Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di pusat dan di daerah, berduyun-duyun kader Golkar menanggalkan jas kuning mereka dan menukarnya dengan kartu anggota PDI Perjuangan. Jumlahnya relatif besar, prosesnya mudah, serta banyak yang langsung menempati posisi penting. Gejala ini dimulai semenjak gerakan reformasi berhasil melengserkan Soeharto dan makin meningkat sesudah Habibie juga jatuh.
Bukan cuma ke PDI Perjuangan, orang Golkar juga menyebar ke sejumlah partai lainnya. Pindah kiblat kesetiaan dan menyeberang ke barisan lain adalah wajar dalam perpolitikan modern. Banyak yang membuat persekutuan baru, banyak pula yang mendirikan partai baru. Dalam kebebasan, pilihan bisa berubah dari waktu ke waktu.
Yang membuat gelombang perpindahan orang Golkar ke PDI Perjuangan agak berbeda ialah ketika hal itu dihubungkan dengan Golkar sebagai inti kekuatan Orde Baru, sedangkan PDIP adalah partai terbesar saat ini. Rembesan unsur Kuning ke Kepala Banteng itu lalu diartikan oleh sebagian orang sebagai penyusupan mentalitas Orde Baru.
Kini, setelah tidak lagi berposisi sebagai oposisi—setelah Jusuf Kalla menjadi Ketua Partai Golkar—para kader pemenang Pemilu 2004 itu merapatkan barisan untuk menguatkan posisi dalam pemerintahan. Para kader tidak lagi menyebar ke partai-partai lain, tapi mengintip peluang untuk diajukan menjadi menteri jika presiden kelak merombak kabinet.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo