Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DATANGLAH ke Bandung, kapan-kapan. Sempatkan tengok bekas gudang tentara di Jalan Gudang Selatan—10 menit bermobil dari downtown Cipaganti yang tersohor. Di kompleks kusam yang dipadati bangunan keropos itu, beberapa anak muda menghabiskan hidupnya selama lima tahun terakhir. Salah satu pojok gudang—silakan cek—mereka sulap menjadi ”nirwana kreativitas” bagi 347, ini distro, distribution outlet, terkemuka di Bandung yang telah menggapai Perth, Australia, New Zealand, Singapura.
Mereka menyewa sebidang lantai cukup luas di bekas gudang tentara itu. Tapi jantung Distro 347 berdebar di satu ruangan 35 meter persegi berdinding putih. Omzet 347, menurut Dendy sang pemilik, sekitar Rp 700 juta sampai Rp 1 miliar per bulan. Bercanda? Serius! Mereka mempekerjakan sekitar 50 karyawan.
Bandung cuma satu jendela untuk mengintip derak komunitas indie yang kian menjalar di berbagai kota. Distro mereka ada di mana-mana. Sekitar 900 di Bandung, 500-an di Jakarta, dan 60 lebih di Yogyakarta. Lalu, Makassar, Medan, Surabaya. Setelah mengupas geliat industri generasi indie itu, kini Tempo kembali menelusuri sisi lain industri gaya hidup: kesehatan dan kecantikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo