DI saat akhir tahun, di saat Anda -- para pembaca -- lagi libur atau mempersiapkan liburan panjang, kami justru lagi berpikir keras: mempersiapkan berita menarik bagi Anda. Soal itu, apalagi untuk Laporan Utama (Laput), menjadi tak gampang di setiap akhir tahun. Sebab, seperti sepinya Jakarta, berita pun seperti "mati angin". Dalam situasi begitu, biasanya kami melirik ke rencana Laput cadangan yang biasanya telah kami persiapkan jauh-jauh hari sebelumnya -- berita-berita awet. Salah satu di antaranya adalah tentang kejahatan bank. Banyak bahan dan informasi sudah lama digali oleh tim "intelijen bank" kami -- bekerja sama dengan Reserse Mabes Polri -- Moebanoe Moera, Budiono Darsono, dan Muchsin Lubis. Tak kami sangka, soal kejahatan bank tiba-tiba menghangat di akhir tahun ini. Tiba-tiba Kadispen Mabes Polri, Brigjen. T. Guntar Simanjuntak, 15 Desember lalu muncul di layar TVRI mengumumkan buronnya empat pemilik dan pengurus Bank Pasar Darma Kemayoran dengan membawa kabur uang nasabah sekitar Rp 4 milyar. Berita itu, dua hari kemudian, disusul Seminar Pengawasan dan Tindak Pidana di Bidang Perbankan. Direktur Reserse Polri, Brigjen. Koesparmono Irsan, mengungkapkan data pembobolan bank-bank selama ini. Kehangatan soal itu semakin meyakinkan ketika Mabes Polri mengumumkan pula pelaku pembobol Bank Pembangunan Daerah DKI dengan tersangka "jago" pembobol bank Humala Hutabarat. Tim intelijen kami tadi segera ngotot mengusulkan kejahatan bank menjadi Laporan Utama. Kami tak punya pilihan lain lagi selain setuju. Sebab itu, tim tadi terpaksa kami perkuat dengan dua reporter yang selama ini banyak bergelut dengan bidang perbankan, Sidartha Pratidina dan Bachtiar Abdullah. Kerja sama Mabes Polri memang besar dalam soal ini. Koesparmono sendiri menyempatkan diri menerima tim "reserse" TEMPO Muchsin Lubis, Moebanoe Moera, serta Budiono Darsono. Tim TEMPO kemudian diterima pula oleh Direktur BPD Soeharto, yang banknya nyaris kebobolan. Tapi semuanya belum cukup -- sebagaimana kebiasaan kami agar berita menjadi imbang -- sebelum tersangka Humala diwawancarai. Muchsin, yang kebetulan tetangga Humala di Medan, mendapat "kehormatan" mewawancarai jirannya itu. Untuk melengkapi cerita itu, kami terpaksa membongkar arsip tentang kejahatan bank di negeri ini dan juga di negeri lain. Beberapa tokoh perbankan, seperti Nyoman Moena, Sekjen Perbanas, Thomas Suyatno, dan Dirut BDN, Samadikun kami wawancarai. Semua bahan itu kemudian diramu Widi Yarmanto, Praginanto, Mohamad Cholid, dan Bambang Harymurti -- dengan bantuan wartawan TEMPO di Tokyo, Seiichi Okawa. Karni Ilyas dan Bambang Bujono kemudian menurunkannya. Selamat menikmati hidangan akhir tahun kami. Dan yang lebih penting lagi, Selamat Natal -- bagi yang merayakannya -- dan Selamat Tahun Baru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini