SEKITAR 200 m dari pelabuhan Gresik (20 km di sebelah utara
Surabaya), ada sebuah kompleks pemakarnan kuno. Sebuah makam di
situ dianggap keramat. Beratap 4 x 6 m, berubin kembang indah,
berkelambu putih bersih, itulah makam Nyi Ageng Pinatih. Dan 12
Syawal bulan ini, 23 Agustus, adalah tanggal wafatnya Nyi Ageng
-- tahun ini yang ke-512. Sekitar tanggal ini peziarah bertambah
jumlahnya.
Haji Ma Huan
Menurut Sejarah Dakwah Sunan Giri, terbitan IAIN Sunan Ampel
Surabaya, Nyi Ageng Pinatih adalah "ibu susuan yang membesarkan
Sunan Giri". Sinolog Tan Yeok Seong dalam bukunya Chinese
elements in the Islamization of Southeast Asia menyebut pula
bahwa Pinatih seorang Cina totok. Dia nak Shih Chin Ching, yang
berseteru dngan bajak laut Chen Chu Yi dalam merebut kota
Palembang. Chin Ching dibantu Cheng Ho, dan menang. Dan setelah
Chin Ching meninggal, 1421, perebutan kekuasaan di antara
anakanaknya mendorong Pi Na Ti (Nyi Ageng Pinatih) pergi ke
Jawa. Di sini dia mendapat kepercayaan Raja Majapahit
(Rajasawardhana) untuk menguasai pelabuhan Gresik. Kemungkinan
Pi Na Ti adalah tokoh yang sama yang dalam Babad Tanah Djawi
(edisi J.J. Meinsma) disebut Nyai Janda Semboja, janda penguasa
Gresik Semboja yang kaya-raya.
Sementara itu tersebutlah raja Blambangan yang punya menantu
bernama Syeh Wali Lanang. Gagak mengislamkan mertuanya, Syeh
Wali Lanang pergi meninggalkan Blambangan, sementara isirinya
hamil tua. Ketika kerajaan pecahan Majapahit ini dilanda
penyakit, bayi Syeh Wali Lanang dimasukkan kedalam peti,
dihanyutkan ke laut--dan ditemukan serta iangkat anak oleh Nyai
Janda Semboj yang kemungkinan sama dengan Pi Na Ti tadi. Tidak
jelas hapan Pi Na Ti sendiri masuk Islam, tapi janda yang juga
terkenal sebagai uru mengaji ini kemudian mengirim anak
angkatnya ke Sunan Ampel Denta. Dia kemudian disebut Sunan
Giri, dan selanjutnya Sunan Giri. Karena itu, para peziarah
makam Sunan Giri yang letaknya 1 km dari makam Nyi Ageng
Pinatih, tidak pernah melewatkan makam ibu angkat yang seru
ini.
Keterangan tentamg Nyi Ageng Pinatih sebagai orang Cina ditulis
pula oleh Ma Huan yang menjabat sebagai sekretaris dan
penterjemah Cheng Ho. Paham bahasa Arab, Haji Ma Huan menulis
perjalanan Cheng Ho dalam buku berjudul Yingyai Sheng-lan
(Catatan Umum dari Pantai Lautan). Dalam perjalanan muhibahnya
yang ke-4. Ma Huan mencatat: di Gresik (alias Ts'ts-'un) banyak
terdapat orang Cina yang telah mereluk Islam. Mereka adalah
par pedagang dari dinasti Tang yang melarikan diri dari
negerinya dan menetap di situ.
Fatimah Hwu
Hubungan kerajaan-kerajaan di Nusantara dengan negeri Tiongkok
akrab sekali di zaman dinasti Ming (1368-1643). Amen Budiman
dalam bukunya masyarakat Islam Tionghoa di Indonesia menguraikan
para pendiri kerajaan Demak yang sebagian berasal dari Tiongkok.
Amen tidak melulu mengambil dari buku Prof. Slametmuljan
(Runtuhnja Keradjaan Hindu Djawa dan Timbulnja, Negara-negara
Islam di Nusantara) yang banyak mendapat kritik itu. Dia
mengutip pula ceramah almarhum Kanjen Gusti Pangeran Hario
Hadiwidjaja, yang di tahun 1959 menyatakan kira-kira bah
"pencinaan" itu kadang-kadang terlalu dipukulratakan. Tapi
dalam Babad Tana Djavi memang disebut bahwa Raden Patah
sebagai pendiri kerajaan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa,
adalah peranakan Cina -- putra Raja Kertabumi dari Kerajaan
Brawijaya dari ibu putri Cina.
Anehnya, makam Nyi Ageng rupanya tak begitu populer bagi
masyarakat keturunan Cina -- seperti juga makam Raden Patah di
kompleks Masjid Demak. Beda dengan makam Haji Abdul Kadir di
Pasar Ikan, Jakarta Kota. "Pada hulan Maulud, banyak sekali
orang Cina berziarah," kata Hussain, jurukunci. Abdul Kadir
ada1ah oran Cina van iadi juru bahasa Habib Husain bin Abu
Bakar Alaydrus Al Alawy, yang makamnya juga dikeramatkan. Makam
itu berperkiraan tahun sekitar 1754.
Ada lagi makam Cina Muslim di kompleks masjid Kebon Jeruk, yang
kiniberada di bibir alan Hayam Wuruk, Jakarta. Masjidnya
sendiri telah banyak kali dirombak -- tinggal selembar lubang
angin dari kayu berukiran, yang dianggap asli. Pada halaman
masjid, ada sehuah makam berrahun dengan huruf Arab (1792 M) dan
terukir pula di situ huruf Cina: Hsien pi Chai men tse mou.
Majalah Intisari pernah menyebut arti tulisan tersebut "Ini
makam wanita dari Keluarga Chai." Makam berornamen kepala naga
dan hiasan lain khas Tiongkok ini menurut sumber lain adalah
kubur istri Kapten Tamien Dosol Secng, yang mendirikan masjid
tersebut.
Sedang penduduk sekitar mesjid mengatakan: itu makam Fatimah
Hwu, istri musafir Chan Tsien Hwu. Tuan dan nyonya itulah
pendiri masjid di situ.
Hingga kini masih ada masjid-masjid kuno yang sebagiannya
mendapat pengaruh arsitektur Cina. Masjid Angke di Kampung
Bebek, Jakarta, konon didirikan oleh Gouw Tjay tahun 1625.
Demikian pula masjid Sumenep, Madura. Didirikan pada 1741,
kabarnya hasil buatan orang-orang Cina yang melarikan diri dari
Semarang ketika mereka memberontak kepada VOC.
Bagaimana lestarinya hubungan keturunan Cina (muslim) dengan
keluarga kraton, bisa dilihat pada makam di Wendan, Kelurahan
Makamhaji, K. sura, Surakarta. Di sini terdapat antara lain
makam Prof. Dr. Tjan Tjoe Si ahli kebudayaan Jawa. "Yang
dikubur di sini semua Cina Santri," kata mBah Mangun,
jurukunci. Makam ini tampak terawat baik, dan terutama di buat
Ruwah menjelang puasa, dibersihkan total karena banyak keluarga
berziarah.
Di sinilah berkubur keluarga menggung Setjodiningrat. Menu Babad
Pacinan dan juga C. Poensen dalam Amengku Boewana II (Sepoe
Ngajogyokarto's Tweede Sultan, menggung ini nama aslinya Tan Jin
Jin Sing yang juga jadi kapten Cina berjasa besar pada Sultan
ketika Yogyakarta berperang melawan Inggris tahun 1812 (disebut
juga Geger Sepei). Tapi berikutnya Jin Sing diangkat jadi
ratumenggung.
Dari keturunannya, tinggal Ny, Tjondronugroho (Tjan Hwan Tjwa
yang kini berusia 61 tahun yang gampang ditemui. Keturunan
yang lain banyak tersebar di kota-kota besar di luar negeri.
Menurut Nyonya Tjond keluarga Cina Islam di Surakarta akan
membentuk sebuah yayasan untuk mengurus makam tersebut. Dia
mengakui, bahwa sembahyang atau puasa, belum tentu dilakukan
sanak keluarganya. "Tapi yang pasti, kami ini semuanya Islam,
lho."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini