknik Kupang spesialisasi peternakan, misalnya, merespons dengan harapan bahwa satu saat nanti bisa diproduksi CD-ROM atau web-based material yang bisa memperlihatkan bagaimana praktek pemotongan sapi, agar tidak perlu lagi praktikum satu sapi untuk satu kelompok mahasiswa.
- Dalam kunjungan kemitraan dengan beberapa perguruan tinggi, rekan-rekan di daerah, di antaranya ITB, ITS, UNS, Poltek Surabaya, Poltek Malang, dan Unila, ketika dijelaskan tentang IBU Teledukasi, langsung nyeletuk: ”Yang begini sebenarnya yang diharapkan oleh Pak Satryo. Beliau ingin agar ITB atau ITS segera memelopori.” Kenyataannya memang, dengan adanya edaran dari Dirjen Dikti yang melarang praktek ”kelas jauh” yang menerbangkan dosen ke sana kemari itu, kami mendapat pertanyaan hampir dari semua peminat: ”Apakah ini semacam sistem jarak jauh yang dilarang itu?” Hal ini memberi kesempatan kepada kami untuk menjelaskan, ”Ini adalah bentuk implementasi dari paradigma the death of distance, the death of time, and borderless. Ketersediaan (availability) untuk belajar anywhere, anytime, dan ….only sky is the limit.” Itu sebabnya, pada akhir Agustus 2001 yang lalu, kami mengirim surat ucapan terima kasih kepada Sekjen dan Dirjen Dikti, yang sangat gigih dalam mempertahankan kualitas pendidikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo