Jelang Pemilu 1976, MPRS berencana menerbitkan ketetapan penyederhanaan partai. Isyarat yang ada ketika itu; dua untuk jumlah partai politik, satu bagi Golkar, dan sebagai ancang-ancangnya pada partai peserta Pemilu 1976. Sehingga, partai-partai politik yang merasa ?senapas? diharapkan mengkristal menjadi satu.
Maka, terbentuklah Kelompok Persatuan Pembangunan, yang terdiri dari NU, PSII, dan Parmusi pada satu sisi. Di sisi lain adalah Kelompok Demokrasi Pembangunan, yang terdiri dari PNI, IPKI, Parkindo, Partai Katolik, dan Murba. Sementara itu, Golkar berdiri sendiri.
Tentu saja hal itu tidaklah mulus benar. Persoalan muncul, misalnya bagaimana bentuk percampuran partai yang berbeda-beda, malah di antaranya pernah saling bersitegang. Belum lagi soal cara penerapan dan sosialisasi ke tingkat bawah.
Pemilu 2004 merupakan pemilu pertama memilih presiden secara langsung. Lima calon presiden masuk bursa pencalonan. Wiranto-Salahuddin Wahid, Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi, Amien Rais-Siswono Yudho Husodo, Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla, Hamzah Haz-Agum Gumelar. Bagi partai politik yang gagal mengusung calon presidennya?karena ketentuan undang-undang yang berlaku?dukungan ataupun pengalihan simpati diberikan kepada satu dari lima calon ini. Koalisi pun dibangun.
Hasil sementara pemilu 5 Juli itu, calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla dan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi kemungkinan besar lolos putaran kedua pemilihan presiden. Calon presiden dari Partai Demokrat dan PDI Perjuangan itu akan memperebutkan kursi presiden pada pemilu 20 September mendatang.
Berbagai langkah dilakukan untuk menarik simpati massa. Tim sukses kedua calon itu pun mulai kembali melakukan pendekatan terhadap partai politik yang gagal mengusung calon presidennya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini