Setelah membaca, rubrik "e-mel" di harian Utusan Malaysia beberapa waktu lalu, saya menyimpulkan bahwa sebagian wartawan Indonesia mempunyai pandangan negatif atas peristiwa pasca-pemilihan raya (pemilihan umum) di Malaysia. Dalam artikel itu disebutkan, selepas pemilihan raya, oleh wartawan Indonesia, diperkirakan akan terjadi gejolak politik, di antaranya Dr. Mahathir akan tumbang seperti Soeharto. Pandangan ini, menurut saya, sangat keliru.
Dalam konteks reformasi yang terjadi di Indonesia Mei tahun lalu, keadaan di Indonesia sama sekali berbeda dengan di Malaysia. Di negeri jiran ini tak ada huru-hara yang memakan korban jiwa dan harta, seperti di Tanah Air, kendati negeri pimpinan Mahathir ini terdiri dari banyak etnis, Melayu, Cina, India, Tamil, dan lain-lain. Mereka justru bahu-membahu memajukan bangsa tanpa berupaya memojokkan etnis minoritas.
Pandangan negatif sebagian wartawan Indonesia terhadap Malaysia secara tidak langsung akan memberikan dampak kurang baik bagi warga Indonesia yang ada di Malaysia. Sebagai informasi, warga negara Indonesia yang mengais ringgit di negeri ini kini jumlahnya diperkirakan mencapai dua juta orang atau 10 persen dari penduduk Malaysia.
Saya khawatir, pandangan negatif ini akan menimbulkan perasaan tidak suka orang-orang Malaysia terhadap tenaga kerja Indonesia di sini.
SOMARSONO
Jalan Batan I No. 9
Asrama PTIQ Pasarjumat
Jakarta Selatan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini